2 Timotius 4:2  Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.

Saat menuliskan surat keduanya kepada Timotius, rasul Paulus menyadari bahwa masa hidupnya mungkin tidak akan terlalu lama lagi, karena sebagai seorang yang terpenjara, hukuman mati bisa saja dijatuhkan kepadanya sewaktu-waktu. Dengan demikian setiap surat bisa jadi merupakan surat terakhirnya. Dalam surat keduanya itu, yaitu di pasal keempat, rasul Paulus memberikan suatu nasihat kepada Timotius, anak rohaninya, mengenai rahasia untuk memenangkan dunia bagi Kristus. Ia menganggap Timotius sudah cukup dewasa untuk melaksanakan mandat Kerajaan Sorga dengan segala resiko seperti yang sedang dijalaninya sendiri. Nasihat yang ia berikan bukanlah “Jadilah serupa dengan dunia” atau “Beradaptasilah dengan dunia ini”, sebaliknya, pesannya yang sangat singkat dan jelas itu berbunyi:  “Beritakanlah firman!”.

Rasul Paulus menyadari bahwa perintah yang ia berikan kepada Timotius ini bisa menimbulkan dua kemungkinan reaksi yang berbeda. Pertama, Timotius tidak siap dengan tugas tersebut lalu mengundurkan diri, mengingat sang Bapa rohani pun, sebagai pemberi perintah, menulis surat itu ketika ia sedang berada di dalam penjara akibat tugas pemberitaan yang sama yang dilaksanakannya. Dunia memang pada dasarnya tidak mau mendengarkan berita Injil, karena dunia hanya mau mendengar apa yang mereka mau dengar saja. Kemungkinan respon kedua, Timotius tetap mau melaksanakan tugas pemberitaan sekalipun ia tahu benar akibatnya. Puji Tuhan, seiring dengan kedewasaan rohaninya, Timotius menangkap tugas yang dipercayakan kepadanya dengan lapang hati. Ia mengetahui segala resiko dan harga yang harus dibayar ketika melaksanakan mandat tersebut. Ia menyadari bahwa pemberitaannya itu penting dan akan memberi pengaruh besar terhadap dunia. Timotius juga tahu bahwa tugas ini bukan keinginan dari bapa rohaninya semata-mata, namun merupakan kerinduan hati Bapa di Sorga yang telah ditaruhkan-Nya di hati rasul Paulus.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita di minggu ini sekaligus menjadi visi bagi RDMB memasuki tahun 2014. Tuhan memandang kita sudah cukup dewasa untuk mengetahui hal-hal baru yang tadinya belum kita pahami, ada rahasia-rahasia yang sebelumnya tidak diungkapkan kepada kita mengingat “usia” yang belum cukup, ada tugas-tugas maupun tanggung jawab-tanggung jawab baru yang Bapa mau percayakan lebih lagi kepada kita anak-anaknya. Dan sama seperti rasul Paulus yang menantikan respon positif dari Timotius, demikian pula Bapa di Sorga, menantikan respon yang sama dari kita.

Beberapa sikap atau respon yang  patut kita miliki sebagai anak yang dinilai dewasa adalah:
(1). Mampu menerima tanggung jawab yang lebih besar

Yohanes 16:12  Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya.

Ada suatu masa dimana Yesus sebetulnya mau memercayakan banyak hal kepada murid-murid-Nya, akan tetapi Yesus mengurungkan niat-Nya tersebut karena Ia menilai para murid pada waktu itu belum mengerti dan belum mampu untuk mengemban tugas sebesar yang Tuhan inginkan. Namun Yesus mengatakan bahwa nanti, apabila tiba waktunya, seiring dengan masa pengiringan mereka kepada Yesus, dan ketika Roh Kudus sudah dicurahkan untuk memperlengkapi para murid, maka saat itulah mereka akan dipercayakan tugas dan tanggung jawab yang besar bahkan lebih besar dari hal-hal yang Yesus lakukan saat Ia di bumi.

Hal yang sama pula yang akan Tuhan lakukan bagi kita memasuki tahun 2014 ini. Sesuai dengan pertumbuhan rohani yang kita alami selama ini, kita dinilai sudah mampu memahami maksud dan rencana Bapa, mulai bisa dipercaya untuk memegang berbagai rahasia Kerajaan Sorga, dan mengemban tugas dan tanggung jawab yang akan Tuhan percayakan sesuai dengan karunia yang telah Ia berikan kepada kita masing-masing. Entahkah itu di bidang pelayanan gerejawi, rumah tangga, studi, maupun pekerjaan dan usaha. Percayalah bahwa Tuhan akan memberikan tanggung jawab yang lebih besar lagi.

(2). Melayani bukan untuk dilayani

Matius 20:28  sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”

Salah satu ciri anak-anak yang belum mencapai usia akil balig adalah selalu minta dilayani oleh orangtuanya, karena memang pada dasarnya mereka belum mempunyai kapabilitas untuk melakukan hal-hal yang melebihi kemampuan sesuai usia mereka. Meskipun hal ini tidak selalu berlaku sama untuk setiap anak. Namun ada masanya, ketika usia mereka mulai bertambah, mereka memiliki kesadaran untuk melakukannya sendiri tanpa perlu lagi dibantu oleh orangtuanya.

Suatu kali menjelang perjamuan terakhir, Yesus menegur murid-murid-Nya yang sedang sibuk mempermasalahkan siapa yang terbesar di antara mereka. Murid-murid berpikir bahwa apabila mereka menjadi yang terbesar, maka mereka bisa memerintahkan apa saja kepada yang lainnya. Namun Yesus menjelaskan bahwa tidaklah demikian dengan hukum Kerajaan Sorga. Barangsiapa hendak menjadi yang terbesar, maka dialah yang harus melayani sebagaimana Yesus datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani. Apapun latar belakang kehidupan kita sehari-hari, entahkah tinggi atau rendah jabatan kita, pangkat kita, ekonomi kita, dan lain-lain, tingkat kedewasaan kita di mata Tuhan tidak diukur dari hal-hal itu, melainkan dari kerelaan kita untuk melayani, bahkan berkorban bagi kepentingan orang lain.

(3). Menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik

Yohanes 19:30  Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: “Sudah selesai.” Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.

Kata “tetelestai” adalah kata terakhir yang keluar dari mulut Yesus di akhir hidup-Nya, yang menyatakan bahwa seluruh rangkaian tugas yang dibebankan Bapa kepada-Nya sudah Ia tanggung dan Ia selesaikan dengan tuntas. Itu merupakan tanda stempel “lunas” yang berarti bahwa apa yang Yesus lakukan sudah sempurna, sehingga tidak perlu korban yang lain lagi.

Ciri seorang yang telah dewasa adalah mampu menyelesaikan seluruh rangkaian tugas yang dipercayakan kepadanya, entahkah itu suatu tugas yang besar ataupun tugas yang kecil. Karena penilaian tidak didasarkan pada besar kecilnya tugas yang dipercayakan, namun berdasarkan pada seberapa mampu orang itu menyelesaikannya dengan baik. Mungkin saat ini kita sedang dipercayakan suatu tugas, entah di bidang pekerjaan, keluarga, studi, atau pelayanan di gereja, dan sebagainya, dan Tuhan mau kita bersikap dewasa untuk menanggungnya serta menyelesaikannya dengan baik sebagai tanda kedewasaan kita, bahkan siap untuk mengemban tugas yang lebih besar lagi.

Mari umat Tuhan, betapa besarnya penghargaan Tuhan kepada kita memasuki tahun yang baru ini, yaitu bahwa kita dipandang sudah dewasa untuk dapat mengemban tanggung jawab atau hal-hal yang lebih besar lagi dibanding yang telah dipercayakan-Nya sebelumnya. Responilah itu dengan suatu sikap yang sepadan dengan cara Yesus memandang kita.

Tuhan Yesus memberkati!

6 Oktober 2013 – Bertumbuh Menjadi Dewasa (Growing to Maturity). VISI 2014

| Warta Jemaat | 0 Comments
About The Author
-

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.