2 Timotius 2:19 Tetapi dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah: “Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya” dan “Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan.”
Dalam suratnya yang kedua ini rasul Paulus menguatkan Timotius dengan perkataan, “Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya.” Pada waktu itu Timotius mendapat tugas penggembalaan jemaat di kota Efesus. Tugas in tidaklah ringan. Salah satu tugas yang harus dilakukan Timotius adalah menata ibadah dan pelayanan yang masih belum tersusun dengan baik. Dia harus mengatur banyak hal di dalam jemaat yang masih berantakan. Namun, tugas ini menjadi semakin berat karena dia harus menghadapi para “pengacau” di gerejanya. Pengacau itu adalah para pengajar palsu. Mereka adalah tua-tua gereja yang mempunyai ajaran berbeda dengan apa yang diajarkan oleh rasul Paulus.
Dari pihak mereka inilah sering muncul tuduhan dan fitnah. Tentu ada rasa takut dan gentar di dalam diri Timotius. Dia yang masih berusia sekitar 30 tahun, harus menghadapi orang-orang tua yang sudah lama bercokol di gereja itu. Hal ini menyebabkan Timotius sering mengalami kecemasan. Belum lagi secara umum dia harus menghadapi para penyembah dewi Artemis.
Maka, tidak salah kalau rasul Paulus menguatkan hatinya dengan mengatakan melalui suratnya bahwa Tuhan mengenal kepunyaan-Nya. Paulus menguatkan Timotius bahwa Tuhan mengenal dirinya sebagai hamba-Nya yang setia. Tuhanlah yang akan membela Timotius ketika ada tuduhan dan fitnah yang ditujukan kepadanya. Meminjam istilah dalam bahasa sehari-hari, mungkin Tuhan akan berkata kepada para penuduh dan pemfitnah: “Hei, Aku kenal siapa Timotius itu. Dia tidak melakukan apa yang kalian tuduhkan. Dia setia dan dia milik-Ku.” Dan rasul Paulus menghendaki agar pengertian ini menjadi fondasi yang kokoh dalam kehidupan Timotius dan kita semua.
Seperti halnya fondasi rumah, demikian juga pentingnya fondasi kehidupan kita. Kehidupan ini tidak akan pernah mudah untuk dijalani. Problema akan selalu ada, tekanan dan berbagai rintangan akan berusaha terus menerjang dari segala lini. Kehidupan bahkan bisa saja terserang banjir masalah selama bertahun-tahun bagaikan hujan yang mengguyur banyak kota hari-hari ini. Bagaimana seseorang bisa bertahan dan tetap tegar di tengah banjir bahkan badai jika tidak memiliki fondasi yang kuat?
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita di minggu ini, khususnya menjelang kita memasuki tahun yang baru dalam beberapa hari mendatang ini. Lewat pesan-Nya ini, Tuhan telah mengingatkan kita akan pentingnya orang percaya memiliki fondasi yang lebih kuat lagi sebagai dasar untuk menjalani hidup ini. Entah hal apa yang akan kita hadapi di hari-hari ke depan ini, namun satu hal yang membuat kita bersukacita adalah karena Tuhan selalu memerhatikan dan memberikan persiapan akan segala sesuatu jauh hari sebelumnya.
Beberapa hal yang perlu kita perhatikan berkaitan dengan fondasi yang harus kita letakkan adalah:
(1). Menyadari bahwa kita ini kepunyaan siapa
2 Tim. 2:19 Tetapi dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah: “Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya” …
Salah satu penyebab manusia bersikap sombong dan angkuh karena ia lupa dari mana ia berasal, sedang di mana, dan mau ke mana arah kehidupannya. Dia menganggap bahwa segala sesuatu yang ada padanya (hidup, harta, masa depan) adalah miliknya sendiri, adalah karena usahanya sendiri. Akibatnya, ia berkata dan berbuat sekehendak dirinya sendiri. Orang seperti ini sering kecewa dalam hidupnya karena segala sesuatu berpusat dari dan pada dirinya sendiri.
Ingat, janganlah kita lupa bahwa kita adalah milik Tuhan, mutlak milik kepunyaan Tuhan baik hidup dan mati kita. Artinya tidak ada seorang manusia pun yang mengetahui kapan dia mati dan di mana dia mati. Dokter mana pun tidak dapat memastikan dan menyatakan bahwa umur pasiennya hanya 1 minggu, 2 bulan atau 1 tahun lagi, karena persoalan hidup atau mati adalah persoalan Tuhan. Karena itu dalam hidup yang sementara ini mari bermakna bagi oran lain di lingkungan kita. Hidup yang berkualitas adalah hidup yang selalu digerakkan dan dipimpin oleh pemilik hidup yang sejati, yakni Tuhan kita Yesus Kristus.
(2). Menyadari apa yang menjadi dasar tindakan kita
2 Tim. 2:19 Tetapi dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah: … “Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan.”
Salah satu tantangan yang dihadapi oleh Timotius pada waktu itu adalah tuduhan dan fitnahan yang dilontarkan oleh sesama orang-orang percaya yang memiliki ajaran dan pengertian yang berbeda dari kebenaran yang ia terima selama itu. Di antaranya adalah perkataan yang sengaja ditularkan oleh Himeneus dan Filetus. Alkitab mencatat bahwa perkataannya adalah kosong dan tidak suci yang menjalar seperti penyakit kanker (ayat 16).
Mengapa sampai Alkitab mengibaratkan perkataan tidak suci tersebut sebagai kanker? Mengapa bukan dosa lain yang diibaratkan sebagai kanker?
Tidak mudah menjawab pertanyaan tersebut, tetapi memang perkataan itu sangat mudah menyebar. Lihat saja gosip-gosip yang ada seputar kehidupan, bukankah hal tersebut sangat mudah menyebar? Gosip seputar pelayanan pun sangat mudah menyebar antar orang-orang percaya yang belum dewasa. Mereka yang tersinggung dan tidak puas dengan keputusan yang diambil oleh pemimpin-pemimpin mereka. Oleh karena itu, karena perkataan itu sangat mudah menyebar, maka kita perlu menjaga perkataan yang akan kita dengarkan dan perkataan yang akan kita sampaikan kepada orang lain. Jangan sampai kita terkena “kanker” bahkan menjadi penyebar “kanker” itu sendiri.
Mari umat Tuhan, mungkin pesan ini bukanlah yang pertama bagi kita, namun ketika Tuhan menyampaikannya kembali kepada kita di akhir tahun ini, Ia tahu bagian apa yang perlu diperkokoh dari kehidupan kita. Oleh sebab itu, perkuat fondasi kita, dan selamat memasuki tahun yang baru dengan visi Tuhan yang baru pula!
Tuhan Yesus memberkati!