Mengubah Kekuatiran Menjadi Kemenangan (Pesan Gembala, 6 Maret 2021)

MENGUBAH KEKUATIRAN MENJADI KEMENANGAN

Matius 6:25-34 (25) “Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?

Tuhan tahu bahwa manusia seringkali menjadi kuatir; bukan hanya kuatir seperti yang terjadi di masa sekarang saja, pada masa lalu pun dimana manusia belum sebanyak sekarang dan bahan makanan dan pakaian belum sesulit dan semahal sekarang, manusia sudah banyak yang kuatir. Apa yang manusia kuatirkan? Kuatir kalau-kalau nanti tidak ada makanan, minuman, pakaian, masa depan dan lain-lain. Kekuatiran yang dibiarkan dapat menjadi berlebihan, bahkan dapat menjadi semacam penyakit. Namun, bukankah rasa kuatir itu sesuatu yang manusiawi? Betul, rasa kuatir adalah sesuatu yang wajar dan manusiawi. Namun akan menjadi sesuatu yang membahayakan apabila manusia hidup dalam kekuatiran.

Para ahli ilmu jiwa tahu bahwa kekuatiran dapat menekan hidup banyak orang, akibatnya orang tidak bisa menjadi tenang, kehilangan damai sejahtera, panik. Sehingga kekuatiran seringkali disebut “penyakit utama”dan “musuh utama” manusia. Yang pasti kekuatiran atau ketakutan bisa memberikan pengalaman yang tidak nyaman dalam hidup banyak orang, membuat muka murung dan kehilangan sukacita, bahkan bisa membuat banyak orang tidak dapat tidur. Tidak saja orang yang sudah lanjut usia tetapi siapa pun termasuk anak-anak bisa mengalami kekuatiran.

Jadi apabila ada pertanyaan: “Virus apa yang sebenarnya menakutkan dan dapat membunuh hidup banyak manusia?” Jawabannya bukanlah semata-mata Virus Covid-19 dengan segala variannya, melainkan “virus” kekuatiran. Kekuatiran tanpa disadari akan dapat menghambat dan memerpendek umur manusia. Matius 6:27 Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Para ahli Alkitab memaknai istilah “sehasta” tersebut bukan semata-mata tentang tinggi badan atau jarak tempuh, melainkan dengan padanan “umur.” Maka, dengan manusia menjalani hidup dalam kekuatiran dan kegelisahan, akan berakibat menjadi tidak panjangnya hidup manusia. Sehingga tidak heran apabila kekuatiran atau rasa kuatir disebut “virus” global pandemi yang sesungguhnya.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Meskipun tidak semua orang percaya hidup dalam kekuatiran, namun diakui atau tidak, tidak sedikit orang percaya yang menjalani hidup dalam kekuatiran terutama hari-hari ini. Memang kekuatiran itu, tidak selalu dimunculkan dalam tampilan air muka yang sedang cemas atau perkataan pengakuan yang menyatakan kekuatiran yang sedang dialami. Mungkin saja orang yang kuatir itu tidak terlihat secara tampilan luar. Namun lewat pesan-Nya ini, Tuhan nyatakan bahwa ada hati-hati kecil yang merasa ada ketakutan atau kecemasan yang cukup besar tentang sesuatu. Tuhan tentu lebih mengetahuinya. Lewat pesan-Nya ini Tuhan mau kita mengubah kekuatiran menjadi kemenangan.

Beberapa prinsip yang harus kita tangkap agar tidak lagi menjalani hidup dalam kekuatiran, yang artinya tidak menjalani hidup dalam kekalahan, di antaranya adalah:

(1). Pahami prinsip tentang siapa diri kita (Prinsip Identitas)

Mat. 6:25 b … Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?

Melalui ayat ini, Yesus dalam kotbah-Nya di bukit sedang memberikan solusi langsung atas hal kekuatiran yang kerap dialami manusia. Penjelasan ini erat kaitannya dengan cara pandang manusia tentang dirinya sendiri. Yesus menekankan bahwa ‘hidup orang percaya’ itu lebih penting daripada makanan dan ‘tubuh orang percaya’ itu lebih penting daripada sekedar pakaian. Artinya, bahwa Tuhan telah menetapkan bahwa betapa hidup kita dan tubuh kita adalah sesuatu yang sangat penting. Jadi ketika Tuhan menciptakan kita, dikatakan Ia sedang membuat ‘hal yang besar dan penting.’ Setelah itu, barulah kemudian diikuti oleh hal yang sedikit kurang penting.

Apabila Tuhan sudah melakukan perbuatan besar dalam hal memberi ‘kehidupan’ kepada kita, pastilah hal yang lebih kecil baru akan mengikutinya, yakni memelihara kehidupan yang penting itu dengan makanan dan kecukupan lainnya. Dan sama, apabila Tuhan sudah melakukan perbuatan besar dan penting dalam hal memberi suatu ‘tubuh’ kepada kita, pastilah hal yang lebih kecil akan Tuhan siapkan, yakni melengkapi tubuh dengan pakaian dan segala kecukupannya. Sebab ‘kehidupan dan tubuh’ adalah hal yang lebih besar dan penting daripada makanan dan pakaian. Karenanya hidup yang penting itu dengan sendirinya akan diperlengkapi oleh Tuhan. Sekarang, sadarkah kita, bahwa ternyata diri kita begitu penting di mata Tuhan?

(2). Pahami prinsip dengan siapa kita berjalan (Prinsip Hubungan)

Matius 6:31-32 (32) Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.

Kalau hari ini hati kita sedang dipenuhi dengan kekuatiran, ajukanlah sebuah pertanyaan yang penting kepada diri kita tentang ‘siapa diri kita dan siapa yang memiliki kita.’ Ketika Yesus pada waktu itu bicara tentang hal kekuatiran kepada orang banyak yang mendengar-Nya, Ia mengatakan bahwa ada Bapa di sorga yang tahu keperluan anak-anak-Nya. Perhatikanlah, kalimat ini begitu penting maknanya bukan? Pribadi yang disebut Allah pencipta langit dan bumi mau mengakui kita sebagai anak-anak-Nya, lalu mengatakan bahwa Ia adalah Bapa yang mengetahui keperluan kita. Seharusnya melalui satu kalimat ini kita disadarkan relasi seperti apa yang kita miliki dengan Allah kita.

Lalu Yesus membandingkannya dengan bangsa-bangsa lain. Dapatlah dimaklumi kalau bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah hidup dalam kekuatiran, sebab mereka tidak mengenal apalagi memiliki ‘Bapa di Sorga.’ Seharusnya kita sebagai orang percaya sadar siapa diri kita dan siapa yang memiliki kita. Kita berbeda dengan bangsa-bangsa yang tidak mengenal Tuhan, karena kita adalah anak dari Bapa di Sorga yang mengenal kebutuhan anak-anak-Nya. Status hubungan kita sangat berarti dan berharga. Kita milik Tuhan dan Ia ada di dalam kita. Kita telah dilahirkan sebagai ciptaan baru di dalam Yesus Kristus. Kristus hidup di dalam kita.

Mari jemaat Tuhan, hal kekuatiran tidak sepatutnya timbul di dalam kehidupan kita sebagai orang percaya, apabila kita menyadari identitas kita di hadapan Tuhan dan hubungan apa yang kita jalin dengan-Nya. Seandainya kita yang diciptakan sebagai ‘pribadi yang penting’ oleh sang Bapa dan melakukan hal-hal yang berguna bagi kepentingan Kerajaan Sorga yang kita wakili, maka penyediaan dari Sorga adalah sesuatu yang pasti.

Tuhan Yesus memberkati!

Mengubah Kekuatiran Menjadi Kemenangan (Pesan Gembala, 6 Maret 2021)

| Warta Jemaat |
About The Author
-