MENGATASI “MUSIM DINGIN” ROHANI (SPIRITUAL WINTER)
1 Korintus 16:6 Dan di Korintus mungkin aku akan tinggal beberapa lamanya dengan kamu atau mungkin aku akan tinggal selama musim dingin, sehingga kamu dapat menolong aku untuk melanjutkan perjalananku.
Latar belakang dari ayat di atas adalah tentang rasul Paulus yang melihat adanya sejumlah kesempatan pelayanan dalam berbagai situasi yang dialaminya. Ia selalu memakai kesempatan yang dibukakan Tuhan untuk melakukan sesuatu bagi Kerajaan Sorga. Dalam suratnya kepada jemaat di Korintus ini rasul Paulus mengatakan kepada orang percaya di sana bahwa ia ingin sekali berkunjung dan tinggal beberapa waktu lamanya dengan mereka.
Walaupun kedatangannya itu berkaitan dengan pemberian bantuan dari jemaat Korintus untuk digunakan sebagai pelayanannya ke tempat-tempat lain, ia juga memiliki agenda-agenda yang lainya, seperti ingin menyelesaikan beberapa persoalan yang muncul di antara jemaat serta tidak lupa membangun kehidupan rohani jemaat di sana.
Ini menunjukkan bahwa betapa padat dan tidak mudahnya aktifitas yang dilakukan oleh rasul Paulus. Memang betul, berbicara tentang kegigihan tidak ada yang aneh dengan yang dilakukan oleh rasul Paulus ini. Namun, ada satu hal yang jangan sampai kita luput untuk tidak memerhatikannya, yaitu kata “musim dingin” (winter). Ternyata kegiatan-kegiatan yang disebutkan tadi itu ia lakukan selama musim dingin. Musim dimana sebetulnya tidak banyak orang melakukan aktifitas, bahkan umumnya orang menghentikan aktivitasnya.
Meskipun musim dingin di wilayah Israel, Yunani dan sekitarnya berbeda dengan musim dingin di Eropa yang kerap diselimuti banyak salju, namun tetap musim dingin di sana merupakan musim yang tidak mudah bagi banyak orang. Dingin yang menusuk ke tulang membuat banyak orang memutuskan untuk berdiam diri di rumah.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Seperti pesan yang pernah kita terima beberapa waktu lalu, bahwa masa sekarang ini merupakan masa di mana sedang terjadi “kedinginan rohani” atau spiritual Winter. Masa dimana dunia sedang mengalami kebekuan spiritual. Rasa “dingin” yang membuat orang percaya enggan untuk melakukan sesuatu bagi Tuhan. Ini yang dikehendaki oleh si jahat. Namun Tuhan menghendaki setiap orang percaya untuk tetap bergerak maju.
Yang dimaksud dengan “kedinginan rohani” ini mengandung minimal dua makna. Yang pertama, kondisi dingin yang berasal dari luar ke dalam. Hal ini memang sedang berlangsung di dunia sebagai bagian dari tanda-tanda akhir zaman, dimana kejahatan semakin menunjukkan eskalasinya dan semakin bangga memamerkan kekejamannya. Kasih kebanyakan orang, seperti yang dikatakan di Alkitab, telah menjadi dingin. Belas kasihan dan kepedulian terhadap sesama semakin terkikis. Yang kedua, kedinginan yang berasal dari dalam keluar. Terjadi diakibatkan hati orang percaya yang dibiarkan luka, tersinggung, kecewa, dan sejenisnya yang dibiarkan terbuka tanpa mau disembuhkan. Bisa bayangkan, ketika ada luka dibiarkan terbuka tanpa diobati, lama kelamaan akan menjadi infeksi, membusuk dan mengancam kematian. Di sinilah pentingnya kebenaran firman sungguh-sungguh menjadi landasan hidup orang percaya, ketika di hati terjadi sedikit penggeseran nilai, seharusnya langsung cepat menyadari.
Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan sebagai orang percaya menghadapi “musim dingin” yang panjang ini? Apakah memilih untuk turut tertidur seperti binatang beruang yang memilih untuk melakukan hibernasi selama musim dingin?
(1). Tetap bergerak maju menyesaikan apa yang memang Tuhan percayakan kepada setiap masing-masing dari kita
1 Korintus 16:7-9 (9) sebab di sini banyak kesempatan bagiku untuk mengerjakan pekerjaan yang besar dan penting, sekalipun ada banyak penentang.
Paulus melihat adanya sejumlah kesempatan pelayanan yang besar dalam situasi yang dialaminya. Ia memakai kesempatan yang dibukakan Tuhan untuk menjadi saksi bagi Kristus. Di dalam perjalanannya ini kita dapat melihat suatu jadwal perjalanan yang padat di musim dingin yang mana saat orang-orang kebanyakan menghentikan aktivitasnya justru disitu rasul Paulus terus bergerak.
Alkitab mengatakan bahwa ia datang melintas dari Makedonia (Eropa) menuju ke Korintus (Yunani). Di Korintus ia akan tinggal di tengah-tengah jemaat Korintus untuk sekian waktu lamanya sampai musim dingin berakhir. Bukan untuk berdiam diri, melainkan untuk memelihara jemaat Tuhan di sana. Dari Korintus setelah itu ia akan menyeberang dengan laut menuju Efesus yang terletak di negara Turki untuk tinggal di sana sampai hari Pentakosta. Mengapa ia lakukan itu semua? Karena ia melihat adanya kesempatan.
Yang dimaksud dengan kesempatan di sini adalah anoigo, ada peluang pintu yang masih terbuka lebar. Dan yang namanya kesempatan itu kadang tidak datang dua kali. Kesempatan yang disia-siakan seringkali berakhir dengan penyesalan. Waktu yang ada saat ini yang Tuhan berikan kepada kita merupakan kesempatan bagi kita untuk terus bergerak maju untuk membawa kepentingan Kerajaan Sorga. Akan datang masa dimana mungkin kita sudah tidak bisa seperti sekarang.
(2). Tetap terhubung dengan orang-orang yang memiliki roh yang menyala-nyala di dalam Tuhan
1 Korintus 16:10 Jika Timotius datang kepadamu, usahakanlah supaya ia berada di tengah-tengah kamu tanpa takut, sebab ia mengerjakan pekerjaan Tuhan, sama seperti aku.
Sejak ayat ke 10 dan selanjutnya, rasul Paulus menyebutkan beberapa nama dari anak-anak rohaninya, salah satunya adalah Timotius. Di saat banyak anak-anak muda yang memilih untuk hidup mengikuti keadaan zaman, Timotius dikatakan ia mengerjakan pekerjaan Tuhan, sama seperti yang dilakukan rasul Paulus.
Mau jadi apa kelak seseorang nantinya, salah satunya ditentukan dengan siapa ia bergaul. Apabila seseorang bergaul dengan orang-orang yang bersemangat untuk Tuhan, maka iapun akan terimpartasi untuk turut bersemangat bagi Tuhan. Bergaul dengan pribadi yang rohnya bernyala-nyala, maka otomatis rohnyapun menjadi bernyala-nyala.
Ada istilah “Kita adalah dengan siapa kita bergaul”, artinya, kalau ingin tahu kualitas kehidupan seseorang, lihat dengan siapa ia bergaul. Pertemanan akan membuat seseorang saling mengimpartasi satu dengan yang lain. Itulah sebabnya Amsal mengatakan “Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang.” Seseorang akan menjadi sama dengan siapa ia bergaul.
Mari jemaat Tuhan, sekali lagi kita diingatkan bahwa di tengah apapun kondisi dunia saat ini, bahkan di tengah “musim dingin” sekalipun, Tuhan mau kita terus “terbakar” di dalam Dia. Ada tugas dan tanggung jawab sebagai perwakilan Sorga yang harus kita selesaikan dengan baik. Apapun posisi kita saat ini di tengah keluarga dan masyarakat berfungsilah dengan sebaik-baiknya.
Tuhan Yesus memberkati!