Kejadian 49:29 Kemudian berpesanlah Yakub kepada mereka: “Apabila aku nanti dikumpulkan kepada kaum leluhurku, kuburkanlah aku di sisi nenek moyangku dalam gua yang di ladang Efron, orang Het itu,
Itulah perkataan yang diucapkan Yakub di hadapan seluruh anak-anaknya yang tengah berkumpul di sekeliling dirinya pada detik-detik menjelang ia menghembuskan nafas terakhirnya. Saat itu Yakub berpesan agar anak-anaknya menguburkan dirinya di dalam sebuah gua yang terletak di ladang Efron, orang Het, apabila ia meninggal nanti. Lokasi yang dimaksud Yakub adalah sebuah ladang yang telah dibeli Abraham di masa lampau dari Efron, orang Het, untuk dijadikan kuburan keluarga. Mengapa Yakub ingin dikuburkan di tempat tersebut? Karena di tempat itu telah dikuburkan Abraham beserta Sarah, Ishak beserta Ribka, dan Lea, istrinya. Sebuah tempat yang bukan sekedar merupakan kuburan keluarga, tetapi tempat terbaringnya tokoh-tokoh iman, yaitu orang-orang yang telah berjalan dengan kebergantungan yang luar biasa kepada Allah Bapa di sorga. Kumpulan orang-orang yang menjalani hidupnya secara maksimal dengan mengikuti tujuan dan rencana Tuhan.
Seringkali tanah kuburan menjadi tanah yang sangat mahal harganya, bukan saja karena terbatasnya lahan, atau letaknya yang berada di tengah kota, tetapi karena di dalamnya tersimpan potensi-potensi yang luar biasa dari jasad yang berada di dalamnya.
Ada orang-orang yang semasa hidupnya telah ditaruhkan tujuan ilahi namun mereka tidak menyadarinya ataupun tidak memaksimalkan hidupnya untuk tujuan ilahi tersebut, lalu kemudian mereka meninggal dunia dan dikuburkan tanpa keberhasilan mencapai tujuan yang Tuhan inginkan, dengan membawa serta semua potensi yang sudah Tuhan berikan untuk mencapai tujuan ilahi tersebut, di dalam kuburannya.
Pesan Tuhan minggu ini berbicara tentang pentingnya peranan generasi pendahulu dalam mempersiapkan generasi-generasi penerus semasa hidupnya serta bagaimana cara menggali dan memaksimalkan potensi yang ada pada para generasi penerus tersebut hingga mereka menjadi generasi yang bahkan lebih baik dibandingkan generasi sebelumnya. Generasi penerus seharusnya bukan hanya bisa mengenang jasa-jasa orangtua maupun pendahulunya saja, namun mereka juga harus tahu dan melakukan apa yang harus mereka lakukan setelah para pendahulu mereka tiada. Dan hal ini dimungkinkan apabila generasi pendahulu mempersiapkan generasi penerusnya dengan baik, memberikan warisan-warisan yang berharga bagi para penerusnya.
Yakub adalah contoh seorang yang melihat bagaimana pendahulu-pendahulunya telah berjalan bersama Tuhan dan telah mewariskan banyak hal yang luar biasa bagi dirinya.
Hal-hal yang perlu kita perhatikan berkaitan dengan pesan Tuhan di atas, di antaranya:
(1). Memberikan teladan yang benar
Kejadian 48:15 Sesudah itu diberkatinyalah Yusuf, katanya: “Nenekku dan ayahku, Abraham dan Ishak, telah hidup di hadapan Allah; Allah itu, sebagai Allah yang telah menjadi gembalaku selama hidupku sampai sekarang, . . . .
Yakub meninggalkan anak-anaknya dengan sebuah teladan iman, yaitu hidup terus bertekun kepada Allah Bapa dan memberikan suatu kesaksian bahwa Allah yang ia sembah adalah Allah yang telah menggembalakan dirinya sepanjang hidupnya, Allah yang telah membelanya, dan Allah yang senantiasa membebaskannya dari segala marabahaya. Sebagai seorang gembala, Yakub sangat memahami makna dari istilah “digembalakan”. Setiap hari Yakub mengeluarkan kambing domba kepunyaan Laban untuk dibawa ke padang rumput hijau, lalu ia menyediakan rumput segar sebagai makanannya serta memberi minum dari air sungai yang jernih. Apabila bahaya datang mengancam ternak-ternaknya, maka Yakub pun datang untuk menghalaunya. Menjelang petang hari, ia akan memastikan bahwa ternak gembalaannya dapat tidur dengan nyenyak. Hal yang sama dialami Yakub saat ia berjalan bersama Tuhan. Yakub sungguh merasakan dan mengalami betapa Allah telah menggembalakan dirinya dengan sangat luar biasa.
Warisan terbaik yang dapat diwariskan seorang ayah kepada anak-anaknya bukanlah sekedar berupa materi, uang, nama besar, dll., melainkan iman dan komitmennya kepada Allah Bapa dan jalan-jalan-Nya. Tidak ada warisan yang lebih berharga selain daripada itu.
Seorang anak tidak cukup hanya diberikan pengetahuan tentang firman Tuhan saja, namun ia perlu melihat bagaimana cara firman itu diwujudnyatakan dalam kehidupan orangtuanya. Dalam sistem pendidikan Yahudi, pembelajaran terbaik bukanlah dengan memberikan teori atau pengetahuan di ruang kelas, melainkan mengajak sang murid untuk mengikuti gurunya dan menerima pengajaran selama mereka berjalan bersama-sama. Dalam kehidupan bersama itulah guru berinteraksi dengan murid-muridnya, dan murid dapat melihat langsung bagaimana tindakan sang guru dalam menghadapi berbagai persoalan dan cara mengatasinya. Selain itu, murid juga dapat melihat secara langsung bagaimana gurunya bertekun dalam membangun hubungan dengan Allah Bapa di sorga. Apa yang diajarkan bukanlah sekedar teori belaka, melainkan proses pembelajaran melalui pengalaman kehidupan nyata. Hal ini pulalah yang dilakukan Yesus bersama murid-murid-Nya. Para murid bukan hanya menerima pengajaran Yesus yang luar biasa, namun, lebih daripada itu, mereka belajar langsung dari kehidupan Sang Guru. Mereka melihat bagaimana Yesus menangkap tujuan ilahi, melakukan dan menyelesaikannya hingga mati di atas kayu salib sebagai bukti dari ketaatan dan iman-Nya kepada Bapa di sorga. Sungguh, suatu teladan yang luar biasa.
Yakub membuktikan keteladanannya dengan masih menubuatkan semua anak-anaknya, satu per satu, sesaat sebelum ia meninggal. Artinya, hingga detik-detik terakhir pun Yakub masih tetap terhubung dengan Tuhan dan melakukan fungsi yang benar sebagai seorang ayah dengan mengarahkan semua anak-anaknya kepada tujuan ilahi mereka masing-masing.
(2). Mengenali potensi setiap anak-anaknya
Kejadian 48:19 . . . “Aku tahu, anakku, aku tahu; ia juga akan menjadi suatu bangsa dan ia juga akan menjadi besar kuasanya; walaupun begitu, adiknya akan lebih besar kuasanya dari padanya, dan keturunan adiknya itu akan menjadi sejumlah besar bangsa-bangsa.”
Hal itu dikatakan Yakub ketika Yusuf mencoba untuk mengoreksi dirinya ketika ia dikira salah meletakkan posisi tangan ke atas kepala anak-anak Yusuf. Waktu Yusuf melihat tangan kanan Yakub ditaruh di atas kepala Efraim, anak yang bungsu, dan tangan yang kiri ke atas kepala Manasye yang sulung, hal itu dipandang tidak baik oleh Yusuf sehingga kemudian ia mencoba untuk memindahkan tangan Yakub dari atas kepala Efraim ke kepala Manasye, namun Yakub tidak mengindahkan peringataan Yusuf dengan berkata bahwa memang seharusnya demikianlah ia melakukannya, karena ia tahu mana yang akan lebih berkuasa dari yang satunya.
Bila dicermati, beberapa kali kita mendapati catatan sejarah di Alkitab yang menunjukkan bahwa Allah memilih yang muda daripada yang tua. Ia memilih Ishak dan bukan Ismael, memilih Yakub dan bukan Esau, memilih Yusuf dan bukan Ruben, memilih Efraim dan bukan Manasye, memilih Gideon dan bukan kakak-kakaknya, memilih Daud dan juga bukan kakak-kakaknya. Melalui hal ini Tuhan ingin menunjukkan bahwa apa yang pertama menurut manusia belum tentu menjadi yang pertama di hadapan Allah. Allah memilih tiap-tiap orang berdasarkan kasih karunia dan kedaulatan-Nya atas orang itu dan bukan berdasarkan kedudukan atau urutan dalam keluarga semata-mata. Hal ini pulalah yang ditangkap Yakub ketika ia memberkati anak-anaknya sendiri menjelang ia meninggal, maupun ketika ia memberkati anak-anak Yusuf, cucu-cucunya. Ia tahu mana yang lebih berkuasa dan mana yang tidak, mana yang akan menjadi penerus dan mana yang tidak.
Tugas orangtua, baik orangtua kandung maupun orangtua rohani adalah mengenali potensi setiap anak-anaknya. Setelah potensi masing-masing anak diketahui, maka tugas orangtua selanjutnya adalah mengarahkannya dan menuntunnya kepada tujuan ilahi. Mari kita memastikan diri bahwa kita sudah mulai mengarahkan dan membimbing anak-anak kita sejak saat ini.
Melalui pesan Tuhan di atas, kita dapat menangkap bahwa ada generasi penerus yang siap untuk dilepaskan hari-hari ini, suatu generasi yang akan dipakai Tuhan secara luar biasa, yaitu generasi yang akan memancarkan terang kemuliaan Kristus di dunia yang gelap ini. Generasi Terang ini tidak muncul begitu saja, melainan membutuhkan peran aktif para orangtua kandung, maupun orangtua rohani, bukan saja untuk mengarahkan, tetapi juga untuk memberikan teladan dalam kehidupan yang nyata.
Tuhan Yesus memberkati!