Jangan Menutup dan Mengeraskan Hati (Pesan Gembala, 20 Maret 2022)

JANGAN MENUTUP DAN MENGERASKAN HATI

Mazmur 95:7-8 (7) Sebab Dialah Allah kita, dan kitalah umat gembalaan-Nya dan kawanan domba tuntunan tangan-Nya. Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suara-Nya! (8) Janganlah keraskan hatimu seperti di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang gurun,

Mazmur 95 ini digubah oleh pemazmur sebagai ajakan kepada umat Tuhan untuk beribadah kepada Tuhan disertai dengan rasa hormat dan hati yang taat. Sekaligus juga memberikan suatu pengajaran agar umat Tuhan tidak melakukan kesalahan seperti yang dilakukan oleh nenek moyang bangsa Israel di padang gurun yang seringkali tidak konsisten di dalam menanggapi perkataan Tuhan. Ibadah yang disampaikan dalam mazmur ini sungguh sangat jelas menerangkan alasan mengapa umat Tuhan harus bersorak-sorai dan sujud menyembah kepada Tuhan.

Pemazmur memotivasi kita untuk senantiasa mengucap syukur kepada Tuhan dalam segala hal, karena Tuhanlah gunung batu dan keselamatan kita. Di dalam ayat 1-5 dijelaskan oleh pemazmur suatu pengakuan iman bahwa Allah yang kita sembah itu Mahabesar dan Raja yang mengatasi segala allah. Artinya, Tuhan sebagai penentu kendali atas segala kehidupan dan alam ciptaan-Nya sampai ke bagian-bagian bumi yang paling dalam sekalipun. Kemahakuasaan-Nya tidak terbatas dan tidak dapat ditandingi oleh allah-allah lain yang ada di dunia ini.

Bagian kedua dari Mazmur ini, yaitu ayat 6-7, juga masih berupa ajakan kepada umat Tuhan untuk sujud menyembah kepada Tuhan, kali ini dengan alasan hubungan, yaitu antara Tuhan sebagai pribadi yang menciptakan dengan kita sebagai umat ciptaan-Nya. Bahkan lebih daripada itu, bagian ini menjelaskan hal yang lebih dekat lagi, yaitu hubungan antara Tuhan sebagai Gembala dan kita sebagai domba-domba gembalaan-Nya.

Bagian terakhir dari seluruh nas, yaitu ayat 8-11, menjelaskan sejumlah peringatan kepada umat Tuhan. Pemazmur memeringatkan supaya kita jangan mengulangi kesalahan seperti apa yang pernah dilakukan oleh bangsa Israel ketika dalam perjalanan mereka keluar dari perbudakan Mesir menuju ke Kanaan. Di dalam perjalanan mereka menuju Kanaan, tibalah mereka di suatu tempat yang bernama Masa dan Meriba. Di sana kondisi umat Israel sudah mengeraskan hati untuk tidak mengindahkan perkataan Tuhan dan berbagai tingkah lakunya lainnya.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Seperti sebagian besar bangsa Israel pada masa itu, dimana mereka akhirnya gagal memasuki tanah dijanjikan Tuhan, setelah diawali dengan mengeraskan hari mereka terhadap perkataan Tuhan dan melontarkan berbagai sungut-sungut, demikian pesan ini disampaikan Tuhan kepada kita agar tidak menutup diri dan mengeraskan hati terhadap perkataan Tuhan. Mereka tidak menyadari apabila mereka saat itu ada sebagai bangsa yang telah bebas dari perbudakan, semua karena perkataan Tuhan. Perkataan Tuhan pula yang telah membawa mereka sejauh itu.

Beberapa hal yang perlu kita pahami berkaitan dengan pesan Tuhan ini apa yang dimaksud dengan mengeraskan hati terhadap perkataan Tuhan, di antaranya adalah:

(1). Ketika seseorang sudah kehilangan kekaguman akan perbuatan Tuhan

Mazmur 95:8-9 (8) Janganlah keraskan hatimu seperti di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang gurun, (9) pada waktu nenek moyangmu mencobai Aku, menguji Aku, padahal mereka melihat perbuatan-Ku.

Selama perjalanannya di padang gurun bangsa Israel harus singgah dari satu tempat ke tempat yang lainnya dengan kondisi yang berbeda-beda. Meski demikian di mana pun kaki mereka melangkah, tak sedetik pun Tuhan meninggalkan dan membiarkan mereka berjalan sendiri, baik itu siang maupun malam. Pertolongan dan kebaikan Tuhan senantiasa menyertai bangsa Israel. Namun mereka tidak pernah berhenti mengeluh, bersungut-sungut dan menyalahkan. Juga saat mereka tiba di Masa dan di Meriba ketika di situ tidak ada air untuk diminum. Seperti biasa mereka langsung berteriak, “Berikanlah air kepada kami, supaya kami dapat minum.”

Lalu mulai bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Tuhan dan mulai menyalahkan Tuhan mengapa telah membawa mereka keluar dari Mesir. Mereka juga menyalahkan Musa selaku pemimpinnya. Kemudian Musa datang kepada Tuhan dan berseru kepadaNya, dan Tuhan memerintahkan Musa untuk memukul gunung batu itu dengan tongkatnya. Musa taat, maka terjadilah mujizat dari gunung batu itu keluarlah air sehingga bangsa Israel dapat minum dan mereka kehausan. Mengeraskan hati terhadap perkataan Tuhan adalah ketika seseorang tidak lagi menyadari pekerjaan Tuhan yang luar biasa atas hidupnya, yang ada hanyalah menyesali keadaan.

(2). Ketika seseorang sudah tidak lagi menyadari jenis relasi yang ia jalin bersama Tuhan

Mazmur 95:7a Sebab Dialah Allah kita, dan kitalah umat gembalaan-Nya dan kawanan domba tuntunan tangan-Nya.

Siapakah Tuhan itu bagi anda? Apa anggapan kita terhadap siapa Tuhan itu? Banyak orang menganggap Tuhan itu seperti GPS atau jaman sekarang Google map. Kita baru mencari Tuhan ketika kita tersesat. Kita mencari Tuhan, kita meminta Tuhan menunjukkan jalan yang benar. Dan apabila kita sudah tahu jalan itu lalu kita tidak butuh Tuhan lagi. Atau apakah kita menganggap Tuhan seperti traffic light camera atau seperti pengawas dengan CCTVnya, yang siap memperhatikan segala kehidupan kita, dengan mata yang selalu terbelalak dan melihat serta mencatat segala kesalahan kita? Dan ketika kita berdosa, langsung dizoom dan dikenakan denda!

Alkitab mencatat kita berelasi kepada Tuhan sebagai Tuhan yang hidup. Kenapa? Karena Tuhan berbicara kepada anak-anak-Nya. Dan Alkitab mencatat ada banyak sekali bentuk hubungan relasi antara Tuhan dan kita. Dia disebut sebagai Raja kita. Tuhan adalah Bapa kita. Tuhan adalah Penyelamat, Tuhan adalah Gunung Batu Keselamatan kita. Tuhan adalah kekuatan kita. Ada banyak sekali ditulis di Alkitab tentang siapa Tuhan itu. Tetapi ada satu relasi yang khusus yaitu Tuhan adalah Gembalaku, dimana kita para domba berjalan seharusnya hanya berdasarkan pendengaran akan suara sang Gembala.
Mari jemaat Tuhan, kata “Pada hari ini” (Ibr. Yowm) mengandung arti: saat ini juga, selama ada waktu atau selama masih diberi kesempatan, sebab kita tidak tahu kapan hari-hari hidup kita berakhir, namun yang pasti, selama Tuhan memberikan kesempatan kepada kita untuk mendengar dan melihat jalan serta arahan Tuhan melalui perkataan-Nya baiklah kita tidak mengeraskan hati kita. Kelihatannya mungkin seperti remeh, namun perbedaan hasilnya begitu besar.

Tuhan Yesus memberkati!

Jangan Menutup dan Mengeraskan Hati (Pesan Gembala, 20 Maret 2022)

| Warta Jemaat |
About The Author
-