TUNJUKKAN INTEGRITASMU!
Sebagai orang-orang percaya yang ditempatkan Tuhan di bumi, Alkitab mengatakan (1 Petrus 2:11) bahwa kita itu disebut sebagai pendatang dan perantau. Sejak kita dilahirkan baru di dalam Kristus, maka seperti yang Yesus katakan kepada para murid: “Kamu bukan dari dunia lagi, melainkan kamu dari Sorga?” Keberadaan kita di bumi saat ini hanyalah untuk sementara waktu. Tujuannya adalah menjadi perwakilan Sorga di bumi.
Tugas kita di bumi adalah membawa misi Kerajaan Sorga yang untuk itulah kita disebut sebagai duta Kerajaan Sorga. Dalam posisi inilah kita harus hidup dengan nilai-nilai Kerajaan Sorga, supaya orang-orang melihatnya bahwa memang kita berasal dari Sorga. Artinya, ada kualitas hidup yang berbeda yang kita hidupi di bumi ini. Kualitas hidup seseorang itu sangat penting. Kualitas menentukan siapa dan dari mana kita berasal. Dan salah satu nilai Kerajaan Sorga yang yang harus kita hidupi sebagaimana ditekankan dalam pesan Tuhan ini adalah Integritas.
1 Timotius 6:11 Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan. (The Living Bible: “But you, man of God, flee from all these things. Set your heart on integrity [Yun. Dikaiosune], true piety, faithfulness, love, endurance and gentleness).
Kata integritas berasal dari bahasa Inggris yakni integrity, yang diambil dari kata Integer yang berarti utuh, menyeluruh, lengkap atau segalanya. Orang yang berintegritas adalah orang yang memiliki keutuhan dan keselarasan dalam pikiran, perasaan, sikap perbuatan dan perkataan. Semua aspek dalam diri internal dan eksternal tetap sinkron dan harmonis. Tidak ada rekayasa atau kepalsuan.
Jadi, integritas berarti dapat dipercaya, jujur dan setia. Kehidupan kita akan menjadi dipercaya, apabila perkataan kita sejalan dengan perbuatan kita. Integritas juga berarti komitmen dan loyalitas. Apakah komitmen itu? Komitmen adalah teguh memegang suatu janji pada diri sendiri ataupun orang lain walaupun harus berkorban. Jangan lupa, integritas juga berarti tanggung jawab. Tanggung jawab adalah berani dan bersedia mengambil risiko untuk melakukan kewajiban dengan kemampuan yang terbaik. Yang terakhir, integritas adalah konsistensi. Konsisten berarti tetap pada pendirian. Orang yang konsiten adalah orang yang tegas pada keputusan dan pendiriannya tidak goyah.
Latar belakang ayat di atas merupakan salah satu rangkaian nasihat Rasul Paulus kepada Timotius, seorang pemimpin jemaat dan pelayan Kristus. Rangkaian nasihat telah dimulai pada pasal 4 sampai pasal terakhir, pasal 6. Secara khusus pada ayat ini, rasul Paulus memanggil Timotius sebagai seorang pelayan yang mewakili Allah. Artinya, Timotius sebagai “man of God” atau manusia Allah, pribadi yang mewakili Allah dalam melaksanakan tugas Kerajaan Sorga di bumi. Sebagai seorang pelayan yang mewakili Tuhan, rasul Paulus menuliskan ciri seorang pelayan Allah bagaikan seorang atlet yang bertarung atau bertanding dengan benar untuk mencapai tujuan.
Secara khusus, Rasul Palus menasihati pula Timotius untuk menghindari pengajaran yang salah kepada jemaat dalam hal uang atau materi dengan memanfaatkan pelayanan. Pelayanan dan uang atau materi adalah dua hal yang harus dikelola dengan baik. Pelayanan dan uang dapat dengan mudah melenceng atau menyesatkan pelayanan seseorang apabila tidak melibatkan nilai integritas di dalamnya. Pengajaran harus disertai dengan pengetahuan dan perbuatan menurut perkataan Kristus (ayat 3). Materi atau uang harus disertai dengan hati yang terarah kepada Kristus (ayat 10).
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Tuhan ingin kita sebagai orang percaya seharusnya dikenal karena memiliki jati diri yang selaras dengan nilai-nilai integritas sebagaimana yang Tuhan ajarkan. Nilai-nilai yang pernah hidup di masa lalu seperti misalnya orang mudah menepati apa yang telah diucapkan atau diikrarkan, hidup dengan memegang komitmen, memikul tanggung jawab secara konsisten, dan sebagainya jangan sampai tergerus seiring berjalannya waktu. Bahkan ketika diperhadapkan suatu keadaan, nilai-nilai penting itu bahkan seringkali yang pertama kali dikorbankan. Dikorbankan hanya demi keuntungan, kepentingan dan keamanan diri pribadi. Ingat, nilai integritas itu tidak bisa diambil dari kita, kecuali kita sendiri yang mengorbankannya. Integrity can not be taken from you. Integrity can only be given up (George Munzing).
Beberapa hal yang harus kita perhatikan agar tetap hidup dengan integritas yang sejati di hadapan Tuhan dan manusia:
(1). Tetap setia terhadap apapun yang Tuhan percayakan
1 Timotius 6:20a Hai Timotius, peliharalah apa yang telah dipercayakan kepadamu. …
Kadang ingin rasanya Timotius menyerah terhadap apa yang telah dipercayakan rasul Paulus kepada dirinya. Menjadi seorang gembala muda di kota besar seperti Efesus pada waktu itu sangat tidak mudah. Ancaman atau godaan datang dari berbagai sisi, eksternal maupun internal. Dari sisi eksternal, kondisi penduduk kota yang mayoritas penyembahan kepada dewi artemis, banyaknya pelacuran bakti, belum lagi para penyesat yang terus memengaruhi jemaat dengan memberikan berbagai pandangan yang salah.
Gangguan sisi internal datang dari pengerja dan jemaat yang seringkali meremehkan dirinya mengingat Timotius pada waktu itu dianggap sebagai anak muda belia yang tidak tahu apa-apa. Itulah sebabnya, tidak sedikit surat-surat ditulis rasul Paulus kepada Timotius isinya memberikan dorongan agar Timotius tetap konsisten menjaga integritasnya. Ada tanggung jawab yang ia harus pikul dan emban dengan baik di tengah berbagai keadaan yang dihadapi.
Integritas adalah tetap setia terhadap apapun yang Tuhan percayakan kepada kita di tengah berbagai tantangan yang terjadi. Dalam arti kata lain, integritas adalah komitmen dan konsisten. Namun ingat, tugas dan tanggung jawab kita bukan melulu soal tugas di gereja saja. Bagaimana dengan tugas dan tanggung jawab kita di keluarga atau rumah tangga? Apakah kita sudah sungguh-sungguh memikul tugas dan tanggung jawab kita di sana dengan baik? Sering kita tidak menyadari bahwa posisi seorang pemimpin di dalam itu begitu penting, karena dampak yang ditimbulkan itu sangat besar. Ketika integritas kita korbankan di sana, maka sesungguhnya kita sedang mengajarkan kehancuran pada sebuah generasi di bawah kita.
(2). Tetap jaga integritas kita terlepas kondisi apapun yang kita alami
1 Timotius 6:12 Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi.
Rasul Paulus dalam nasehatnya kepada Timotius mengingatkan agar apapun situasi yang sedang dihadapi, hendaklah tetap ia harus menyelesaikan pertandingannya dengan baik. Bahwa mungkin kondisi Timotius saat itu sedang tidak baik-baik, mungkin berbagai kesulitan sedang ia hadapi namun meskipun demikian, ia tetap disuruh untuk bertanding dalam pertandingan iman yang benar. Bukan menjadi asal-asalan bertanding.
Orang yang hidup dalam integritas bukanlah seorang yang sama sekali tidak ada kelemahannya atau bebas dari segala tantangan dan masalah hidup. Namun yang diperlukan adalah tetap jaga nilai Kerajaan Sorga tersebut di tengah kondisi apapun yang kita hadapi. Yusuf adalah salah satu contohnya. Pada waktu ia bekerja sebagai pembantu rumah tangga, keadaan Yusuf tadi dijelaskan juga sedang tidak baik-baik saja. Rasanya belum lama ia beri dijebloskan ke dalam sumur kering oleh kakak-kakaknya, lalu dijual kepada pedangang Median, lalu dibawa ke Mesir untuk kemudian dijual lagi. Dan kebetulan Potifarlah yang membelinya. Berbagai gejolak sedang Yusuf alami, namun satu hal yang luar biasa, ia tetap menjaga integritasnya.
Mari jemaat Tuhan, ujian tentang integritas itu seringkali terjadi bukan pada waktu kita sedang dalam keadaan “fit.” Ujian tentang integritas justru muncul dalam peristiwa-peristiwa umum sehari-hari ketika kita sedang menjalani hidup atau muncul ketika seorang percaya sedang berada dalam suatu keadaan yang sedang tidak mengenakkan. Meskipun ujian integritas sebetulnya juga muncul pada saat seseorang sedang berada di puncak. Namun apapun keadaan yang kita hadapi, biarlah nilai-nilai Kerajaan Sorga tetap kita menjaganya. Bukankah dari sejak zaman Alkitab PL-PB keristenan dikenal rela menderita demi memertahankan iman dan nilai Kerajaan yang dianutnya?
Tuhan Yesus memberkati!