03 September 2017 – Menjadi Pemercaya Yang Sejati (Original)

Yohanes 1:47 Kata Filipus kepadanya: “Mari dan lihatlah!” Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang dia: “Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!”

Hari-hari ini di tengah-tengah maraknya persaingan di dunia perdagangan, banyak produsen pembuat berbagai jenis barang yang berani untuk memproduksi barang-barang tiruan dengan tujuan agar mereka dapat menjual barang yang “seolah-olah” asli tersebut dengan harga yang lebih murah. Tujuannya tentu saja agar dapat memenangkan persaingan. Beberapa negara tertentu bahkan dikenal sebagai negara yang pandai membuat barang tiruan. Barang-barang ini akhirnya disebar ke seluruh penjuru dunia dengan label yang sama dengan label aslinya. Indonesia adalah korban dari kehebatan barang palsu ini. Mulai dari ponsel, alat rumah tangga, bahkan makanan pun juga dibuat versi murah meriahnya!

Bagaimana dengan dunia kerohanian, apakah ada produk palsu di dalamnya? Ternyata ada. Salah satu istilah kepalsuan di dalam kerohanian seringkali digunakan kata munafik.

Apa itu munafik?  Munafik memiliki arti: bermuka dua, orang yang perkataannya berbeda dengan isi hatinya, penuh dengan kepura-puraan, apa yang diucapkan tidak sesuai dengan perbuatannya. Dalam Perjanjian Baru (PB) kata munafik diterjemahkan dari kata Yunani, hupokrithes, yang diartikan: seorang pemain drama atau sandiwara. Peran atau karakter yang mereka lakoni di atas panggung sangat bertolak belakang dengan kenyataan sehari-hari.

Kemunafikan adalah hidup yang sedang marak dalam kehidupan masyarakat di zaman sekarang ini, yang akhirnya menghasilkan budaya berpura-pura. Munafik berarti penuh kepalsuan atau kepura-puraan. Inilah yang dilakukan oleh ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi pada zaman dahulu. Mereka sangat ahli dalam hal Kitab Suci mereka, tapi sayang hal ini tidak selaras dengan perbuatan. Itulah sebabnya Tuhan Yesus sangat mengecam mereka dan menyebutnya sebagai orang-orang yang munafik, karena hanya bisa mengajarkan orang lain tapi ia sendiri tidak melakukan apa yang mereka ajarkan, bahkan perbuatan mereka sangat bertolak belakang.  

Hidup dalam kemunafikan adalah tanda bahwa seseorang tidak sungguh-sungguh bertobat dan tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan. Karena tidak ingin kehilangan pamor atau reputasi, dengan segala upaya mereka berusaha menutupi segala kebobrokannya dengan menampilkan hidup yang seolah-olah rohani (suci) melalui aktivitas-aktivitas kerohanian dengan tujuan supaya dipuji, dihormati dan dihargai oleh orang lain.  

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita di minggu ini. Tuhan mau kita sungguh-sungguh menginstrospeksi diri kita masing-masing sekiranya masih dijumpai ada kepalsuan di dalamnya. Ketika berjumpa dengan Natanael, salah seorang calon murid Yesus pada waktu itu, ia disambut oleh Yesus sebagai “seorang Israel sejati tanpa tipu daya atau kepalsuan.” 

Kepada orang percaya yang memiliki kualifikasi demikian, Yesus menjanjikan kepadanya perkara-perkara yg lebih besar.

Apakah yang dimaksud dengan menjadi seorang pemercaya yang sejati?

(1). Memiliki hati yang mudah untuk disentuh

Yoh. 1:46 Kata Natanael kepadanya: “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?”

Berbeda dengan kebanyakan orang Israel yang memiliki kekerasan hati yang membuat mereka menjadi orang yang tidak mudah untuk percaya sekalipun mereka telah mengalami berbagai perbuatan ajaib yang dilakukan Tuhan di tengah-tengah mereka. Natanael awalnya adalah seorang yang seperti kebanyakan orang dari Yerusalem dan sekitarnya, yang menganggap rendah orang yang berasal dari Galilea. Ketika Filipus menjelaskan bahwa Yesus adalah Mesias, Natanael menjawab: “Dapatkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?” Sebab, memang benar, Nazaret tidak lebih hanya sebuah dusun kecil yang berada Galilea. Belum lagi ditambah pernyataan-pernyataan para nabi yang mengatakan bahwa tidak ada nabi yang datang dari Galilea.

Namun lihat, ada sesuatu yang telah menyentuh hati Natanael. Ketika berjumpa dengan Yesus, Ia menyentuh hati Natanael hanya dengan pernyataan: “Sebelum Filipus memanggil engkau, ketika engkau berada di bawah pohon ara, Aku telah melihat engkau” (Yoh. 1: 48). Penjelasan inilah yang seketika itu juga meremukkan kesombongan Natanael dan mengubah dirinya sehingga percaya kepada Yesus dan bersedia mengakui Yesus sebagai “Anak Allah” dan “Raja atas Israel” (Yoh.1:49).Karena memang benar bahwa Natanael sedang berada di bawah pohon ara sebelum ia berjumpa dengan Yesus. Sebuah sentuhan kecil dari Tuhan, namun mengubahkan hidup seseorang yang bernama Natanael. Sejak saat itu dan seterusnya ia terus mengalami berbagai peristiwa besar bersama Yesus. Dimulai dari hati yang mudah disentuh.

 (2). Tidak memiliki agenda berganda

Yoh. 1:47b “Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!” (AMP= Here is an Israelite indeed, in whom there is no guile nor deceit nor falsehood nor duplicity!)

Selama pelayanan-Nya di bumi, ke manapun Yesus pergi, Ia seringkali diikuti oleh berbagai macam kelompok orang. Kelompok pertama adalah kelompok murid-murid Yesus yang dengan setia mengikuti Dia sambil belajar langsung dari keteladanan hidup Sang Rabbi yang luar biasa ini. Kelompok kedua adalah kelompok orang yang berbondong-bondong. Kelompok ini mengikuti Yesus seolah-olah ingin mendengar pengajaran-pengajaran dari Yesus, namun sebenarnya memiliki kepentingan pribadi yang lain yaitu mengejar mujizat dari Yesus, seperti berkat, kesembuhan, nubuatan, dan lain-lain.

Kelompok yang ketiga adalah kelompok orang Farisi dan ahli Taurat. Kelompok inipun acapkali berada di antara Yesus dan kerumunan orang banyak tersebut, namun memiliki tujuan yang lain lagi. Mereka sibuk mencari kesalahan-kesalahan dalam pengajaran Yesus, bahkan menggunakan bahan pelajaran yang mereka terima untuk balik menyerang Yesus saat ada kesempatan. Inilah yang dimaksud Yesus dengan orang-orang Israel yang memiliki agenda berganda (duplicity).

Mari jemaat Tuhan, Tuhan lewat pesan-Nya ini sebetulnya bermaksud akan melakukan hal-hal yang lebih luar biasa pada kita, namun Ia hanya akan melakukannya pada pemercaya-pemercaya-Nya yang tulus dan tanpa kepura-puraan, sebagaimana yang Ia lakukan dalam kehidupan Natanael. Selamat menjadi pemercaya yang sejati!

Tuhan Yesus memberkati!

03 September 2017 – Menjadi Pemercaya Yang Sejati (Original)

| Warta Jemaat |
About The Author
-