Yoh. 21:9  Ketika mereka tiba di darat, mereka melihat api arang dan di atasnya ikan dan roti.

Peristiwa ini terjadi di tepi pantai danau Tiberias (nama Romawi dari danau Galilea). Ketika itu murid-murid Yesus sedang berada dalam situasi yang tidak nyaman karena berbagai peristiwa menegangkan yang terjadi mulai dari saat-saat menjelang penangkapan Yesus hingga akhirnya mencapai puncaknya saat Yesus mati di atas kayu salib.

Dalam keadaan bingung dan belum sepenuhnya menyadari segala hal yang telah terjadi, murid-murid akhirnya memutuskan untuk kembali ke Galilea dan melakukan lagi apa yang mereka kerjakan sebelum menjadi pengikut Kristus, yaitu menangkap ikan. Namun kenyataan berkehendak lain, setelah semalam-malaman pergi menangkap ikan, ternyata mereka harus pulang dengan tangan kosong. Tidak ada seekor ikan pun yang berhasil mereka tangkap.

Di tengah kegalauan, sayup-sayup terdengar suara seseorang dari tepi pantai yang bertanya kepada mereka, apakah mereka sudah mempunyai lauk pauk. Awalnya mereka tidak menyadari bahwa itu adalah suara Yesus, akan tetapi ketika mereka mendengar suatu instruksi untuk menebarkan jala ke sebelah kanan perahu maka mereka akan memperoleh ikan, maka Yohanes, salah seorang dari para murid, segera mengenali bahwa itu adalah suara Yesus.

Siang itu murid-murid menangkap sejumlah besar ikan bahkan sampai-sampai mereka tidak dapat menariknya ke atas perahu karena banyaknya ikan yang didapat. Dibutuhkan bantuan perahu lain untuk membawa semua hasil tangkapan itu. Setibanya di darat, mereka mendapati Yesus sedang memanggang ikan dan roti sebagai sarapan bagi murid-murid-Nya, bahkan Yesus menyuruh mereka membawa beberapa ikan lagi untuk dipanggang-Nya. Betapa luar biasanya perhatian, pelayanan dan penyediaan Yesus bagi murid-murid yang dikasihi-Nya.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita minggu ini. Di tengah pekerjaan dan aktifitas yang dilakukan hari-hari ini, mungkin kita merasa sepertinya sedang berjuang seorang diri, dengan kekuatan sendiri, namun hasil yang diperoleh tidak seperti yang diharapkan. Ingatlah bahwa ada Tuhan Yesus yang senantiasa memerhatikan kita, dan siap untuk memberikan tuntunan dan penyediaan-Nya. Betapa luar biasanya Tuhan kita.

Melalui pesan Tuhan di atas, mari kita belajar lebih lagi mengenal pribadi-Nya, antara lain:

(1). Pribadi yang memberikan kebebasan kepada umat-Nya

Yoh. 21:3  Kata Simon Petrus kepada mereka: “Aku pergi menangkap ikan.” Kata mereka kepadanya: “Kami pergi juga dengan engkau.” Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa.

Bagi Petrus dan murid-murid lainnya pada waktu itu, peristiwa kematian Yesus merupakan akhir dari segala-galanya. Akhir dari pengiringan mereka kepada Yesus, sekaligus akhir dari kisah keberadaan pribadi Yesus di dunia. Inilah yang membuat mereka memutuskan untuk kembali ke pekerjaan lama mereka, yaitu sebagai penangkap ikan. Petrus mencoba menjalani kembali pekerjaaan lamanya dengan kekuatannya sendiri. Ia lupa bahwa dulu, di awal perkenalannya dengan Yesus, ia juga pernah mengalami hal yang sama seperti saat itu, yaitu gagal menangkap ikan. Pada waktu itu ia pulang tanpa membawa hasil ikan seekorpun setelah berjuang semalam-malaman.

Yesus memberikan kebebasan penuh kepada kita. Ia membiarkan kita memutuskan apakah kita mau melibatkan Pribadi-Nya dalam kehidupan kita atau tidak. Ia tidak pernah memaksakan kehendak-Nya kepada kita. Namun demikian, Ia selalu ada dan memerhatikan kita. Apabila kita membuka hati dan mau dipimpin oleh-Nya, maka Ia siap untuk menuntun kita. Wah. 3: 20  Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.

(2). Pribadi yang rindu berbicara kepada umat-Nya

Yoh. 21:7  Maka murid yang dikasihi Yesus itu berkata kepada Petrus: “Itu Tuhan.” Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau.

Sebelum Yesus memerintahkan murid-murid-Nya untuk menebarkan jala ke sebelah kanan perahu, Ia sudah berbicara sebelumnya kepada mereka, dengan melontarkan pertanyaan apakah murid-murid mempunyai lauk pauk. Awalnya tidak ada seorang muridpun yang mengenali Yesus. Namun kemudian ada satu murid yang bernama Yohanes yang akhirnya mengenali bahwa itu adalah suara Yesus.

Di tengah kesibukan dan tantangan hidup yang dihadapi, seringkali Tuhan rindu untuk berbicara dan menyampaikan bimbingan-Nya kepada kita, namun masalahnya, kita lebih berfokus kepada aktifitas dan bukan kepada suara-Nya. Padahal mungkin saja sudah berkali-kali Tuhan sudah berbicara, namun kita tidak memerhatikannya. Apabila kita mau meluangkan waktu dengan duduk diam mendengarkan suara-Nya, maka Tuhan pasti memberikan arahan kepada kita dan menunjukkan ke arah mana “jala” itu harus kita tebarkan, karena Tuhan tahu tempat mana yang terdapat banyak ‘ikan.’

Dari sekian banyak murid-murid Yesus yang ada pada waktu itu, ternyata hanya Yohanes saja yang mengenali suara Tuhan. Mengapa demikian? Penyebabnya adalah karena Yohanes yang dikenal sebagai murid yang dikasihi Yesus, seringkali menyandarkan kepalanya ke dada Yesus. Artinya, ia adalah seorang yang mau memberanikan diri untuk mendekat dan mendengarkan isi hati Yesus.

(3). Pribadi yang memerhatikan kebutuhan umat-Nya

Yoh. 21:5  Kata Yesus kepada mereka: “Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?”

Meskipun pada awalnya Yesus tidak diikutsertakan oleh murid-murid yang kembali ke pekerjaan lama sebagai penjala ikan, namun sebagai Tuhan yang penih kasih, Ia terus memerhatikan apa yang dikerjakan oleh murid-murid-Nya. Yesus memang memberikan kebebasan kepada umat-Nya dalam membuat keputusan, namun Ia tidak sekali-kali membiarkan umat-Nya begitu saja. Ia terus memerhatikan kebutuhan mereka, apakah mereka sudah memiliki lauk-pauk atau belum.

Setelah selesai menangkap ikan dalam jumlah yang banyak, Yesus memahami bahwa murid-murid pasti sudah lapar sekali, maka ketika mereka tiba di darat, Yesus sudah siap dengan roti dan ikan panggang bagi para murid. Yoh. 21:12  Kata Yesus kepada mereka: “Marilah dan sarapanlah.”

Umat yang dikasihi Tuhan, kepedulian Yesus akan kebutuhan kita, umat-Nya, membuat Ia tidak hanya sekedar bertanya apakah kita sudah memiliki lauk pauk atau belum, tetapi Ia juga menunjukkan tempat di mana terdapat banyak ikan. Meskipun Tuhan sudah menunjukkan tempat yang baik untuk menjala ikan, namun seringkali kita masih kurang memiliki hikmat dalam mengelolanya. Yesus paham akan semuanya itu. Itulah sebabnya Ia menunjukkan cara terbaik untuk mengolahnya. Bahkan Ia sendirilah yang mengajarkan cara memasaknya bagi kita. Sehingga tidak ada alasan lagi untuk berkata bahwa kita tidak mampu dan tidak bisa. Ingatlah senantiasa bahwa ada Bapa yang selalu memerhatikan dan memampukan kita. Amin.

Tuhan Yesus memberkati!

09 September 2012 – Tuhan Memerhatikan Kita

| Warta Jemaat | 0 Comments
About The Author
-

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.