GUNAKAN BAHAN-BAHAN YANG DARI TUHAN UNTUK MEMBANGUN!
Nehemia 4:6 Tetapi kami terus membangun tembok sampai setengah tinggi dan sampai ujung-ujungnya bertemu, karena seluruh bangsa bekerja dengan segenap hati.
Pasal 4 ini dibuka dengan penjelasan akan kondisi hati Sanbalat. Betapa dikatakan hati Sanbalat marah dan sakit ketika mengetahui betapa giat orang-orang Yerusalem dari berbagai lapisan masyarakat sedang membangun tembok Yerusalem, dan ditambah pula melihat progress kemajuan pembangunan yang begitu terlihat nyata.
Ini merupakan respon yang tidak semestinya dari Sanbalat. Bukankah seharusnya ia bergembira dan bersemangat ketika melihat adanya pembangunan yang sedang berlangsung? Bukan hanya ada tembok yang sudah lama hancur dibangun kembali, tetapi juga melihat orang-orang yang sudah lama lemah tak berdaya sedang dipulihkan. Mengapa ia tidak bergembira akan sesuatu yang Tuhan sendiri ingin tembok Yerusalem tersebut dibangun kembali. Mengapa harus begitu marahnya Sanbalat melihat sesuatu yang roboh sedang ditegakkan kembali.
Sanbalat bisa dikatakan bahwa ia adalah seorang yang tidak menyukai perubahan. Ia senang apabila Yerusalem tetap berada dalam keadaan “status quo” (keadaan tetap tanpa ada perubahan). Tetap sebagai reruntuhan dan porak poranda. Berhati-hatilah apabila orang percaya merasa lebih nyaman berada di reruntuhan, tanpa berusaha untuk membangunnya kembali. Ingat pesan Tuhan dua minggu lalu, tentang “Jangan membiarkan pintumu tertutup.” Ada istilah “zona nyaman” yang artinya wilayah dimana orang sudah terbiasa merasa enak di dalamnya sehingga enggan untuk mengalami perubahan akan hal-hal yang baru.
Mari kita coba lakukan sedikit evaluasi. Adakah keadaan “reruntuhan” atau kondisi “porak poranda”, atau sesuatu yang harus “diperbaiki kembali” di dalam kehidupan kita pribadi, keluarga, rumah tangga kita? Atau adakah hubungan-hubungan atau fungsi-fungsi yang kurang baik yang mesti diperbaiki? Pikirkan sejenak, apakah hal-hal yang mesti diperbaiki ini berkenan kepada Tuhan? Apakah sesuai dengan agenda Tuhan? Apabila ya, maka mulailah lakukan pembangunan kembali.
Jangan sampai kita menjadi orang yang sebetulnya tahu akan sesuatu keadaan yang lebih baik, namun enggan beranjak. Belajar dari Nehemia, ketika mengetahui ada tembok Yerusalem yang telah porak poranda, ia kemudian datang kepada Tuhan dan bergumul sekian lama. Kemudian tahulah ia bahwa ia harus pulang untuk membangun kembali tembok Yerusalem di saat kehidupannya sudah dalam posisi yang mapan. Bukan sekedar pulang untuk membangun kembali tembok untuk mencari nama bagi dirinya, namun untuk kemuliaan nama Tuhan. Lalu mengajak orang-orang untuk turut serta dalam proyek-Nya Tuhan tersebut.
Dan perhatikan, Nehemia lalu mulai membangunnya dengan menggunakan semua bahan-bahan yang berasal dari Tuhan. Bukan semata-mata menggunakan bahan yang terbuat dari batu, kayu, besi, dan berbagai peralatan fisik, namun melibatkan nilai-nilai dari Tuhan.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Tuhan menghendaki kita umat-Nya belajar dari Nehemia dalam membangun kembali bagian-bagian yang rusak, bagian-bagian telah menjadi reruntuhan atau porak poranda lalu melibatkan orang-orang yang menangkap hal yang sama untuk terlibat di dalamnya, untuk kemudian bersama-sama membangunnya kembali. Lalu bangunlah semua itu menggunakan bahan-bahan yang dari Tuhan.
Dalam proses pembangunan tembok Yerusalem, kita akan banyak menemukan “bahan-bahan” yang berasal dari Tuhan yang Nehemia gunakan dalam membangun kembali tembok yang telah rubuh. Temukan nilai-nilai apa saja yang dilakukan Nehemia dari sejak ia mendengar kabar tentang kondisi tembok, pada waktu ia di perjalanan, pada waktu ia melibatkan orang-orang untuk bersama-sama membangun, ketika ditentang oleh Sanbalat dan kawan-kawan, ketika coba ditipu, difitnah, diserang secara fisik, sampai jadinya kembali tembok tersebut.
Apabila Nehemia melakukannya dengan menggunakan bahan-bahan yang dari Tuhan, maka kitapun mestinya bisa. Nehemia bukan hanya berhadapan dengan musuh dalam pengertian si roh jahat dari kerajaan gelap, namun juga berhadapan dengan musuh-musuh dalam bentuk manusia yang mati-matian menentangnya, seperti Sanbalat, Tobia, Gesyem, dan orang-orang dari bangsa sekitarnya. Mungkin pembangunan yang harus kita lakukan tidak sama seperti yang dihadapi Nehemia, namun mari gunakan langkah-langkah yang Nehemia gunakan, yaitu melibatkan kuasa Tuhan!
Beberapa bahan penting yang digunakan Nehemia di dalam membangun kembali tembok, sekaligus juga untuk mengajarkan kepada kita dalam membangun, di antaranya adalah:
(1). Bersedia menjadikan Tuhan sebagai tempat untuk mengadu dan membiarkan Tuhan melakukan bagian-Nya
Nehemia 4:4 Ya, Allah kami, dengarlah bagaimana kami dihina. Balikkanlah cercaan mereka menimpa kepala mereka sendiri dan serahkanlah mereka menjadi jarahan di tanah tempat tawanan.
Ketika Nehemia dan segenap orang-orang Yahudi mendengar perkataan hinaan yang dilontarkan Sanbalat beserta kawan-kawannya, mereka tidak menjadi marah ataupun lemah seperti yang seringkali terjadi pada kebanyakan orang. Memang, salah satu strategi efektif yang sering digunakan si jahat terhadap orang percaya adalah menyerang kepada pribadi atau melakukan penghinaan yang ditujukan kepada bagian fisik. Dan tidak sedikit yang akhirnya menjadi terluka.
Namun yang luar biasa, tidak satupun respon salah yang dilakukan oleh Nehemia dan orang-orang Yahudi. Mereka justru datang kepada Tuhan dan mengadukan semua perkara yang terjadi ke hadapan Tuhan. Mereka lakukan itu karena mereka begitu percaya akan kuasa Tuhan mereka. Tuhan yang sudah terlibat dari sejak awal ketika Nehemia masih di tanah pembuangan sampai selesainya pembangunan tembok. Nehemia mengatakan bahwa semua dapat terjadi, karena ada tangan kuat Tuhan yang menyertainya.
(2). Bersedia untuk meresponi tuduhan musuh dengan perbuatan yang benar
Nehemia 4:2 dan berkata di hadapan saudara-saudaranya dan tentara Samaria: “Apa gerangan yang dilakukan orang-orang Yahudi yang lemah ini? …”
Kemarahan Sanbalat diungkapkan dengan cara yang paling sering diungkapkan yaitu melalui intimidasi dan penghinaan. Mirip sekali dengan apa yang dilakukan Goliat terhadap Daud. Sanbalat mengejek orang-orang Yahudi dengan menyebut mereka lemah, tidak berdaya, dan tidak kompeten. Sanbalat tidak menyadari bahwa seringkali Tuhan menggunakan orang-orang percaya yang terlihat bodoh di mata dunia untuk mengalahkannya. Apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat.
Pada peristiwa Daud melawan Goliat, seberapa banyak orang yang meragukan kemampuan Daud, namun dijawab oleh Daud melalui pembuktian tindakan yang benar. Daud juga tidak melakukan pembuktian tersebut dalam semangat “balas dendam,” bahwa betapa ia telah disakiti, dan kini saatnya ia membalas. Daud melakukannya juga bukan untuk menunjukkan siapa dirinya, tetapi untuk menyatakan bahwa kuasa Tuhanlah yang telah bekerja luar biasa di dalam dirinya.
Hal yang sama juga dilakukan Nehemia dan segenap orang Yahudi terhadap cemoohan Sanbalat dan kawan-kawannya, ia meresponinya dengan terus giat bekerja membangun tembok yang telah roboh tahap demi tahap dalam semangat kesehatian sehingga akhirnya selesailah pekerjaan membangun tembok Yerusalem dalam tempo lima puluh dua hari.
Mari jemaat Tuhan, melalui pesan Tuhan ini, apapun besarnya halangan yang kita hadapi, apapun komentar negatif yang dilontarkan pihak-pihak yang tidak menyukai keberadaan kita, dan apapun zona nyaman yang sedang kita “diami” saat ini, apabila kita mengetahu bahwa ada “tembok-tembok” yang masih dalam keadaan porak poranda dalam salah satu wilayah kehidupan kita, janganlah kita membiarkannya. Lakukan Inventarisasi problem, datang pada Tuhan dan akui, minta tuntunan Tuhan dan solusi, lalu bangunlah kembali bagian yang “porak poranda” tersebut dengan menggunakan bahan-bahan yang berasal dari Tuhan. Selamat membangun!
Tuhan Yesus memberkati!