HATI-HATI AKAN DATANGNYA PENCURI
Yohanes 10:1 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam kandang domba dengan tidak melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok;
Untuk memperjelas pembacaan Yohanes 10 ini, sebaiknya kita sudah membaca pasal sebelumnya, yaitu Yohanes 9. Karena kita akan menjadi lebih mengerti ditujukan kepada siapa perkataan Yesus ini. Yohanes 9 menceritakan bagaimana Yesus menyembuhkan seseorang yang buta sejak lahirnya. Yesus meludah ke tanah, dan mengaduk ludah-Nya itu dengan tanah, lalu mengoleskannya pada mata orang buta tadi. Lalu Yesus menyuruh orang tersebut untuk pergi dan membasuh dirinya dalam kolam yang bernama Siloam. Maka pergilah orang itu, lalu di sana ia membasuh dirinya lalu kembali dengan matanya sudah melek.
Yang terjadi kemudian adalah hebohnya tetangga-tetangganya dan mereka yang dahulu mengenalnya sebagai orang buta. Mulailah orang-orang bertanya bagaimana ia bisa menjadi sembuh. Dan si bekas orang buta ini bercerita bahwa Yesuslah orang yang menyembuhkannya. Mereka lalu membawanya kepada orang-orang Farisi. Menyadari bahwa hari itu adalah hari sabat, maka orang Farisi langsung mengatakan bahwa yang menyembuhkan pasti bukan berasal dari Allah.
Orang-orang Farisi dan kaum Yahudi lainnya begitu mudah mengatakan bahwa yang menyembuhkan pastilah orang berdosa. Si bekas orang buta itu berkata bahwa entahkah yang menyembuhkannya itu orang berdosa atau tidak, namun yang pasti ia sudah disembuhkan. Singkat cerita, orang Farisi dan kaum Yahudi tidak dapat menerimanya bahkan mengusir si bekas orang buta tersebut. Kemudian ia bertemu dengan Yesus dan mengakui-Nya sebagai Tuhan. Yesus lalu mengatakan bahwa yang buta justru adalah para kaum Farisi yang seharusnya mengajarkan hal yang benar. Mereka seharusnya yang dipercayakan sebagai gembala bagi kaum Yahudi, namun mereka bukanlah gembala yang baik. Mereka hanya tahu menghakimi dan mengeksploitasi orang-orang.
Lalu masuklah pasal 10, di mana di awal ayat 1 Yesus berkata: “Aku berkata kepadamu!” (Ing.: I tell you the truth) yang artinya, Aku menyatakan kebenaran kepadamu: Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam kandang domba dengan tidak melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok. Dari situ Yesus mengatakan tentang ilustrasi gembala dan domba, dimana ada gembala yang sudah dikenal oleh domba-dombanya yang keluar masuk melalui pintu dan ada pencuri yang masuk tidak melalui pintu, namun dengan memanjat tembok.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Bahwa Tuhan melalui pesan-Nya ini sedang memeringatkan kita bahwa akan ada pencuri yang mencoba masuk dan mengambil sesuatu dari orang percaya. Perhatikan metafora yang diberikan di Yohanes 10 di atas tentang domba, gembala asli, dan pencuri dalam kehidupan penggembalaan di tanah Israel. Dimana seorang pencuri akan mencoba masuk diam-diam dengan cara memanjat tembok, bukan melalui pintu, untuk mengambil salah satu dari domba-domba di dalamnya.
Di masa sekarang, yang dimaksud dengan domba adalah orang-orang percaya. Di samping itu, ada gembala manusia yang Tuhan percayakan untuk menggembalakan domba-domba tersebut, ada Gembala Agung yaitu Tuhan Yesus sang pemilik rencana bagi para domba dan gembala, dan ada oknum si pencuri yang mencoba mencuri apa saja dari hidup orang percaya. Entahkah kemungkinan yang dicuri adalah pribadi si orang percaya itu sendiri secara keseluruhan atau bisa juga ada bagian-bagian tertentu dari hidup si orang percaya yang dicuri. Adalah penting bagi setiap orang percaya untuk memahami prinsip penggembalaan yang Alkitabiah (digembalakan dengan baik dan menggembalakan dengan baik). Gagalnya orang percaya memahami hal ini tanpa disadari akan membuat si pencuri akan mengambil keuntungan daripadanya.
Adalah penting bagi umat Tuhan apabila sudah diperingatkan Tuhan seperti ini agar segera menata diri ke dalam tatanan yang dikehendaki Tuhan sedemikian rupa agar tidak ada bagian-bagian tertentu atau keseluruhan yang dapat dicuri sang pencuri. Pencuri yang dimaksud disini bisa berupa sesama manusia yang mengaku-ngaku sebagai hamba Tuhan yang menamakan dirinya sebagai rasul, nabi, penginjil, gembala, guru, dan sebagainya. Namun otak dibalik kesemuanya itu adalah tentu saja si iblis.
Beberapa hal yang perlu kita pahami dengan baik berkaitan dengan pesan Tuhan ini agar kita benar-benar dapat melindungi diri kita dari “sang pencuri” yang berniat mengambil sesuatu dari hidup kita di antaranya adalah:
(1). Tahu membedakan mana sosok yang asli dan mana yang bukan
Yohanes 10:3 Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar.
Kadang kita diperhadapkan pada barang atau sesuatu yang benar-benar mirip aslinya, tetapi ternyata palsu. Dalam kata lain disebut “aspal”, asli tetapi palsu. Untuk membedakan mana yang asli dan mana yang palsu dibutuhkan kejelian. Jika tidak, bisa saja kita terkecoh. Sebagus-bagusnya barang, apabila palsu, tetaplah palsu. Hal yang sama apabila berbicara tentang sesama manusia yang mengaku hamba Tuhan, maka lagi-lagi sangat diperlukan kejelian untuk bisa membedakannya.
Yesus menggunakan perumpamaan tentang gembala dan kawanan domba dengan sasaran orang Farisi dan kaum penatua Yahudi yang seharusnya paham membimbing, mengajar serta menuntun umat Israel. Namun sayangnya, mereka justru melakukan hal sebaiknya. Mereka tidak mengerti apa yang Yesus katakan (ay 6). Perumpamaan yang Yesus sampaikan sedang membandingkan mana gembala yang asli dan mana yang palsu dengan tindakan yang dilakukannya (ayat 3-5). Gembala yang asli akan masuk melalui pintu, dan penjaga pun akan membukakan pintu baginya. Lalu ia memanggil nama domba-dombanya, serta menuntun dan melindungi kawanan itu dari bahaya. Sedangkan yang palsu hanya mencari keuntungan melalui jabatan yang disandangnya, namun tidak memberikan perlindungan, pengajaran, atau teladan yang benar.
Kepekaan dari para domba akan terbangun apabila ada jalinan keterhubungan antara mereka dengan gembala yang siap mengarahkan mereka, di samping tentunya menjalin hubungan dengan Sang Gembala Agung Tuhan kita. Ternyata para gembala yang biasa menggembalakan domba, mereka sudah mengenali masing-masing nama dari para dombanya, sehingga ketika gembala hendak membawa mereka makan ke padang rumput, biasanya ia akan memanggil satu persatu nama para domba untuk berjalan keluar dari lahan tinggalnya, lalu mereka akan berjalan mengikuti sang gembala berdasarkan suara yang dibunyikan oleh gembala. Bukti bahwa yang namanya penggembalaan adalah adanya jalinan hubungan yang saling mengenal satu dengan yang lainnya.
Prinsip jalinan hubungan seperti inilah yang perlu dipahami oleh setiap orang percaya di dalam Kristus. Tuhan menetapkan jabatan gembala pada salah satu dari lima jawatan (Ef. 4:12) untuk tujuan memerlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan dan bagi pembangunan tubuh Kristus. Tanpa pemahaman yang benar tentang hal ini, maka domba-domba akan mudah dikelabui oleh para predator atau pencuri-pencuri yang mengaku dirinya adalah “gembala” yang siap mengambil keuntungan dari pada domba-domba yang lugu dan bodoh tersebut.
(2). Tahu tempat tinggalnya, lalu diam dengan aman
Yohanes 10:5 Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal.”
Ketidakpekaan orang percaya akhirnya membuat ia menangkap “suara-suara lain” dan kemudian mengikuti suara itu. Ingat, bahwa domba adalah binatang yang bodoh, tetapi ia masih bisa mengenali suara gembalanya. Tetapi orang percaya yang bodoh adalah orang yang mendengar segala suara lalu menganggapnya sebagai suara Tuhan dan mengikutinya. Inilah yang disebut dengan bagaimana pencuri itu mulai mencurinya. Kata pencuri di Yohanes 10 :1 adalah kleptes yang diterjemahkan sebagai guru-guru palsu yang tidak peduli untuk mengajarkan para domba, namun yang bisanya menyelewengkan domba-domba itu untuk kepentingan diri mereka. Lalu orang percaya itu berjalan mengikuti suara yang salah, tanpa tahu kemana ia berjalan.
Seorang gembala yang benar akan menuntun umat Tuhan untuk mengenal Tuhannya, membimbing untuk mengalami Tuhan secara pribadi. Seorang gembala yang salah akan menuntun umat Tuhan untuk datang kepada dirinya, berfokus kepada dirinya, dan membuat orang bergantung akan dirinya. Domba yang tidak digembalakan akan mudah terpesona kepada banyak orang yang menamakan dirinya hamba Tuhan. Dua kategori yang disebut belakangan tadi merupakan suatu hal yang berbahaya.
Hari-hari ini bukan hanya jemaat-jemaat biasa, tidak sedikit hamba-hamba Tuhan yang belum mengerti prinsip covering, yaitu bahwa mereka harus memiliki covering yang benar. Jika tidak, mereka hanya akan disebut “pengelana-pengelana rohani.” Mereka merasa diri mereka bebas kemana saja dan merasa diri baik-baik saja. Mereka tidak tahu bahwa hidup mereka sangatlah rentan. Posisi mereka terbuka lebar tidak terlindungi dan menjadi sasaran para “pencuri.” Mereka adalah orang-orang yang tidak dinaungi meskipun mereka mungkin merasa dinaungi karena merasa masih suka hadir ke gereja. Bedanya, mereka hanya tidak digembalai oleh seorang gembala yang mengenal mereka yang disebut sebagai orangtua rohani.
Mari jemaat Tuhan, mungkin prinsip covering ini di mata banyak orang percaya sudah bukan sesuatu yang favorit lagi. Seringkali prinsip ini dianggap prinsip jadul, meskipun ini yang Tuhan kehendaki. Orang percaya merasa dirinya akan terkekang dan tidak leluasa untuk mengembara kemana-mana lagi. Namun ingat, melalui pesan-Nya ini Tuhan sedang memeringatkan bahwa diluar sana sudah ada “pencuri” yang sekaligus bertindak sebagai predator yang sudah menunggu siap untuk memangsa domba-domba lugu dan bodoh yang tidak dinaungi dengan benar.
Ingat, bukan seberapa banyak orang percaya menerima berbagai makanan rohani dari berbagai hamba Tuhan (termasuk berbagai kotbah dari media sosial) yang disebut sehat, namun seberapa ia mau bernaung dengan aman di tempat tinggalnya sambil menikmati makanan ASI yang sederhana namun sehat dari gembala yang adalah orangtua rohaninya.
Tuhan Yesus memberkati!