Nehemia 1:3 Kata mereka kepadaku: “Orang-orang yang masih tinggal di daerah sana, yang terhindar dari penawanan, ada dalam kesukaran besar dan dalam keadaan tercela. Tembok Yerusalem telah terbongkar dan pintu-pintu gerbangnya telah terbakar.”
Pada zaman dahulu, jika sebuah kota memiliki bangunan pagar tembok di sekelilingnya berarti kota itu memiliki peradaban yang lebih maju, kehidupan sosial yang lebih baik, bahkan tembok tersebut membuat kota itu akan menjadi aman dari segala serangan musuh. Dengan kata lain, tembok berbicara tentang identitas, kejayaan, perlindungan sebuah kota. Yerusalem merupakan salah satu contoh dari kota-kota yang memiliki pagar tembok yang demikian.
Suatu kali salah seorang saudara dari jauh datang kepada Nehemia di kerajaan Babel, melaporkan tentang kondisi kota Yerusalem dan orang-orang yang tinggal di dalamnya. Ternyata Yerusalem dan orang-orang yang masih tinggal di sana ada dalam kesukaran besar dan dalam keadaan tercela. Tembok Yerusalem telah terbongkar dan pintu-pintu gerbangnya telah terbakar (Neh. 1:1-3). Mendengar hal itu, berkabunglah Nehemia. Ia memohon ampun kepada Tuhan dan menyatakan kerinduannya untuk dapat berjuang dan membangunnya kembali.
Saat itu, Nehemia sedang berada dalam posisi yang sangat terjamin, ia bekerja di istana raja sebagai juru minum raja. Pada zaman itu pekerjaan sebagai juru minum raja bukanlah pekerjaan sembarangan, orang yang menyiapkan minuman raja adalah orang yang dekat dan dipercayai raja. Namun ketika pertama kali ia mendengar bahwa bangsanya sedang ditindas dan tertawan, tembok Yerusalem terbongkar dan pintu-pintu gerbangnya terbakar, ia memohon kepada raja untuk mengijinkannya pulang ke Yerusalem.
Ia berharap dapat menggerakkan hati rakyat yang masih tertinggal di sekitar Yerusalem untuk bersama-sama membangun kembali tembok Yerusalem itu. Pekerjaan membangun kembali sebuah tembok yang telah roboh bukanlah perkara mudah untuk dilakukan. Benar-benar membutuhkan dukungan dari berbagai pihak termasuk penduduk kota Yerusalem itu sendiri.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita di minggu ini. Tuhan menyatakan bahwa ada “bangunan-bangunan” rusak yang perlu diperbaiki dan dibangun kembali. “Bangunan-bangunan” atau “tembok” yang rusak tersebut berbicara tentang adanya harapan-harapan yang hancur, janji-janji Tuhan yang terlihat mustahil tergenapi, kegagalan-kegagalan, hubungan-hubungan dengan anggota keluarga dan sesama yang tidak sepakat, serta jalan-jalan yang tertutup, dan lain-lain.
Rahasia keberhasilan Nehemia dalam membangun kembali tembok Yerusalem, dapat menjadi pelajaran berharga bagi orang percaya di akhir zaman ini, sehingga dapat diartikan sebagai sebuah rahasia keberhasilan orang percaya dalam menjalani hidup yang selaras dengan tujuan Tuhan. Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan, antara lain:
(1). Memiliki kepedulian akan apa yang terjadi
Neh. 1:4-11 Ketika kudengar berita ini, duduklah aku menangis dan berkabung selama beberapa hari. Aku berpuasa dan berdoa ke hadirat Allah semesta langit,
Ketika Nehemia mendengar akan apa yang telah terjadi di Yerusalem, segera ia duduk dan menangis di hadapan Tuhan. Mengoreksi diri serta memohon ampun dan meminta tuntunan Tuhan untuk mendengarkan seruan dan doa yang dipanjatkan ke hadirat-Nya. Sebetulnya, bisa saja Nehemia tidak mempedulikan bangsanya, apalagi sampai meninggalkan jabatannya, kenyamanan dan hidupnya yang sudah terjamin hanya untuk menyusahkan diri dengan bangsanya yang tidak taat dan tertawan. Namun, dia memilih apa yang tidak banyak dipilih oleh orang lain. Dalam kepeduliannya yang besar dia melakukan tindakan yang mendatangkan sesuatu yang luar biasa.
Seringkali masih banyak dijumpai orang-orang percaya yang tidak begitu peduli dengan apa yang terjadi dalam dirinya. Nasihat demi nasihat, pesan demi pesan Tuhan dibiarkan berlalu begitu saja tanpa ada satu tindakan untuk meresponinya. Bahkan, orang lainlah yang terlihat lebih peduli dibandingkan dengan dirinya sendiri yang mengalaminya. Orang lainlah yang datang berdoa kepada Tuhan, seperti yang dilakukan Nehemia, dibandingkan penduduk Yerusalem yang mengalaminya secara langsung. Bukankah ini suatu kekeliruan? Tuhan mau kita belajar peduli dengan apa yang terjadi dalam diri kita.
(2). Menyelidiki dan menginventarisasi (mendata) bagian-bagian yang rusak
Neh. 2:13-15 Demikian pada malam hari aku keluar melalui pintu gerbang Lebak, ke jurusan mata air Ular Naga dan pintu gerbang Sampah. Aku menyelidiki dengan seksama tembok-tembok Yerusalem yang telah terbongkar dan pintu-pintu gerbangnya yang habis dimakan api.
Belum lama Nehemia tiba di Yerusalem, segeralah ia bersama dengan beberapa orang yang bisa dipercaya pergi menyelinap diam-diam untuk menyelidiki dengan seksama tembok-tembok Yerusalem yang telah terbongkar dan pintu-pintu gerbangnya yang habis dimakan api. Disini terlihat sekali perhatian Nehemia dan keseriusannya yang amat sangat agar kotanya segera mengalami pemulihan. Itulah sebabnya, ia segera pergi mendata bagian-bagian mana saja dari sekeliling tembok Yerusalem yang mengalami kerusakan. Seberapa parah tingkat kerusakan daripada tembok-tembok dan pintu-pintu gerbangnya. Hal ini dilakukan untuk menentukan level prioritas pemulihan. Mana yang memerlukan langkah perbaikan terlebih dahulu.
Ajaklah pasangan ataupun orang terdekat anda untuk mulai menginventarisasi bagian-bagian yang mengalami “kerobohan.” Data dan diskusikan dengan baik bagian-bagian mana saja yang mengalami “kerobohan”, dari level yang paling parah hingga level yang kurang parah. Dengan melakukan hal ini, maka akan dapat segera dilakukan langkah sepakat untuk bersama-sama menjalaninya. Tanyakanlah kepada pasangan anda, apakah ia sungguh-sungguh rindu mengalami pemulihan? Apabila ya, lakukanlah bersama-sama.
Mari umat Tuhan, masih banyak lagi langkah-langkah yang harus kita perhatikan. Namun paling tidak, mulailah lakukan dua langkah awal ini terlebih dahulu. Diskusikanlah secara baik-baik dan bawa semua perkara ke hadapan Tuhan. Percayalah, seperti Tuhan menyertai Nehemia, Tuhan pun menyertai kita semua. Amin.
Tuhan Yesus memberkati!