BUANGLAH SAMPAH SPIRITUALMU!
1 Petrus 2:1-2 (1) Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah. (2) Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan,
Definisi dari sampah adalah sesuatu yang sudah tidak digunakan lagi, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang berasal dari sisa berbagai kegiatan manusia yang sudah tidak dibutuhkan. Setiap rumah tangga memiliki kebiasaannya masing-masing dalam hal membuang sampah dari dalam rumahnya. Ada rumah-rumah tangga yang membuangnya sendiri ke tempat pembuangan sampah yang letaknya memang tidak jauh dari rumah, ada pula yang menaruhnya di suatu tempat depan rumah untuk nanti ada petugas sampah yang mengambilnya.
Di negara barat, ada istilah “garbage day” atau “thrash day,” yaitu hari tertentu dimana semua rumah-rumah tangga harus mengeluarkan tempat sampahnya dan menaruhnya di depan rumah, untuk nanti ada mobil sampah yang mengangkat dan membuangkannya ke truk sampah. Bagi rumah tangga yang produksi sampahnya cukup banyak, maka “garbage day” adalah hari hari yang ditunggu-tunggu, dimana tempat sampah besar mereka akan dikosongkan.
Ada juga jenis sampah lain, yang termasuk jenis sampah bersih, artinya sesuatu yang terlihat masih dalam keadaan baik namun sudah tidak dibutuhkan lagi. Biasanya orang-orang akan menyumbangkannya atau menjualnya ke tempat daur ulang. Namun prinsipnya adalah sama, yaitu mengeluarkan sesuatu yang sebetulnya sudah tidak berfungsi dan tidak dibutuhkan lagi. Dan akibat dari pembersihan-pembersihan tadi, maka terdapatlah suatu ruang kosong atau space baru yang bisa dipergunakan untuk sesuatu yang baru.
Tindakan-tindakan pembuangan sampah ini adalah gambaran yang harus diterapkan dalam kehidupan rohani orang percaya. Jadi dalam kehidupan spiritual orang percaya pun harus ada yang namanya “garbage day” dimana kita perlu membersihkan “rumah” kita dengan membuang segala macam “sampah-sampah,” yaitu sesuatu yang sebetulnya sudah tidak diperlukan bahkan sesuatu yang akan menimbulkan masalah apabila dibiarkan begitu saja.
Minimal ada dua jenis sampah yang harus dibuang dari kehidupan orang percaya, yaitu sampah berbentuk fisik (berwujud) dan sampah yang berbentuk non fisik (tidak berwujud). Yang berbentuk fisik adalah benda-benda yang tidak berkenan yang harus ditumpas habis, atau biasanya disebut barang tumpas (2 Korintus 6:14-18). Jenis yang satunya bentuknya non fisik (rohani atau spiritual), yaitu sampah-sampah yang bercokol dalam hati orang percaya, seperti misalnya kepahitan, kekecewaan, kemunafikan, kedengkian, dan sebagainya.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Disadari atau tidak disadari Tuhan melihat masih adanya orang-orang percaya yang membiarkan “sampah-sampah” (baik fisik maupun non fisik) yang masih disimpannya atau “disembunyikannya,” padahal semuanya itu sudah seharusnya dibuang atau disingkirkan jauh-jauh. Kata “buanglah” dalam bahasa aslinya adalah apotithemi yang artinya menanggalkan seperti orang menanggalkan pakaian yang sudah kotor dan berbau, atau keberanian untuk memotong sekalipun sakit.
Dampak yang terjadi akibat enggan untuk membuang sampah-sampah tersebut tentu tidak main-main. Sama halnya dengan kita membayangkan tempat dimana kita tinggal dan kita membiarkan sampah-sampah yang seharusnya dibuang, tetapi dibiarkan begitu saja. Pastinya ada aroma yang tidak sedap yang terjadi, di saat seharusnya kita mengeluarkan aroma harum. Belum lagi munculnya binatang-binatang yang tidak diundang bermunculan.
Oleh sebab itu, apa yang harus kita lakukan agar segala macam sampah yang masih tersimpan dapat kita buang jauh-jauh, beberapa di antaranya adalah:
(1). Lakukan inventarisisasi spiritual
1 Petrus 2:3-4 (3) jika kamu benar-benar telah mengecap kebaikan Tuhan. (4) Dan datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah.
Kita merasa semua jenis sampah sudah kita buang setiap harinya. Tetapi apabila mau jujur, kebanyakan yang seringkali dibuang adalah jenis sampah yang rutin atau jenis sampah yang biasa. Seperti misalnya sampah dapur, sampah kemasan dari barang-barang yang kita beli, sampah bekas makanan, atau sampah bungkus luar pesanan online.
Namun apabila kita mau lakukan inventarisasi, ternyata ada jenis-jenis sampah yang sudah tidak kita anggap sebagai sampah lagi, karena masuk kategori barang lama yang sudah tidak terpakai, tetapi dibuang sayang. Barang-barang inilah biasanya akan diam di gudang atau bahkan ada di dalam lemari pribadi kita berbelas tahun bahkan berpuluh tahun di sana. Ternyata di dalam kehidupan rohani orang percaya, tidak sedikit masih tersimpan berbagai jenis sampah-sampah yang demikian.
Tindakan yang perlu kita lakukan adalah datang kepada Kristus, sang Batu Penjuru (1 Petrus 2:4,7), yaitu Yesus sang sumber kebenaran dan menjadikannya sebagai standar acuan bagi orang percaya. Artinya, apabila kita hendak melakukan inventarisasi rohani maka acuannya adalah Yesus dan firman-Nya. Apabila kita tidak menjadikan firman sebagai acuan, maka standar manusialah yang akan dipakai. Standar manusia penuh dengan segala kompromi. Namun ketika firman Tuhan yang digunakan sebagai acuannya, maka kita akan mudah mengenalinya, serta memiliki keberanian untuk membuang segala sesuatu yang masuk kategori sampah-sampah rohani.
(2). Lakukan pembuangan yang tidak penting untuk mengalami hal yang jauh lebih penting
1 Petrus 2:1-2 (1) Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah. (2) Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan,
Sampah-sampah rohani mempunyai bermacam-macam perwujudan (perhatikan ayat 1, …segala kejahatan, segala tipu muslihat, dan “segala-segala” lainnya), dan kita tidak boleh merasa puas apabila baru membuang satu perwujudan. Kita harus berjuang untuk berani membuang “segalanya” sampai ke cabang dan rantingnya. Ini semua menunjukkan bahwa suatu sampah rohani mempunyai bermacam-macam perwujudan. Jangan puas dengan membuang salah satu perwujudan; kita harus membuang semua perwujudan dari sampah-sampah rohani ini.
Membuang sampah-sampah rohani ini berhubungan erat dengan kerinduan untuk memelajari firman Tuhan. Kalau ayat 1 di atas berbicara tentang pembuangan sampah-sampah rohani, maka ayat 2 nya berbicara tentang kerinduan terhadap firman Tuhan yang murni. Kedua hal ini berhubungan dengan sangat erat. Orang percaya yang tidak sungguh-sungguh membuang sampah-sampah rohaninya akan kehilangan kerinduannya terhadap Tuhan dan firman-Nya, sedangkan orang yang tidak sungguh-sungguh mencari firman Tuhan tidak akan mampu membuang sampah-sampahnya.
Mereka yang masih memelihara kejahatan, kebencian, kedengkian, dan sebagainya dalam hati, maka mereka sesungguhnya akan kehilangan “nafsu makan” mereka terhadap segala makanan sorgawi. Dan mereka yang sudah kehilangan kasih Kristus yang kudus dalam diri mereka, maka mereka tidak lagi bisa merindukan pribadi dari Dia yang adalah kasih.
Oleh sebab itu, mari jemaat Tuhan, kita tidak bisa bermain-main dengan kebenaran firman Tuhan. Apabila kebenaran firman mengatakan bahwa sesuatu yang tidak berkenan yang menimbulkan “aroma ” tidak sedap dalam kehidupan adalah sampah yang harus segra dibuang, maka janganlah kita berlama-lama untuk tidak membuangnya. Buanglah itu segera! Tanggalkanlah itu seperti orang menanggalkan pakaian yang kotor dan berbau. Lalukan “garbage day” untuk kehidupan spiritual kita setiap hari. Maka kita akan mengalami suatu kerinduan yang sangat besar untuk mengalami Kristus lebih dan lebih lagi. Selamat membuang sampah-sampah spiritual!
Tuhan Yesus memberkati!