KETIKA JIWA MENGALAMI TEKANAN
Mazmur 42:5 (42-6) Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!
Latar belakang penulisan Mazmur 42 adalah pada saat pemazmur ada dalam pembuangan di Babel. Beberapa ayat di bagian awal menunjukkan betapa pemazmur merasa Tuhan jauh darinya. Di tengah-tengah penderitaan dalam pembuangan, pemazmur merindukan hari-hari untuk bisa mengalami Tuhan seperti sebelum masa pembuangan. Tekanan yang dialami pemazmur bukan hanya berasal dari dalam dirinya saja, melainkan juga dari luar yaitu cemoohan dari orang-orang yang memertanyakan, “Dimanakah Allahmu?”
Meskipun kondisinya berbeda dengan apa yang dialami oleh pemazmur, melalui pesan-Nya ini Tuhan mengatakan kepada kita umat-Nya untuk tidak menjadi tertekan jiwanya atau dalam kata lain, “Jangan menjadi stres!” Kamus mengartikan stres sebagai kondisi tertekannya pikiran atau emosi. Ketegangan atau tekanan mental atau emosi yang berlebihan. Stres adalah sesuatu yang biasanya orang percaya kerap enggan mengakuinya, atau mungkin juga tidak menyadarinya.
Namun yang pasti, pesan ini bukan untuk memermalukan siapapun, karena stres itu bisa dialami oleh siapa saja. Bahkan pada waktu Daud dikejar-kejar Saul pun jiwanya pernah mengalami tekanan. Di beberapa ayat lain di PB ada yang mengatakan “Janganlah kuatir tentang apapun juga.” Di tulis dengan “Do not be anxious about anything.” Anxious atau anxiety atau kecemasan adalah masih bagian dari sisi jiwa yang mengalami tekanan.
Penyebab jiwa yang mengalami tekanan ini bermacam-macam. Adanya problema yang dialami atau problema yang berlarut-larut,
beratnya problema yang harus ditanggung, banyaknya porsi tugas atau tanggung jawab yang harus diemban, kesulitan-kesulitan yang dialami yang belum tahu harus melakukan apa, masa depan yang belum tahu seperti apa yang harus dihadapi, kewajiban-kewajiban yang belum ada jalan keluarnya, atau seperti pemazmur di atas yang mengalami kerinduan hati akan sesuatu yang belum teralami, dan lain-lain.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Melalui pesan-Nya ini Tuhan mengatakan kepada umat-Nya untuk tidak menjadi tertekan. Tekanan atau stres yang dialami orang percaya akan menghambat dirinya untuk melakukan banyak hal. Padahal kita rindu untuk melakukan hal-hal besar bersama Tuhan. “Bersama Tuhan akan kita lakukan perkara-perkara yang gagah perkasa!”
Kita sering mendengar pribadi yang bernama rasul Paulus. Pelayanannya sangat tidak mudah. Apabila ia sampai menjadi stres mungkin banyak orang yang akan memakluminya. Karena kita tahu, tantangan yang dihadapi datang dari berbagai lini: dari sisi fisik (aniaya, rajam, medan perjalanan yang sukar, cuaca, dan sebagainya). Dari sisi jiwa (difitnah, disalahpahami, dicurigai, dituduh memberontak, dan sebagainya). Dan dari sisi roh (serangan kuasa kegelapan seperti sihir, tenung, dan sebagainya). Semuanya terjadi untuk menghambat pelayanannya.
Oleh sebab itu apa yang harus dilakukan ketika tekanan datang? Beberapa prinsip yang harus kita pahami, di antaranya adalah:
(1). Mendekat dan lakukan apa yang Tuhan kehendaki, itu akan memerbesar kapasitas kita
Mazmur 42:5 (42-6) Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!
Penyebab orang bisa mengalami jiwa yang tertekan adalah karena memiliki “daya tampung” yang kurang cukup besar untuk menerima berbagai jenis problema yang tidak mudah. Padahal Tuhan sudah katakan di 1 Korintus 10:13 bahwa Ia tidak akan memberikan pencobaan-pencobaan melebihi kekuatan yang dimiliki orang percaya. Sebetulnya, “daya tampung” orang percaya itu tidak kecil terbukti dapat menanggung pencobaan-pencobaan. Kata “pencobaan-pencobaan” yang digunakan adalah peirasmos artinya: ujian, percobaan, godaan dari dalam dan dari luar untuk berdosa, ujian terhadap integritas, ujian atas nilai yang kita sudah pegang, konsistensi, temptation dari musuh. Pencobaan dari berbagai lini seperti yang dialami oleh rasul Paulus.
Namun mengapa rasul Paulus sepertinya memiliki daya tampung atau kapasitas yang besar sekali, tidak seperti orang-orang percaya pada umumnya? Pada dasarnya, “daya tampung” orang percaya yang diberikan Tuhan itu relatif hampir sama. Namun dalam perjalanannya, si “daya tampung” yang sejatinya bisa berkembang menjadi besar ternyata diisi dengan berbagai hal yang tidak perlu, sehingga ruang kosong yang seharusnya bisa diisi dengan perkara-perkara ilahi menjadi semakin berkurang. Apa yang dimaksud dengan “berbagai hal yang tidak perlu?” Keinginan daging, kekecewaan, kepahitan, belum lagi berbagai pelanggaran, dan lain-lain.
Berbeda dengan rasul Paulus yang dari sejak awal sudah memutuskan segala kebanggaan akan perkara-perkara lahiriah, kebencian akan pengikut-pengikut Kristus, pengejaran akan banyak hal masa lalu telah dianggapnya sampah. Lalu ia isi dengan membangun hubungan dengan Tuhan serta melakukan apa yang Tuhan perintahkan untuk ia lakukan. Nah, hal-hal ini yang selanjutnya terus memperbesar kapasitas di dalam dirinya.
(2). Mendekat dan bangun keintiman bersama Tuhan, maka kita tidak pernah merasa sendirian
Mazmur 42:6 (42-7) Jiwaku tertekan dalam diriku, sebab itu aku teringat kepada-Mu dari tanah sungai Yordan dan pegunungan Hermon, dari gunung Mizar.
Salah penyebab seorang percaya menjadi tertekan adalah karena ia menanggung dan menghadapi segala sesuatu dalam kesendirian. Padahal bukankah Tuhan pernah berkata bahwa “Ia tidak akan pernah meninggalkan atau membiarkan kita umat-Nya” (He will never leave nor forsake you). Betul Tuhan tidak pernah meninggalkan atau membiarkan, namun apabila kita sendiri tidak pernah membangun keintiman bersama Tuhan seringkali orang percaya tetap merasa hampa hidupnya. Belum lagi menghadapi pasangan yang sulit dimengerti, anak-anak yang sibuk dengan urusannya masing-masing, sehungga tidak jarang seorang isteri/suami merasa menanggung banyak hal seorang diri.
Ketika pemazmur jiwanya tertekan, tidak ada tempat lain selain datang ke hadirat Tuhan dan ia mengungkapkan segala apa yang dirasakannya kepada Tuhan. Ia mengingat hari-hari bagaimana berjalan bersama Tuhan. Mazmur ini menjadi begitu terkenal karena ayat 2 seperti rusa yang merindukan sungai yang berair. Binatang rusa adalah binatang yang cepat haus, yang mana apabila sudah datang rasa hausnya, maka apapun ia rela terjang demi mendapatkan air.
Inilah pentingnya datang kepada Tuhan bukan sekedar lapor, bukan sekedar berdoa, tetapi datang dengan sebuah kerinduan. Hanya di hadirat Tuhan kita datang mendekat kepada sang Sumber air dan mengalami kepenuhan kembali. Ingat apa yang dikatakan Yesus kepada perempuan Samaria, “Apabila kau minum air ini, maka kau akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya (Yoh. 4:14). Artinya, pada Tuhan ada ” air” yang apabila kita datang dan menjalin keintiman tanpa kita sadari ada aliran-aliran air hidup yang menyegarkan mengalir. Ingat, apa yang terjadi dengan perempuan Samaria setelah mengalami perjumpaan dengan Yesus? Seperti ada kekuatan baru, menangkap tujuan dan panggilan hidupnya.
Mari jemaat Tuhan, alasan Tuhan tidak ingin umat-Nya menjadi tertekan adalah karena Tuhan tidak ingin umat-Nya “mandeg” dan tidak produktif. Bagaimana mungkin bisa membuat lega sesama manusia apabila kita sendiri sebagai orang percaya berada dalam kesesakan atau jiwa yang tertekan bukan? Ketika kita kembali mengandalkan Tuhan, maka selalu ada kekuatan demi kekuatan yang baru.
Tuhan Yesus memberkati!