BELAJAR MELALUI PROSES PERJALANAN
Ulangan 8:2 Ingatlah kepada seluruh perjalanan yang kaulakukan atas kehendak TUHAN, Allahmu, di padang gurun selama empat puluh tahun ini dengan maksud merendahkan hatimu dan mencobai engkau untuk mengetahui apa yang ada dalam hatimu, yakni, apakah engkau berpegang pada perintah-Nya atau tidak.
Kitab Ulangan ini mengisahkan akhir perjalanan panjang bangsa Israel setelah 40 tahun mereka mengembara di padang gurun. Posisi mereka waktu itu berada di satu tempat di dataran Moab sebelah timur Yerikho dan sungai Yordan, tidak jauh lagi bersiap untuk menyeberang memasuki Kanaan. Di sanalah Musa berkesempatan menyampaikan pesan-pesannya kepada umat Israel. Selain berisi kata-kata perpisahan, Musa juga mengulas kembali dan memperbaharui perjanjian Allah dengan Israel kepada angkatan Israel yang baru.
Sebagian besar angkatan yang baru ini tidak mengingat peristiwa penyeberangan laut Teberau, atau pemberian hukum Tuhan di Gunung Sinai. Mereka memerlukan pengisahan kembali mengenai perjanjian, hukum Taurat, kesetiaan Allah, dan berbagai pesan untuk memerlengkapi mereka sebelum masuk ke tanah perjanjian.
Dalam kesempatan terakhir ini, sebelum Musa berpisah dengan bangsa Israel ia menyampaikan maksud dan alasan Tuhan mengapa seringkali membawa bangsa Israel masuk ke dalam berbagai situasi yang tidak mudah atau situasi yang tidak dimengerti. Semua itu adalah cara Tuhan untuk mengajarkan banyak hal kepada umat Israel.
Ketika kita berjalan mengiring Tuhan, satu hal yang perlu kita pahami adalah kita sedang berjalan bersama “Sang Guru yang dahsyat”, artinya tidak ada situasi yang kita sebagai umat Tuhan hadapi di sepanjang perjalanan tanpa adanya pembelajaran di dalamnya. Masalah yang seringkali terjadi adalah tidak sedikit umat Tuhan yang tidak menyadari bahwa mereka sedang diajarkan sesuatu oleh Tuhan dengan tujuan untuk kebaikan mereka sendiri. Di bagian inilah seringkali yang menjadi penyebab mengapa perjalanan menjadi sangat panjang dan melelahkan.
Ketika Tuhan sedang mengajarkan suatu pelajaran penting kepada umat-Nya, pihak umat yang diajarkan menganggap bahwa Tuhan sedang melakukan sesuatu yang jahat terhadap dirinya. Ketika Tuhan ingin supaya anak-anak-Nya dewasa dan cakap, yang anak merasa bahwa dirinya sudah cukup pintar, apa lagi yang mau Tuhan ajarkan. Umat Tuhan merasa yang dibutuhkan mereka adalah bukan pelajaran, melainkan jalan keluar atas problema yang dihadapi. Akhirnya dipenuhilah perjalanan dengan berbagai kesalahpahaman dan ketidakmengertian.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Seperti orang tua yang ingin anak-anaknya menjadi pandai dan cakap, demikian pula Tuhan terhadap kita anak-anak-Nya. Ia ingin kita menjadi anak-anak yang berkualitas dan bertumbuh dewasa. Itulah sebabnya, ada banyak pembelajaran yang Tuhan mau kita pahami. Bukan semata-mata melalui suatu pembelajaran formal seperti seorang murid yang duduk di bangku sekolah, namun Tuhan mau kita belajar juga melalui berbagai situasi kehidupan yang kita hadapi.
Banyak pembelajaran yang Tuhan sedang ajarkan kepada bangsa Israel pada waktu itu, namun seringkali mereka tidak menangkapnya. Mereka memilih untuk bersungut-sungut dan protes ketika Tuhan sedang mendidik mereka. Padahal bukan protes yang membuat seseorang tangguh dalam iman melainkan proses yang diresponi dengan benar.
Apa yang harus kita pahami berkaitan dengan pesan Tuhan ini agar kita menjadi umat yang mudah menangkap pelajaran penting apa yang Tuhan sedang ajarkan kepada kita, di antaranya adalah:
(1). Belajar untuk mengendalikan reaksi atau respon hati atas apapun yang terjadi
Ulangan 8:2 Ingatlah kepada seluruh perjalanan yang kaulakukan atas kehendak TUHAN, Allahmu, di padang gurun selama empat puluh tahun ini dengan maksud merendahkan hatimu dan mencobai engkau untuk mengetahui apa yang ada dalam hatimu, yakni, apakah engkau berpegang pada perintah-Nya atau tidak.
Umat Israel dalam perjalanan di padang gurun seringkali disebut sebagai umat yang terkenal dengan responnya yang cepat. Cepat bukan dalam pengertian yang positif, namun lebih kepada cepat dalam pengertian negatif. Ketika menghadapi rasa lapar dan belum menemukan makanan, maka dengan cepat mereka bersungut-sungut dan berkata bahwa lebih baik mereka mati di Mesir dengan perut kenyang karena di sana selalu tersedia daging di kuali. Bayangkan, mereka lebih memilih untuk tetap berada di Mesir dengan perut kenyang daripada lapar dalam perjalanan menuju ke tanah Perjanjian.
Sebetulnya apa maksud Tuhan dengan membiarkan bangsa Israel mengalami rasa lapar saat itu? Pertama, Tuhan ingin merendahkan hati umat-Nya ini. Ia berharap nantinya bangsa Israel akan lebih bersyukur ketika menerima Manna yang diberikan Tuhan setelah mereka mengalami rasa lapar. Kedua, untuk mengajarkan kepada mereka bahwa Tuhan sanggup memenuhi kebutuhan mereka bukan seperti angan-angan mereka namun sesuai dengan rencana Tuhan. Dan ketiga, agar mereka belajar lebih mempercayai Tuhan dan mengarahkan fokus pada-Nya.
Namun sayangnya, untuk belajar akan hal ini saja, bangsa Israel perlu waktu yang lama untuk mereka menjadi orang-orang yang bisa mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan.
Bagaimana dengan kita? Kadang kitapun suka “dibiarkan lapar” dengan berbagai masalah yang belum terselesaikan dalam hidup kita bukan? Jika ya, mari belajar rendah hati untuk berdoa memohon jawaban sesuai dengan rencana Tuhan, bukan sesuai dengan keinginan kita. Perbaharui fokus kita pada Tuhan dengan bertekun mendekat sambil menyelaraskan diri kepada kehendak-Nya.
(2). Belajar untuk menangkap maksud Tuhan di setiap peristiwa yang terjadi
Ulangan 8:7 Sebab TUHAN, Allahmu, membawa engkau masuk ke dalam negeri yang baik, suatu negeri dengan sungai, mata air dan danau, yang keluar dari lembah-lembah dan gunung-gunung;
Setiap peristiwa demi peristiwa yang dihadapi oleh bangsa Israel dimana mereka harus belajar di dalamnya, semua untuk tujuan menjadikan mereka pribadi yang taat, tunduk pada perintah-perintah Tuhan dan menjadi orang-orang yang dapat mengelola apapun yang dipercayakan dengan baik, dan tidak menjadi tinggi hati ketika dipercayakan sesuatu yang luar biasa.
Seandainya umat Israel menangkap setiap pembelajaran demi pembelajaran yang diajarkan Tuhan tersebut, sebenarnya untuk tujuan apa semua itu diajarkan? Ternyata Tuhan punya tujuan yang indah. Bahwa suatu saat, ketika umat Israel tiba di tanah Perjanjian, Tuhan mau mereka mengelola negeri yang berlimpah susu dan madunya tersebut. Bukankah sebelumnya telah mereka intai negeri yang dahsyat tersebut? Dibutuhkan pribadi-pribadi yang penuh dedikasi dan disiplin untuk dapat mengelola sesuatu yang besar yang dipercayakan Tuhan.
Hal yang sama, apabila hari ini kita diijinkan Tuhan untuk menghadapinya situasi yang mungkin tidak mudah untuk kita hadapi, Tuhan ingin kita menangkap pembelajaran apa yang sedang Tuhan berikan. Dan tujuan dibalik semuanya itu tidak lain bahwa sekiranya kita lulus melewati proses pembelajaran-pembelajaran tersebut, maka ada sesuatu yang besar sedang menanti di depan sana. Itulah sebabnya, sekecil atau sebesar apapun perkara yang dihadapi mari kita tangani dan kelola dengan baik. Ingat akan prinsip pengelolaan yang Yesus ajarkan, bahwa ketika kita setia akan perkara-perkara yang kecil maka kita akan diberi tanggung jawab akan perkara-perkara yang lebih besar lagi.
Mari jemaat Tuhan, tidak mungkin Tuhan memberikan sesuatu terjadi begitu saja dalam hidup kita tanpa adanya maksud dan tujuan Tuhan di balik semuanya itu. Yang dibutuhkan adalah kesigapan kita di dalam mencerna maksud indah Tuhan di balik semuanya itu. Selamat belajar!
Tuhan Yesus memberkati!