Mazmur 26:2-3 Ujilah aku, ya TUHAN, dan cobalah aku; selidikilah batinku dan hatiku. Sebab mataku tertuju pada kasih setia-Mu, dan aku hidup dalam kebenaran-Mu.

Salah satu hal yang membuat Daud begitu berkenan di hadapan Tuhan adalah karena ia hidup dengan mengikuti kehendak Tuhan dan bukan kehendak dirinya sendiri. Sesungguhnya tidaklah mudah bagi seorang Daud sekalipun untuk menjalani hidup yang benar-benar melakukan kehendak Tuhan. Daud bukannya seorang yang sempurna atau pun seorang yang tidak pernah melakukan suatu kesalahan, namun salah satu alasan kunci mengapa ia dapat menjalani kehidupan yang berkenan kepada Tuhan adalah kesediaannya untuk mau terus mengevaluasi diri.

Ayat di atas merupakan salah satu seruan Daud kepada Tuhan yang memohon agar hidupnya diperiksa dan dikoreksi oleh Tuhan, seperti seseorang dengan tubuh bugar yang datang ke sebuah rumah sakit dan meminta dokter ahli untuk memeriksanya dengan sangat seksama, guna memastikan sekiranya ditemukan adanya sesuatu gangguan ataupun sakit penyakit yang tidak ia sadari bercokol di dalam tubuhnya. Seperti itulah Daud datang kepada Tuhan, meminta dikoreksi apakah selama ini jalan hidupnya sudah benar atau belum di hadapan Tuhan, apakah yang ia lakukan sudah sesuai seperti yang Tuhan inginkan dari dirinya atau belum. Sesungguhnya, apa yang dilakukan Daud ini merupakan sebuah tindakan yang jarang dilakukan oleh rata-rata kebanyakan orang, karena umumnya lebih banyak orang percaya yang merasa bahwa dirinya selalu benar dan baik-baik saja.

Evaluasi atau penilaian diri merupakan salah satu aspek penting dalam menjalani sebuah kehidupan yang mengarah pada suatu kedewasaan. Melalui evaluasi, seseorang dapat menilai apakah pengiringannya, pekerjaannya ataupun pelayanannya sudah efektif dan efisien dalam mencapai tujuan Kerajaan Sorga. Melalui evaluasi pula, seseorang juga dapat mengetahui keberhasilan maupun kegagalan yang terjadi dalam menjalani visi maupun kehendak Tuhan di dalam keseharian kehidupannya.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita, bahwa keberhasilan pengiringan seseorang kepada Tuhan tidaklah semata-mata didasarkan pada apakah ia sudah memiliki visi dari Tuhan atau tidak, namun juga berdasarkan apakah hidup yang ia jalani sudah berpadanan dengan visi ataupun kebenaran yang Tuhan kehendaki. Dibutuhkan evaluasi yang dilakukan secara terus-menerus untuk mengetahui apakah ada hal-hal serong yang tidak kita sadari dalam kehidupan kita. Tidaklah mudah bagi seseorang untuk dapat mengevaluasi dirinya di hadapan Tuhan maupun di hadapan manusia. Dibutuhkan kesadaran akan kasih karunia Tuhan, kerendahan hati, dan kejujuran yang lahir dari diri sendiri.

(1). Kesadaran akan kasih karunia Tuhan

1 Taw.17:16  Lalu masuklah raja Daud ke dalam, kemudian duduklah ia di hadapan TUHAN sambil berkata: “Siapakah aku ini, ya TUHAN Allah, dan siapakah keluargaku, sehingga Engkau membawa aku sampai sedemikian ini?

Dalam posisi sebagai seorang raja besar dari sebuah bangsa pilihan Tuhan, Daud sangat menyadari bahwa pencapaian dan keberhasilan yang ia peroleh bukanlah karena hasil usaha dan perjuangan dirinya sendiri, melainkan karena pertolongan dan kasih karunia Tuhan semata. Sebagai seorang gembala kambing domba dua-tiga ekor, Daud sama sekali tidak pernah bercita-cita bahwa suatu hari kelak ia akan menjadi raja atas bangsa Israel. Bahkan setelah nabi Samuel mengurapinya sebagai tanda bahwa Tuhan telah memilihnya untuk menjadi raja sekalipun, tidak terlintas dalam pikirannya bahwa ia akan menjadi seorang raja sungguhan.

Kesadaran bahwa akhirnya ia benar-benar diangkat menjadi raja atas bangsa Israel, mendorong Daud dalam doanya untuk selalu bersyukur atas kesempatan dan kasih anugerah Tuhan yang telah memberikan kepercayaan yang begitu besar kepadanya. Itulah sebabnya Daud selalu minta untuk ditunjukkan jalan dan dikoreksi oleh Tuhan sekiranya ada hal yang telah ia jalani yang ternyata tidak menyukakan hati Tuhan. Bahkan ketika ia melakukan kesalahan besar sekalipun ia minta Roh Tuhan menegurnya agar ia kembali kepada apa yang dikehendaki Tuhan.

(2). Kerendahan hati

2 Sam.12:13  Lalu berkatalah Daud kepada Natan: “Aku sudah berdosa kepada TUHAN.” Dan Natan berkata kepada Daud: “TUHAN telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati.

Suatu hari Daud membuat sebuah kesalahan yang fatal di masa pemerintahannya sebagai seorang raja, dimana tidak ada seorang pun di istananya yang berani menegurnya termasuk para petinggi kerajaannya. Namun, ketika datang seorang nabi sederhana yang bernama Natan menyampaikan pesan Tuhan lewat sebuah perumpamaan, maka seketika itu pula Daud menyadari bahwa apa yang telah diperbuatnya adalah sesuatu yang menyedihkan hati Tuhan, lalu dengan segera ia bertobat dan berbalik dari jalan-jalan salah yang telah ia tempuh.

Sesungguhnya, tidaklah mudah bagi seorang raja besar seperti Daud yang sedang berada di puncak kejayaannya untuk mau mendengarkan perkataan seorang nabi kecil yang sederhana seperti Natan. Namun, karena Daud memiliki sebuah kerendahan hati di dalam dirinya, maka segera setelah nabi Natan menyampaikan perkataannya seketika ltu pulalah Daud mengakui dosa yang diperbuatnya. Kesombongan ternyata merupakan salah satu faktor utama yang menjadi penyebab seseorang tidak mau menerima koreksi dari siapa pun juga, termasuk dari Tuhan. Dan kesombongan seseorang tidak selalu dapat diukur oleh seberapa tinggi posisi atau seberapa banyak harta materi yang dimilikinya, karena kesombongan ternyata merupakan persoalan hati.

(3). Kejujuran terhadap diri sendiri

Mazmur 26:2 Ujilah aku, ya TUHAN, dan cobalah aku; selidikilah batinku dan hatiku.

Sungguh merupakan kesulitan yang hebat ketika seseorang ingin mengevaluasi diri sendiri karena selain menyangkut segala metodologi dan teori-teori pengukur evaluasi, ternyata faktor penting yang sangat menentukan keberhasilan sebuah evaluasi adalah kejujuran. Namun kegagalan kebanyakan orang dalam mengevaluasi diri secara akurat justru disebabkan karena ia mengabaikan faktor kejujuran sebagai salah satu variabel utama dalam sebuah evaluasi. Daud termasuk sekelompok kecil orang yang mau jujur dengan dirinya sendiri. Ia menyadari bahwa sebagai manusia, ia memiliki banyak kekurangan. Sebagai seorang raja besar pun ia sangat menyadari bahwa semuanya itu ia peroleh karena kemurahan Tuhan. Oleh sebab itu, bagi Daud membohongi dan menutup-nutupi diri sendiri demi terlihat hebat oleh orang lain merupakan sebuah kesia-siaan yang hanya akan menghambat pertumbuhan kedewasaan dan pengenalannya akan Tuhan. Itulah sebabnya, Daud tidak segan-segan berseru minta dievaluasi dan minta diselidiki oleh Tuhan yang adalah sumber kebenarannya, termasuk oleh orang-orang yang digunakan Tuhan sebagai alat untuk mengoreksinya, serta kesediaan untuk berubah dan memperbaiki diri untuk perjalanan hidup selanjutnya.

Tuhan Yesus memberkati!

09 Maret 2014 – Evaluasi Diri

| Warta Jemaat | 0 Comments
About The Author
-

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.