JANGAN MUDAH DISESATKAN
Efesus 5:6 Janganlah kamu disesatkan orang dengan kata-kata yang hampa, karena hal-hal yang demikian mendatangkan murka Allah atas orang-orang durhaka.
Meskipun surat Paulus untuk jemaat Efesus ditulis bukan karena suatu alasan yang mendesak akan adanya masalah atau bahaya tertentu, melainkan lebih berupa nasehat kepada orang-orang percaya agar bertumbuh dalam iman, namun tetap di dalamnya rasul Paulus menekankan tentang pentingnya jemaat berawas-awas tentang adanya orang-orang yang mencoba menyesatkan atau membelokkan iman mereka melalui perkataan-perkataan kosong yang diucapkan tanpa dasar kebenaran. Orang-orang tersebut bisa saja berupa guru-guru palsu atau pun orang-orang biasa yang tidak bertanggung jawab.
Syair, puisi dan karya sastra lainnya mengambil kekuatan dari kata-kata yang digunakan. Kata-kata yang terangkai indah memang bisa menghanyutkan. Ucapan apabila dirangkai dari pilihan-pilihan kata bisa menjadi sebuah daya pikat. Kekuatannya tidak hanya terletak cara mengekspresikannya semata, tetapi juga ada pada kandungan kata-kata itu sendiri. Itulah sebabnya, tidak sedikit orang-orang terperdaya oleh indahnya penyampaian dan isi dari perkataan yang disampaikan.
Dari banyaknya kata-kata yang bisa dirangkai dalam sebuah kalimat, semestinya para pemercaya memiliki alasan kuat untuk menghindari ungkapan yang memerdaya dan tak bermakna. Ayat 4 sudah menyebutkan adanya perkataan kotor, kosong atau perkataan yang sembrono. Bukan hanya karena kata-kata itu tidak pantas diucapkan, tapi juga karena memang ketiadaan makna penting di dalamnya, selain hanya sekedar ungkapan dan emosi yang tertumpah di sana. Namun sayang, sering orang terjebak dalam kata-kata tersebut.
Tersesat pada kata-kata yang hampa adalah hal yang berbahaya. Bukan saja menjerat pihak penggunanya, tapi juga mencelakai semua pihak. Perkataan dapat menolong seseorang untuk mencapai tujuan Tuhan atau justru membawanya pada kehancuran yang mengerikan. Setiap apapun yang kita katakan pun memiliki konsekuensi. Kita dapat membawa sebuah inspirasi dan kebangunan kepada yang lainnya melalui ucapan kita atau kesedihan dan luka hati kepada yang lain karena perkataan kita pula. Bukan berlebihan kalau Paulus mengingatkan jemaatnya agar jangan sampai tersesat di sana.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Berbagai perkataan, informasi, dan pemberitaan akan selalu mengisi perbendaharaan hidup kita baik secara aktif (kita sendiri yang mencarinya), maupun orang lain yang berusaha untuk menyampaikan kepada kita dengan suatu maksud. Melalui pesan-Nya ini, Tuhan mau kita membangun suatu ketajaman agar tidak menjadi orang yang mudah diperdaya atau disesatkan (Yun.: Apatao). Orang-orang yang terperdaya dengan berbagai perkataan yang manis (MSG. Religious sales talk/bujuk rayu perkataan “sales” agama yang melemahkan) seringkali tidak menyadarinya, bahkan sangat terpesona dengan segera mengiyakan apa yang diucapkan tanpa memertimbangkannya dengan dasar kebenaran. Akibatnya, orang-orang demikian akan mudah terombang-ambing, mudah kecewa, dan bahkan “menjadi sales” bagi orang lain lagi dengan pengertian yang ia miliki.
Beberapa hal yang perlu kita lakukan berkaitan dengan pesan Tuhan ini, di antaranya adalah:
(1). Jangan ikut ambil bagian di dalamnya. Miliki ketegasan.
Efesus 5:7 Sebab itu janganlah kamu berkawan dengan mereka (NKJV. Therefore do not be partakers with them)
Bukan maksud rasul Paulus agar jemaat yang ia kirimi surat tidak berkawan dengan mereka yang menyebarkan perkataan hampa tersebut. Hal ini tidak selalu diartikan mengindar secara sosial dengan para pelakunya, karena sebagai anak-anak terang kita tidak bisa menyembunyikan diri kita dari lingkungan yang ada. Entahkah lingkungan kehidupan pergaulan maupun berbagai berita dari berbagai media sosial. Yang dimaksud “tidak berkawan” di sini adalah berani untuk tidak menyetujui apa yang dilakukan atau tidak menjadi bagian maupun ikut serta dengan apa yang dilakukan oleh orang-orang tersebut (Yun.: Summetochos).
Dengan siapa kita bergaul atau membangun hubungan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kehidupan rohani kita. Bersekutu atau bersahabat dengan orang-orang yang memiliki kehidupan rohani yang sehat akan turut mempercepat kita menuju kepada kedewasaan iman dan membawa kita kepada kemenangan. Sebaliknya, bila kita lebih banyak menghabiskan waktu berhubungan dengan orang-orang yang lemah rohani atau orang-orang yang “tidak jelas” pertumbuhannya kita akan tersesat semakin jauh dari Tuhan dan kita akan terjun bebas menuju kekalahan. Itulah sebabnya pesan ini memberikan penjelasan tentang pentingnya membina hubungan dengan orang-orang yang tepat bagi kita. Di masa pandemi ini bukan artinya kita “bebas” membuka diri untuk masuknya berbagai pengajaran yang begitu mudah tersedia di media.
(2). Jangan turut menjadi agen kesesatan. Miliki keberanian untuk menelanjanginya.
Efesus 5:10-11 (10) dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan. (11) Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu.
Yang dimaksud hidup dalam terang bukanlah selalu berjemur di bawah cahaya matahari atau selalu dibawah penerangan cahaya lampu. Berbeda dengan apa yang rasul Paulus katakan kepada jemaat Efesus. Hidup dalam terang yang ia tekankan bicara tentang sebuah bentuk kehidupan yang sudah diubahkan, yang dicerahkan, sehingga tidak lagi berada di dalam gelap. Dapat dibuktikan dengan seluruh hidupnya yang terbuka, terlihat, tidak lagi ada hal-hal gelap yang disembunyikan. Ayat sebelumnya ditunjukkan dengan sangat gamblang oleh rasul Paulus bagaimana konkrit hidup di dalam terang itu, yaitu kalau orang itu menghasilkan buah kebaikan, keadilan dan kebenaran (ayat 9).
Oleh karena itu, minimal tiga hal tadi bisa dijadikan semacam batu uji. Jika ada orang yang mengaku hidup dalam terang, tapi nyatanya hidupnya tidak membuahkan kebaikan? Maka klaim hidup dalam terangnya patut diragukan. Atau memang orang itu tidak berada di dalam terang. Sebab orang yang di dalam terang tidak akan menutupi kebenaran yang mencerahkan itu dengan bertindak sebaliknya. Jangan menjadi pribadi yang membuat orang bertanya-tanya tentang siapa diri kita. Siapa yang kita sembah, prinsip apa yang sedang kita hidupi, ada di pihak manakah kita (terang Kristuskah ataukah samar-samar), cara hidup yang sudah menjadi teladankah? Semuanya harus jelas terbaca dan terlihat.
Mari jemaat Tuhan, di tengah masa pandemi yang tidak mudah ini, pihak kegelapan akan dapat dengan mudah “bermain” di dalamnya. Ketakutan, kecemasan, keengganan serta berbagai nasihat palsu yang terlihat indah akan berusaha disebarkan. Sebagai agen-agen terang-Nya Tuhan, inilah saat dimana kita tampil menjadi terang. Terang yang dapat dirasakan dan terbaca dengan mudah oleh semua orang, sehingga orang tidak menjadi ragu dengan siapa yang kita sembah.
Tuhan Yesus memberkati!