Berserah atau Pasrah? (Pesan Gembala, 13 Maret 2021)

BERSERAH ATAU PASRAH?

Lukas 5:1-11 (5) Simon menjawab: “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.”

Kisah ini sebetulnya menceritakan panggilan Yesus kepada Petrus dan kedua rekannya, Yohanes dan Yakobus, namun di dalamnya terkandung prinsip-prinsip tentang hal “berserah kepada Tuhan.” Pada waktu itu, Yesus melihat Petrus sedang membersihkan jala bersama para nelayan yang lain. Rupanya, semalaman mereka telah pergi menangkap ikan dengan sia-sia. Mereka tidak mendapat tangkapan sama sekali. Yesus yang sedang diikuti oleh orang banyak “sengaja” memilih untuk menaiki perahu Petrus untuk mengajar. Ia meminta Petrus supaya menolakkan perahunya sedikit lebih jauh dari pantai. Setelah selesai berbicara, Yesus meminta dia untuk bertolak ke tempat yang dalam dan menebarkan jalannya untuk menangkap ikan. Sepintas lalu, tidak ada yang salah dalam perintah ini. Secara logis, Petrus bisa saja menolak perintah Yesus ini, mengingat ia adalah seorang nelayan yang berpengalaman yang tentunya lebih tahu banyak tentang hal menjala ikan.

Namun yang luar biasa, Petrus memilih untuk menuruti perintah Yesus. Dia bertolak ke tempat yang dalam dan menebarkan jalanya tepat seperti apa yang diperintahkan Yesus. Apa yang terjadi? Petrus memperoleh hasil tangkapan yang luar biasa banyak. Sampai-sampai jalanya mulai koyak! Butuh dua perahu untuk dapat membawa ikan dalam jumlah yang sangat banyak ini.

Kondisi awal yang Petrus dan kawan-kawannya alami ini merupakan gambaran yang bisa terjadi pada orang-orang di masa sekarang. Tidak sedikit orang-orang hari-hari ini mengalami kendala di berbagai bidang yang mereka jalani. Entahkah itu bidang usaha dan pekerjaan, ataupun bidang pelayanan, rumah tangga, kesehatan dan lain-lain. Walaupun sudah berusaha semaksimal mungkin, namun bagaikan perjuangan tanpa henti, hasil yang dicapai masih jauh dari yang diharapkan. Dari kondisi yang terjadi ini, maka muncullah berbagai sikap dan reaksi. Ada yang akhirnya bersikap pasrah, namun juga tidak sedikit orang-orang yang berserah kepada Tuhan.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Di tengah berbagai sikap yang dimunculkan dari berbagai peristiwa, Tuhan menghendaki agar orang percaya belajar memahami apa yang dimaksud dengan sikap ‘berserah kepada Tuhan.’ Seringkali orang percaya memaknai hal ‘berserah kepada Tuhan’ ini secara kurang tepat. ‘Berserah kepada Tuhan’ dimaknai hanya sekedar ungkapan kata-kata rohani yang indah yang menyatakan bahwa seseorang seolah-olah telah menyerahkan segala perkara dan tindakannya kepada Tuhan, namun pada kenyataannya tidaklah demikian. Diri sendiri masih memegang peranan besar di dalam berbagai cara dan tindakannya. Tuhan mau kita belajar prinsip ‘penyerahan’ ini melalui peristiwa yang dialami oleh Petrus.

Oleh sebab itu, beberapa prinsip tentang ‘berserah kepada Tuhan’ yang perlu kita pahami, di antaranya adalah:

(1). Berserah kepada Tuhan adalah mengenyampingkan keinginan, gagasan dan kehendak diri sendiri dan berpaling kepada kehendak Tuhan.

Luk. 5:5 Simon menjawab: “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.”

Secara logika dan pengalaman Petrus sebagai seorang penangkap ikan, perintah Yesus untuk kembali melayarkan perahunya di hari menjelang siang ke arah kedalaman danau Galilea untuk menebarkan jala, tentunya sangat tidak dapat diterima oleh Petrus. Meskipun Petrus menghormati Yesus dalam kedudukan-Nya sebagai seorang Rabi dengan pengajaran-Nya yang luar biasa, namun hal “pelajaran menangkap ikan” yang diperintahkan oleh Yesus sangatlah tidak masuk akal bagi dirinya. Itulah sebabnya, Petrus mencoba mengungkapkan sebuah fakta, bahwa dengan bekal “keilmuan yang benar” telah semalaman ia bekerja keras menangkap ikan namun tidak menangkap apa-apa. Apalagi melakukan dengan cara yang tidak lazim.

Namun luar biasanya, Petrus segera menyadari siapa yang berbicara di hadapannya. Dan bukankah pula ia telah mencoba mengerahkan segenap kekuatan yang ia miliki dengan tanpa hasil. Maka mulailah Petrus ‘menyerahkan perkaranya kepada Tuhan.’ Apakah cukup hanya dengan mengucapkan ‘penyerahannya kepada Tuhan’ dengan kata-kata? Tidak. Petrus segera mengambil tindakan untuk melakukan tepat yang diperintahkan oleh Yesus dengan menebarkan jalanya ke tempat yang dalam. Dan hasilnya, sungguh membuat Petrus tidak dapat berkata apapun. Bagaimana dengan kita? Apakah pengertian ‘berserah kepada Tuhan’ kita sama dengan yang Tuhan maksud?

(2). Berserah kepada Tuhan adalah menyerahkan kepemilikan kita atas apapun kepada Tuhan

Luk. 5:11 Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, mereka pun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus.

Setelah mendapatkan tangkapan yang begitu banyak, Petrus langsung tersungkur di hadapan Yesus. Ia tahu, Pribadi yang ada di hadapannya itu bukanlah pribadi manusia biasa. Petrus merasa tidak layak berada di hadapan-Nya, terlebih sebelumnya ia sempat meragukan perkataan Yesus. Kemudian Yesus memanggil Petrus untuk menjadi penjala manusia, tanpa berlama-lama Petrus dan kedua rekannya memutuskan meninggalkan segala sesuatunya, lalu mengikut Yesus. Mengapa mereka bisa seperti itu? Karena mereka tahu seberapa tinggi nilai panggilan Tuhan atas diri mereka.

Jika sebelumnya mereka hanya memusingkan diri tentang hal menjala ikan, demi kebutuhan fisik, dan Yesus memenuhinya dengan begitu luar biasa ketika mereka menyerahkan kehendak mereka kepada Tuhan, maka mereka dapat membayangkan hal dahsyat apa yang Tuhan nyatakan dan percayakan sekiranya mereka menyerahkan seluruh kepemilikan hidup mereka kepada-Nya. Mereka menyadari bahwa hidup mereka sepenuhnya milik Tuhan yang memiliki rencana atas mereka, bukan memiliki hanya sebagian dar mereka. Demikian pula kita, ketika kita mengatakan ‘berserah kepada Tuhan,’ artinya kita mau turut ikut ambil bagian atas seluruh rencana Tuhan atas kita, bukan hanya sebagian. Bukankah kita telah ditebus seluruhnya?

Mari jemaat Tuhan, melalui pesan-Nya ini kita menjadi memahami bahwa ‘berserah kepada Tuhan’ adalah bukan sekedar tentang Tuhan tolong hidup kita dari persoalan, melainkan tentang kita “menggabungkan” diri kita sepenuhnya masuk ke dalam rencana Tuhan yang dahsyat. Bukan lagi sekedar tentang “ikan” yang kita butuhkan, melainkan tentang kita berjalan bersama sang Pemilik “ikan” dan Pemilik dari segala hal.

Tuhan Yesus memberkati!

Berserah atau Pasrah? (Pesan Gembala, 13 Maret 2021)

| Warta Jemaat |
About The Author
-