HADIRKAN “TABUT ALLAH” DIMANAPUN KITA BERADA
2 Samuel 6:2 Kemudian bersiaplah Daud, lalu berjalan dari Baale-Yehuda dengan seluruh rakyat yang menyertainya, untuk mengangkut dari sana tabut Allah, yang disebut dengan nama TUHAN semesta alam yang bertakhta di atas kerubim.
Sejak peristiwa Hofni dan Pinehas di 1 Samuel 3 dimana kedua anak imam Eli terkenal dengan perbuatan dursilanya, mereka adalah orang-orang berbuat seenaknya dalam posisinya sebagai imam di Bait Allah. Ketika terjadi peperangan melawan bangsa Filistin kalahlah bangsa Israel. Mereka memutuskan untuk membawa Tabut Allah dengan harapan pasti Tuhan akan membuat mereka menang. Namun kenyataannya, lagi-lagi bangsa Israel mengalami kekalahan. Hofni dan Pinehas mati, dan Tabut Allah berpindah tangan dirampas oleh Filistin.
Keberadaan Tabut Allah di wilayah Filistin telah menimbulkan masalah bagi bangsa Filistin. Mereka mangalami tulah berupa borok-borok. Kemanapun mereka memindahkan Tabut tersebut malapetaka terjadi. Hingga akhirnya mereka mengembalikan Tabut Allah ke daerah Israel dengan menaikkannya ke atas sebuah kereta dengan lembu sebagian penariknya ke daerah Bet Semes. Karena di Bet Semes orang-orang Israel ada yang membuka Tabut maka matilah 70 orang. Mereka meminta agar orang Kiryat Yearim mengambilnya. Mereka mengambilnya dan menaruhnya di rumah Abinadab.
Pada waktu itu yang menjadi hakim atas bangsa Israel adalah nabi Samuel. Di masa tua Samuel bangsa Israel meminta seorang raja untuk memimpin bangsa Israel. Singkat cerita, menjadi rajalah Saul atas Israel. Diperkirakan Saul menjadi raja atas Israel sekitar 40 tahun. Dan selama Saul menjadi raja, tidak pernah sekalipun ia menanyakan keberadaan Tabut Allah baik dalam pemerintahannya maupun dalam keluarga dan dalam kehidupannya. Ia sama sekali tidak peduli dimana Tabut Allah berada. Padahal Tabut Allah ketika Saul memerintah masih berada di rumah Abinadab. Bisa dibayangkan, berpuluh tahun Tabut Allah tetap berada di rumah Abinadab.
Namun yang luar biasa, begitu Daud diangkat menjadi raja atas seluruh Israel dan diam di Yerusalem, maka yang pertama teringat oleh Daud adalah keberadaan Tabut Allah. Daud rindu mengembalikan Tabut ini ke Yerusalem, kota Daud yang adalah pusat pemerintahan Israel. Kita bisa melihat tindakan Daud ini sebagai upaya menjadikan Tuhan sebagai sentral dalam pemerintahannya; tapi lebih dari motivasi berskala nasional itu, Daud juga punya motivasi dalam skala personal. Ia rindu kehadiran Tuhan dalam hidup pribadinya. Ia lalu mengumpulkan orang-orang untuk mengatur pemindahan Tabut Allah dari rumah Abinadab di Kiryat Yearim ke Yerusalem.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Kita memang sudah tidak hidup di era dimana Tabut Allah harus dibawa-bawa secara fisik agar Tuhan melawat umat-Nya. Namun Tuhan mau kita memahami prinsip pentingnya membawa kehadiran Tuhan ke tengah-tengah kehidupan kita sebagai umat-Nya, memahami prinsip korban persembahan atau penyembahan yang tulus karena Dia Raja, memahami jalinan keintiman yang harus dibangun (seperti Daud yang selalu melibatkan Tuhan dalam setiap aspek, termasuk ketika ia datang kepada Tuhan untuk minta dikoreksi), dan memahami bahwa Tuhan adalah Raja yang harus dihormati.
Melalui pesan-Nya ini Tuhan mau kita kembali menyadari bahwa Tuhan itu adalah Allah yang luar biasa. Tuhan mau kita mengetahui bahwa Dia adalah Tuhan yang tidak bisa disepelekan, Tuhan yang tidak bisa diperlakukan seenaknya, namun sekaligus menyadari bahwa Dia adalah Tuhan yang sangat mengasihi umat-Nya, Tuhan yang rindu memberkati umat-Nya, dan juga Tuhan yang selalu mengajar umat-Nya. Seringkali tidak sedikit orang percaya menyadari bahwa betul ia punya Tuhan, betul percaya bahwa Tuhan hadir, namun di saat yang sama ia merasa Tuhan juga biasa-biasa saja, sehingga iapun bersikap biasa-biasa saja kepada Tuhan. Kekuatiran, ketakutan, keragu-raguan, mengambil tindakan sendiri, apatis (hidup yang tidak ingin melakukan apa-apa lagi, di saat Tuhan memilih kita untuk menjadi representasi Kerajaan Sorga) kerap mewarnai kehidupan orang percaya.
Beberapa prinsip yang perlu kita pahami berkaitan dengan pesan Tuhan bagi kita, yaitu apa yang dimaksud dengan “Menghadirkan Tabut Allah dimanapun kita berada.” Di antaranya adalah:
(1). Tidak memerlakukan Tuhan sebagai suatu “benda,” melainkan sebagai Pribadi yang merindukan jalinan hubungan
2 Samuel 6:3 Mereka menaikkan tabut Allah itu ke dalam kereta yang baru setelah mengangkatnya dari rumah Abinadab yang di atas bukit. Lalu Uza dan Ahyo, anak-anak Abinadab, mengantarkan kereta itu.
Di masa awal, di zaman Musa dan Yosua, mereka tahu memerlakukan Tabut Allah bahwa itu bukan semata-mata benda biasa, namun kehadiran pribadi Tuhan yang luar biasa. Sekalipun demikian, Musa dan Yosua adalah orang-orang yang tahu apa yang disebut datang secara pribadi menjalin keintiman kepada Tuhan. Artinya ada kehidupan penyembahan dan jalinan relasi dengan Tuhan.
Generasi berganti generasi hingga akhirnya Tabut diperlakukan hanya sebagai “benda ajaib” yang memberikan kemenangan. Dari zaman anak-anak imam Eli, lalu masuk zaman Saul, dan zaman Daud. Ciri dari masing-masing generasi ini bisa dianggap mewakili tiga jenis orang percaya.
Yang pertama adalah type “Anak-anak imam Eli.” Ini berbicara tentang orang-orang percaya yang berbuat seenaknya di hadapan Tuhan. Mereka bukan orang percaya biasa, mereka adalah para imam. Anak-anak muda yang sudah melayani Tuhan, namun tidak lagi menjaga kekudusan. Hofni dan Pinehas terkenal sebagai orang-orang yang berlaku dursila, orang-orang yang tidak mengindahkan Tuhan sekalipun mereka tidur dekat sekali dengan Tabut Allah (1 Sam. 4:4). Mereka hanya dekat secara jarak. Namun mereka tidak dekat secara hubungan dengan Tuhan. Yang kedua adalah “Type Saul.” 40 tahun Saul memegang jabatan tinggi sebagai pemimpin bangsa, namun tidak sekalipun ia teringat dimana keberadaan Tabut Allah selama itu. Apakah Saul seorang yang berdoa kepada Tuhan? Iya, Saul adalah seorang berdoa kepada Tuhan dalam banyak hal. Termasuk ketika ia berdoa hendak menangkap dan membunuh Daud. Seorang yang tidak mengindahkan Tuhan akan melakukan sesuatu yang berlawanan dengan kehendak Tuhan. Betapa berbahayanya. Yang ketiga adalah “Type Daud.” Seorang yang sadar bahwa tanpa Tuhan dalam pemerintahannya semua akan sia-sia, tanpa Tuhan dalam hidup pribadinya juga akan sia-sia, dan seorang yang merindukan agar rakyatnya juga datang membangun relasi dengan Tuhan. Itulah sebabnya, ia langsung teringat, dimana Tabut Allah berada selama itu? Dan didapatilah Tabut itu Ada di runah Abinadab di Kiryat Yearim. Maka dimulailah usaha untuk memindahkan Tabut tersebut.
(2). Tidak menyerah ketika ada sesuatu yang tidak dimengerti. Dia adalah Tuhan yang siap mengajarkan
2 Samuel 6:8-9 (8) Daud menjadi marah, karena TUHAN telah menyambar Uza demikian hebatnya; maka tempat itu disebut orang Peres-Uza sampai sekarang. (9) Pada waktu itu Daud menjadi takut kepada TUHAN, lalu katanya: “Bagaimana tabut TUHAN itu dapat sampai kepadaku?”
Daud pada waktu itu sempat merasa gagal dalam membawa Tabut Allah dari rumah Abinadab di Kiryat Yearim ke Yerusalem. Marah dan bingung mungkin bercampur aduk. Bayangkan belum lama Tabut dinaikkan ke atas sebuah kereta yang baru, tiba-tiba di tempat pengirikan Nakhon Tuhan menyambar Uza dengan hebatnya pada saat ia mengulurkan tangannya kepada Tabut Allah. Ia mati seketika. Ada kemarahan pada hati Daud, namun segera berubah menjadi rasa takut kepada Tuhan. Ia datang kepada Tuhan untuk mencari tahu apa yang dikehendaki Tuhan.
Selama 3 bulan Tabut Allah dititipkan di rumah Obed Edom orang Gat, dan selama masa 3 bulan pula Daud bergumul di hadapan Tuhan. Ia bertanya bagaimana Tabut Tuhan dapat sampai kepadanya. 3 bulan bukanlah waktu yang singkat. Namun Daud tidak menyerah sampai ia mendapatkan jawaban dari Tuhan. Melalui peristiwa ini sebetulnya Tuhan mau kita belajar sesuatu dari Daud untuk menjadi orang yang tidak mudah menyerah. Mungkin kita belum mendapatkan suatu jawaban atas pergumulan kita, namun bukan artinya kita menyerah begitu saja lalu memutuskan segala sesuatu menurut apa yang benar dalam pandangan kita.
Mari jemaat Tuhan, melalui pesan ini Tuhan mau kita belajar menanggapi keberadaan Tuhan dalam hidup kita. Dia adalah Allah yang berkuasa dan hadir di setiap keadaan kita, sehingga kita tidak perlu hidup dalam ketakutan atau kekuatiran. Namun Tuhan juga adalah Allah yang patut dihormati keberadaan-Nya sekalipun Ia tidak terlihat oleh pandangan mata jasmani kita. Bagian kita adalah senantiasa hadirkan Pribadi-Nya dan berikan apa yang patut kita berikan bahkan berikan yang terbaik kepada-Nya sebagai Raja di atas segala raja.
Tuhan Yesus memberkati!