Jangan Biarkan Rohani Tertidur (Pesan Gembala, 23 Agustus 2020)

JANGAN BIARKAN ROHANI TERTIDUR

1 Samuel 26:5-12 (7) Datanglah Daud dengan Abisai kepada rakyat itu pada waktu malam, dan tampaklah di sana Saul berbaring tidur di tengah-tengah perkemahan, dengan tombaknya terpancung di tanah pada sebelah kepalanya, sedang Abner dan rakyat itu berbaring sekelilingnya.

Ketika Saul mendengar bahwa Daud menyembunyikan diri di bukit Hakhila, maka berkemaslah Saul bersama tiga ribu orang yang terpilih dari orang Israel untuk mencari Daud disana. Saul berkemah di wilayah bukit Hakhila, sedang Daud di bagian padang gurunnya. Mengetahui bahwa Saul sudah begitu dekat dengan dirinya, maka Daud tidak tinggal diam, ia diam-diam mengintai dan memerhatikan keadaan Saul beserta bala tentara dan rakyat Israel.

Ketika malam tiba, datanglah Daud beserta Abisai ke perkemahan Saul. Tampaklah di sana Saul berbaring tidur di tengah-tengah perkemahan, dengan tombaknya tertancap di tanah pada sebelah kepalanya, sedang Abner panglima perangnya dan rakyat turut berbaring tidur mengitari Saul. Abisai memohon agar ia dapat segera menikam Saul dengan tombak yang ada di sebelahnya itu, namun Daud melarangnya. Ia hanya mengambil tombak serta kendi air kepunyaan Saul, kemudian pergi meninggalkan Saul. Tidak ada yang melihatnya dan tidak ada yang mengetahuinya.

Sebenarnya Daud sama sekali tidak bermaksud memermalukan Saul. Ia hanya ingin Saul berhenti mengejar dirinya, karena ia sama sekali bukanlah ancaman bagi Saul. Terbukti waktu kesempatan untuk membunuh Saul itu ada, Daud tidak melakukannya. Ia hanya mengambil beberapa barang penting kepunyaan Saul saja untuk dijadikan bukti. Alasan Daud tidak membinasakan Saul ialah karena hal tersebut bukanlah haknya. Tuhan yang mengurapi Saul, maka sepatutnya ia bertanggung jawab sepenuhnya kepada Tuhan.

Dari sini jelas terlihat siapa yang semakin dewasa kerohaniannya dan siapa yang semakin merosot. Daud semakin terbentuk karakternya, dimana ia semakin menghormati dan memahami kehendak Tuhan, sedangkan Saul semakin hari semakin merosot dalam berbagai aspek kehidupannya. Bahkan di saat dimana seharusnya ia harus dalam keadaan terjaga, ia membiarkan dirinya dan pasukan yang bersama-sama dengannya tertidur lelap. Bahkan beberapa barang kepemilikannya hilang.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Tuhan menyatakan bahwa jangan membiarkan kerohanian kita sebagai orang percaya tertidur atau ketiduran. Inilah saat dimana orang percaya bangkit dari ketertidurannya. Inilah saat yang dinamakan “a wake up call to all believers” atau lonceng panggilan untuk bangun atau terjaga bagi seluruh orang percaya dari tidurnya. Kondisi pandemi yang terjadi di seluruh dunia termasuk di bangsa kita, dimana banyak orang-orang membatasi dirinya untuk tidak terlalu aktif bergerak, tidak menjadikan alasan bagi kita sebagai orang percaya untuk turut membiarkan kerohanian kita “tertidur.” Justru peran orang percaya sebegai penerang bangsa di saat seperti ini sangatlah diperlukan.

Namun juga ingat, bergerak aktif di dalam berbagai kegiatan rohani bukan serta merta artinya kerohanian seseorang sedang dalam keadaan terjaga. Apabila ia tidak bergerak ke arah yang Tuhan kehendaki maka sesungguhnya ia sedang mengalami “ketiduran rohani.” Bergeraknya Saul ke sana dan kemari mengejar-ngejar Daud dengan tujuan untuk membunuhnya, tidak dapat dikatakan bahwa rohani Saul sedang dalam keadaan terjaga, karena ia sedang tidak melakukan sesuatu yang dikehendaki Tuhan.

Beberapa hal yang perlu kita lakukan berkaitan dengan pesan Tuhan ini agar tidak menjadi orang percaya yang tertidur secara rohani, di antaranya adalah:

(1). Bangun dan jangan biarkan sesuatu yang berharga milik kepunyaan kita diambil.

1 Sam. 26:11b … Ambilah sekarang tombak yang ada di sebelah kepalanya dan kendi itu, dan marilah kita pergi.”

Meskipun dalam kisah ini yang mengambil tombak dan kendi air kepunyaan Saul adalah Daud, namun penekanan dari peristiwa ini adalah ketertidurannya seseorang dapat mengakibatkan hilangnya sesuatu yang berharga dari kepunyaannya. Biar bagaimanapun tombak dan kendi air adalah sesuatu yang berharga. Bukankah tujuan keberadaan Saul dan bala tentaranya datang ke wilayah Hakhila adalah untuk bertempur dan menangkap Daud? Ketiadaan senjata pada waktu terjun ke medan peperangan adalah sama dengan kekalahan. Ketiadaan air ketika bertempur di Hakhila yang terletak di padang gurun Zif adalah sama dengan mati kehausan.

Saul baru menyadari bahwa ia kehilangan tombak dan kendi air bukan karena ia tiba-tiba terjaga dari tidurnya, melainkan ketika Daud berseru-seru membangunkan Saul dan pengikutnya dari jarak yang cukup jauh. Bayangkan, begitu terlelapnya Saul hingga ia tidak menyadari sama sekali apa yang telah terjadi. Bersyukur bahwa yang datang ke perkemahan Saul adalah Daud, bukan sekawanan penyamun. Jangankan kehilangan tombak atau kendi air, bahkan nyawa Saul dan seluruh bala tentaranya bisa terancam dibinasakan. Namun dari semua kehilangan Saul, ada satu yang paling berharga yang sesungguhnya sudah lama hilang dari dalam diri Saul, yaitu tuntunan Tuhan. Ternyata Saul sudah “tertidur” cukup lama.

(2). Bangun dan jangan biarkan semua orang yang bersama-sama dengan kita ikut tertidur. Jadilah “lonceng pembangun” bagi sekeliling kita.

1 Sam. 26:7 Datanglah Daud dengan Abisai kepada rakyat itu pada waktu malam, dan tampaklah di sana Saul berbaring tidur di tengah-tengah perkemahan, dengan tombaknya terpancung di tanah pada sebelah kepalanya, sedang Abner dan rakyat itu berbaring sekelilingnya.

Rasa kantuk yang menghinggapi seseorang masih bisa diatasi ketika ada orang di dekatnya yang bertugas menjadi pengingat
atau “lonceng pembangun” dari tidur. Kalau pun kantuknya sudah tidak tertahankan, ia bisa memejamkan mata barang sejenak untuk kemudian ia meminta agar dibangunkan beberapa saat kemudian. Yang terjadi pada Saul pada waktu itu sungguh di luar dugaan. Ketika ia jatuh tertidur, semua orang yang bersama-sama dengan dia ikut tertidur. Bayangkan Abner, panglima tentara Saul berikut tiga ribu orang-orang Israel pilihan semuanya ikut tertidur. Tidak ada satu pun yang berjaga-jaga.

Maka tidaklah heran, ketika Daud berseru-seru membangunkan Saul dari tidur lelapnya, Daud menegur Abner dan bertanya mengapa ia tidak berjaga-jaga dan mengawal tuannya. Betapa menyedihkannya ketika di dalam sebuah komunitas, baik besar ataupun kecil, gereja ataupun keluarga, ketika tidak ada satu orang pun yang berfungsi sebagai pembangun anggota dari ketertidurannya. Dibutuhkan orang-orang yang mampu bertindak sebagai pengingat akan visi Tuhan dan tuntunan Tuhan. Orang-orang yang dapat mengingatkan satu dengan yang lainnya tentang langkah yang dikehendaki Tuhan. Jadi seorang yang siap untuk menjadi alat “wake up call” bagi sesama.

Mari jemaat Tuhan, kita tidak dapat memungkiri bahwa tidur merupakan sebuah anugerah yang Tuhan berikan bagi setiap
manusia. Tubuh kita sudah dirancang oleh Tuhan sedemikian rupa untuk dapat menikmati tidur. Manusia butuh tidur. Namun ingat, tidur itu berbeda dengan ketiduran. Secara jasmani ketiduran adalah sesuatu yang masih dapat diterima apabila seseorang mengalami kelelahan. Namun orang yang mengalami ketiduran rohani akan mengakibatkan kerugian yang sangat besar, yaitu kekalahan dan kehilangan banyak hal penting. Selamat berjaga-jaga!

Tuhan Yesus memberkati!

Jangan Biarkan Rohani Tertidur (Pesan Gembala, 23 Agustus 2020)

| Warta Jemaat |
About The Author
-