Merasa Nyaman di Tengah Ketidakamanan

MERASA NYAMAN DI TENGAH KETIDAKAMANAN

Galatia 2:18-20 (18) Karena, jikalau aku membangun kembali apa yang telah kurombak, aku menyatakan diriku sebagai pelanggar hukum Taurat. (KJV.: For if I build again the things which I destroyed, I make myself a transgressors).

Secara sederhana, makna surat yang ditulis rasul Paulus dalam perikop ini adalah berkisar tentang beberapa gaya hidup orang percaya. Ada gaya hidup yang menjalani kekristenan hanya sebagai aksesoris semata-mata. Kata kunci yang mewakili sikap ini adalah “tidak selaras” dan “tidak konsisten” (ayat 11-14).” Salah satu motivasi paling dominan di balik tipe ini adalah berlaku seolah-olah melakukan kebenaran agar dapat diterima oleh dan menyenangkan orang lain. Padahal di satu sisi ia menjalani gaya hidup yang berbeda.

Gaya hidup lain yang perlu diwaspadai adalah legalisme (ayat 16). Agama dilihat sebagai kumpulan berbagai aturan spiritual bagi kehidupan. Yang ditekankan di sini adalah ketaatan pada deretan peraturan religius yang begitu banyak dan detil. Semakin terlihat taat berarti semakin saleh. Ketaatan akan aktifitas agamawi dianggap menentukan seberapa besar kasih seseorang kepada Tuhan. Pandangan semacam ini membuat orang merasa aman dan merasa lebih baik dari orang lain.

Kebalikan dari legalisme religius adalah gaya hidup yang mengajarkan bahwa orang-orang Kristen sudah dibebaskan dari tuntutan Hukum Taurat dan menikmati kebebasan penuh di dalam Kristus. Mereka boleh melakukan apapun, dan itu tidak akan membahayakan keselamatan mereka. Kehidupan-kehidupan seperti inilah yang dikritik oleh rasul Paulus.

Rasul Paulus dalam ayat 19-20 mengatakan bahwa hidupnya berpusat pada Injil Kristus. Ia telah mati oleh hukum Taurat supaya ia hidup untuk Tuhan. Ia telah disalibkan dengan Kristus. Ia hidup, tetapi bukan lagi ia sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam dirinya. Ia kini hidup oleh iman di dalam Yesus Kristus. Yang artinya, kehidupan yang dikontrol oleh Kristus didasarkan pada iman kepada-Nya, bukan semata-mata oleh prestasi, pencapaian, maupun upaya-upaya kesalehan cara manusia. Kehidupan seperti inilah yang membuat seorang pemercaya baru mengalami pertumbuhan di dalam Kristus.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Bahwa jangan kita orang percaya merasa nyaman ketika menjalani gaya hidup kekristenan yang hanya sekedar aksesoris semata-mata, kekristenan agamawi, kekristenan super bebas melakukan apa saja karena Kristus sudah mati di kayu salib melepaskan kita dari dosa, atau apapun namanya jenis kekristenan namun tanpa memiliki hubungan dengan Tuhan dan tanpa memahami kehendak Tuhan dalam hidup kita. Tidak sedikit kekristenan yang entahkah menyadari atau tidak mereka merasa nyaman dengan segala label “kekristenan” yang mereka miliki, namun melalui pesan-Nya ini Tuhan mau kita kembali menyelaraskan dengan apa yang di kehendaki Tuhan melalui firman-Nya. Kekristenan pada dasarnya adalah sesuatu yang sederhana, namun orang percaya sendirilah yang telah membuatnya begitu rumit dan sukar.

Beberapa hal yang perlu kita lakukan agar menjadi pengikut-pengikut Kristus yang menangkap tujuan Tuhan dalam hidup kita, beberapa di antaranya adalah:

(1). Berani mengambil keputusan untuk keluar dari kenyamanan yang salah

Galatia 2:19 Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus;

Ketika rasul Paulus mengetahui bahwa tidak seorang pun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus, maka ia memutuskan untuk hidup percaya kepada Kristus, disaat orang-orang masih melakukan hukum Taurat. Ia tidak mau berlama-lama hidup dengan cara yang tidak mendatangkan kebenaran. Ia “keluar” dari kenyamanan hidup sebelumnya dengan mengatakan bahwa ia telah mati oleh hukum Taurat dan Kristus menghidupkan dirinya. Kata ‘menghidupkan’ artinya Kristus terus menerus hidup di dalam dirinya. Dari situlah ia menjalani hidup yang berpadanan dengan Injil Kristus serta menangkap apa yang Tuhan mau ia lakukan.

Keluar dari sesuatu hal yang sudah lama kita hidupi bukanlah sesuatu yang mudah. Ada ‘wilayah nyaman’ yang sulit untuk ditinggalkan, entahkah sudah terlanjur merasa nyaman oleh sesuatu yang sudah enak ataupun merasa nyaman oleh sesuatu yang tidak enak. Namun apabila kita menyadari bahwa kebenaran firman mengatakan hal yang berbeda, maka dibutuhkan sebuah keputusan besar untuk berani meninggalkannya demi kehidupan yang lebih berkenan di mata Tuhan. Ketika kita menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi hal itu bukanlah sebuah proses pasif menerima Kristus dan berhenti setelahnya karena sudah berpindah Kerajaan, melainkan sejak saat itu kita masuk ke dalam sebuah “perjalanan” bersama Dia, dimana kita belajar mengenal-Nya terus menerus secara lengkap.

(2). Berani untuk menjalani hidup yang siap diubahkan untuk tujuan mengubahkan banyak orang (bersedia mengalami transformasi untuk mentransformasikan orang lain).

Galatia 2:20 namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.

Rasul Paulus mendeklarasikan sebuah hidup yang baru di dalam Kristus. Ia mengatakan bahwa ia sudah bukan Paulus yang lama lagi, melainkan Paulus yang baru di dalam Kristus. Kehidupan yang telah ditransformasikan. Kehidupan seseorang di luar Kristus adalah kehidupan dalam perbudakan dosa; hal ini berarti dosa menguasai dan menjadi tuan dalam hidupnya. Satu-satunya cara supaya seorang budak bisa dibebaskan adalah jika ada seseorang yang mau membeli budak tersebut. Yesus mati menyerahkan diri-Nya menjadi tebusan bagi kita supaya kita dilepaskan dari kuasa dosa dan dijadikan milik Tuhan. Itulah sebabnya mengapa rasul Paulus berkata bahwa hidup yang ia jalani sekarang adalh hidup bagi Kristus.

Rasul Paulus sedang mengajarkan suatu kebenaran yang sangat penting bagi orang percaya mengenai konsekuensi dari orang-orang yang ditebus oleh Kristus. Banyak orang percaya yang memandang karya penebusan Kristus dengan tidak lengkap, dimana menghayati karya penebusan Kristus hanya pada pemikiran bahwa Yesus telah melepaskan kita dari perbudakan dosa. Dan sekarang kita telah menjadi orang yang bebas, sebebas-bebasnya bagi diri sendiri. Apa seperti itu? Tidak. Hal kelepasan dari perbudakan dosa memang penting, namun ada hal tidak kalah penting dari karya penebusan Kristus, yaitu kita menjadi milik Tuhan dan supaya kita melayani Tuhan. Melakukan apa yang Tuhan ingin kita lakukan.

Mari jemaat Tuhan, apabila memahami untuk tujuan apa Tuhan menebus kita, maka sesungguhnya hidup yang kita hidupi saat ini bukan lagi dikendalikan oleh diri kita sendiri lagi, melainkan dikendalikan oleh Kristus yang adalah sang Pemilik, bukan untuk “diperbudak” melainkan untuk melakukan perkara-perkara yang besar bersama-Nya.

Tuhan Yesus memberkati!

Merasa Nyaman di Tengah Ketidakamanan

| Warta Jemaat |
About The Author
-