15 April 2018 – Mewaspadai Penyamaran Si Iblis

2 Korintus 11:14 Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblis pun menyamar sebagai malaikat Terang.
 
Gelap dan terang adalah kiasan untuk kejahatan dan kebaikan. Jika seseorang menjumpai malaikat terang, maka secara otomatis akan terpikir makhluk itu baik, karena dalam sepanjang sejarah, kejahatan dikaitkan dengan kegelapan, sedangkan kebaikan dengan terang. Di dalam Alkitab pun demikian, terang adalah kiasan rohani bagi kebenaran dan sifat Allah yang tidak berubah. Kiasan ini digunakan berulang kali di dalam Alkitab untuk menyampaikan bahwa Allah seluruhnya baik dan jujur. Ketika kita berada “dalam terang,” kita sedang berada di pihak-Nya. Ia menyemangati kita untuk bergabung dengan-Nya dalam terang, karena adalah tujuan-Nya untuk menerangi kita. 
 
Dalam 2 Korintus 11:14 dinyatakan bahwa “Iblispun menyamar sebagai malaikat terang,” maksudnya ialah, bahwa iblis menggunakan daya tarik terang untuk menipu kita. Ia ingin supaya kita menyangka ia baik, jujur, mengasihi, dan berkuasa – semua sifat yang dimiliki Allah. Menyatakan diri sebagai makhluk gelap yang bertanduk dan muncul di tengah kehidupan orang percaya tentunya bukanlah sebuah ide yang baik menurut iblis. Sebagian besar orang tidak tertarik pada kegelapan, melainkan pada terang. Dengan demikian, iblis mencoba mendustai kita orang percaya dan mencoba menarik kita kepada dirinya dengan menampakkan diri sebagai makhluk terang.
 
Si jahat berusaha mengemas dosa sebagai sesuatu yang menarik dan indah, ia mengemas berbagai ajaran palsu sebagai ajaran yang tampak indah dan menarik, seolah penerang yang dapat mengubah kehidupan. Ia masuk ke dalam kehidupan orang percaya untuk meyakinkan bahwa kesalahan atau pelanggaran yang dipahaminya dianggap sebagai sebuah kebenaran. Betapa banyaknya orang yang tertipu oleh siasatnya karena salah satu penyebabnya adalah karena mereka tidak sungguh-sungguh mengenali kebenaran Allah dan hidup di dalamnya.
 
Inilah pesan Tuhan bagi kita di minggu ini. Ada peringatan yang Tuhan berikan kepada kita, bahwa ada kuasa si jahat yang mencoba menyelusup dan beroperasi ke dalam kehidupan orang-orang percaya dan gereja, menyamar sebagai pribadi yang seolah-olah baik. Masuk sebagai pemberi kabar baik, namun ada kandungan dusta di dalamnya. Menyamar seolah-olah memberikan kebaikan dan kebugaran, namun diam-diam menyurutkan hasrat kepada pengenalan akan Tuhan. Menawarkan rasa damai sejahtera, namun bukan damai sejahtera yang berasal dari Tuhan. Menawarkan suatu kekuatan, namun bukan kekuatan sejati dari sorga.
 
Bagaimana cara membedakan terang yang berasal dari Tuhan dan “terang” yang berasal dari si iblis? Salah satunya adalah dengan menaruh diri kita ke dalam posisi Yesus, maka barulah kita menyadari bahwa sesuatu yang seolah-olah tampak baik itu ternyata merupakan hal yang tidak berkenan kepada Tuhan. 
 
Bedasarkan ayat utama di atas, beberapa hal yang perlu kita lakukan sekaitan dengan menaruh posisi kita ke dalam posisi Yesus adalah dengan:
(1). Menyikapi rasa cemburu dengan benar
 
2 Korintus 11:2 Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus.
 
Seperti yang kita sudah sering dengar, kata “cemburu” atau “iri hati” merupakan kata yang terkesan menakutkan, karena memang dapat menuntun orang yang mengalaminya kepada sebuah penghancuran. Namun ternyata tidak selalu rasa cemburu itu dikonotasikan dengan sesuatu yang bermakna negatif. Ada cemburu ilahi dan ada cemburu nonilahi. Ketika kita tidak waspada, maka jangan sampai jenis cemburu negatif yang berasal dari si jahat justru menguasai hati orang percaya. Entahkah cemburu buta terhadap sesuatu hal, ataupun merasa dicemburui oleh orang lain.
 
Peringatan yang rasul Paulus sampaikan kepada jemaat Tuhan di Korintus sempat disalahpahami oleh orang-orang percaya di sana sebagai rasa iri Paulus terhadap pemberita-pemberita palsu yang memang memiliki penampilan fisik yang begitu meyakinkan. Mereka datang dengan pengajaran-pengajaran baik yang terlihat begitu indah. Padahal rasa cemburu yang dimiliki rasul Paulus adalah cemburu ilahi. Ia tidak mau usahanya memperkenalkan jemaat Korintus terhadap Kristus sebagai calon mempelai menjadi sia-sia. Cemburu inilah yang dimiliki Tuhan Yesus kepada kita. Rasul Paulus telah menempatkan dirinya ke dalam posisi Tuhan Yesus.
 
(2). Menyikapi penyediaan Tuhan dengan benar
 
2 Korintus 11:7 Apakah aku berbuat salah, jika aku merendahkan diri untuk meninggikan kamu, karena aku memberitakan Injil Allah kepada kamu dengan cuma-cuma?
 
Rasul Paulus sempat dikecam oleh banyak orang, khususnya para pengajar palsu yang menuduhnya sebagai orang yang berpura-pura baik terhadap jemaat Korintus. Mengapa ia dituduh sebagai orang yang berpura-pura baik? Penyebabnya adalah karena rasul Paulus melayani jemaat Korintus dengan tulus hati tanpa motivasi mengharapkan sesuatu imbalan apa pun, karena bagi dia, perkara penyediaan terhadap kebutuhan hidupnya adalah perkara jaminan Tuhan sebagai penyedia utama bagi dirinya, bukan dari jemaat Korintus. Hal ini karuan saja membuat banyak pengajar palsu yang menjadi marah terhadapnya, karena tujuan utama mereka hadir di tengah-tengah jemaat Korintus adalah untuk motivasi kebutuhan materi.
 
Banyak orang yang memiliki motivasi yang salah di dalam pelayanan menjadi marah terhadap rasul Paulus. Ia melakukan hal itu bukan pula artinya ia hidup dalam kelimpahan, karena ia pun harus bekerja dan kerap ditopang oleh orang-orang percaya dari wilayah lain. Sikap tulus inilah yang membuat rasul Paulus dapat leluasa melayani jiwa-jiwa di daerah manapun tanpa harus bergantung pada manusia. Dan yang pasti, ketika ia menempatkan dirinya ke dalam posisi Yesus, yaitu melayani dengan motivasi tujuan Kerajaan Sorga, maka kuasa si jahat tidak dapat menyusup ke dalam dirinya. 
 
 
 
Mari jemaat Tuhan, belajarlah mewaspadai segala macam bentuk penyusupan yang diam-diam coba dilakukan oleh si jahat dengan cara yang halus hari-hari ini. Hal itu dapat terjadi ketika kita disadari atau tanpa disadari membiarkan ada suatu celah terjadi di dalam kehidupan kita. Entahkah kemarahan, kecemburuan, ketidakpuasan, kekuatiran akan penyediaan Tuhan dan lain-lain. Mari, ketika kita tidak tahu memutuskan apa-apa, mulailah dengan menempatkan diri kita ke dalam posisi Yesus. Akankah Yesus melakukan apa yang sedang kita lakukan ini? Think of what would Jesus do!
 
Tuhan Yesus memberkati!

15 April 2018 – Mewaspadai Penyamaran Si Iblis

| Warta Jemaat |
About The Author
-