Hagai 2:10 Adapun Rumah ini, kemegahannya yang kemudian akan melebihi kemegahannya yang semula, firman TUHAN semesta alam, dan di tempat ini Aku akan memberi damai sejahtera, demikianlah firman TUHAN semesta alam.”
Ayat di atas merupakan gambaran kemegahan Bait Suci yang akhirnya dapat diselesaikan dengan baik oleh Zerubabel (gubernur pada waktu itu) dan Yosua (seorang imam besar), setelah sekian lama pembangunan Bait Suci tersebut sempat tertunda karena pada waktu itu fokus perhatian umat Israel lebih ditujukan kepada kepentingan-kepentingan pribadi mereka sendiri daripada usaha penyelesaian pembangunan Bait Suci. Bait Suci Zerubabel tersebut digambarkan dengan begitu megah dan indah, bahkan kemegahannya melebihi kemegahan Bait Suci yang dahulu pernah dibangun oleh Salomo. Bukan hanya bangunan luarnya saja yang megah, segala barang yang indah-indah kepunyaan segala bangsa juga akan datang dan memenuhi Bait tersebut. Sungguh, betapa agung dan cantiknya Bait yang diselesaikan oleh Zerubabel dan Yosua ini, dan bahkan di dalamnya juga ada damai sejahtera Allah.
Bait Allah ini ternyata merupakan gambaran pribadi umat Tuhan di akhir jaman, yaitu tampilnya pribadi-pribadi yang cemerlang, yang bukan hanya cantik secara fisik, tapi juga sanggup mengimpartasikan damai sejahtera Allah dari dalam dirinya. Ini merupakan sebuah nubuatan tentang akan lahirnya suatu generasi yang mampu tampil bersinar terang, di masa sekarang. Namun pesan Tuhan yang diberikan bagi kita minggu ini, mengatakan bahwa pembangunan bait yang indah itu belum selesai sepenuhnya, artinya pembangunan bait itu masih harus terus dikerjakan dan diselesaikan hingga tuntas.
Awalnya, orang-orang yang membangun Bait Suci Zerubabel tersebut sempat tawar hati karena mereka beranggapan bahwa Bait suci yang mereka bangun ini tidak ada artinya bila dibandingkan dengan kemegahan Bait Suci Salomo, namun Allah membesarkan hati umat itu dengan tiga janji, yaitu: (a) Bahwa Allah sendiri akan bersama-sama dengan mereka untuk menggenapi semua janji sesuai perjanjian-Nya (Hag. 2:5, berbicara janji penyertaan Tuhan bagi kita, umat pembangun), (b) Roh Allah akan berdiam di dalam pribadi umat-Nya (Hag. 2:6), (c) Kemegahan yang kemudian dari rumah Allah yang dibangun tersebut akan lebih besar daripada yang semula karena adanya unjuk kekuatan kuasa-Nya yang lebih besar (Hag. 2:10, berbicara tentang pelayanan murid-murid Yesus di akhir jaman, yaitu para murid-murid dalam kisah para rasul dan di masa kini). Semua ini menunjukan betapa luar biasanya pribadi-pribadi terang yang akan muncul di generasi selanjutnya ini.
Beberapa hal yang harus kita perhatikan berkaitan dengan penyelesaian pembangunan bait yang megah ini, antara lain:
(1). Senantiasa fokus pada prioritas yang utama
Hagai 1:9 . . . oleh karena rumah-Ku yang tetap menjadi reruntuhan, sedang kamu masing-masing sibuk dengan urusan rumahnya sendiri.
Nabi Hagai sempat dua kali mengingatkan umat Israel agar memerhatikan keadaan mereka masing-masing. Banyak kehilangan-kehilangan yang mereka alami karena perhatian umat Israel pada waktu itu lebih tertuju pada urusan diri pribadi mereka sendiri dibanding pada apa yang Tuhan perintahkan, yaitu membangun Bait Suci.
Lamanya waktu penyelesaian pembangunan Bait Suci pada waktu itu bukan terletak pada medan yang berat atau desain yang rumit, melainkan karena mereka tidak mengerjakannya. Umat Tuhan masa itu memilih untuk mengerjakan sesuatu yang lain, yang mereka pikir lebih menguntungkan bagi diri mereka, yaitu membangun rumah kediaman mereka sendiri. Mereka mamapani rumah mereka dengan begitu baik, tetapi tidak memperdulikan perintah Tuhan untuk membangun kembali Bait Suci. Inilah yang dimaksud dengan kehilangan fokus pada prioritas utama.
Tuhan mau agar hari-hari ini kita terus terhubung dengan Dia, sehingga kita benar-benar menangkap kehendak Tuhan dan berjalan di dalamnya. Seandainya Yusuf kehilangan fokus pada apa yang telah Tuhan wahyukan kepadanya sebelumnya, maka Yusuf tidak akan melewatkan kesempatan untuk menjalin hubungan dengan isteri Potifar dengan harapan ia akan mendapat posisi yang lebih baik di rumah Potifar. Seandainya Yusuf memilih jalan pintas demi mendapatkan posisi yang lebih tinggi dengan cara yang tidak berkenan di hadapan Tuhan, pastilah ia akan kehilangan kesempatan untuk menduduki posisi sebagai orang penting nomor dua di Mesir, setelah Firaun. Tetapi ternyata pandangan mata Yusuf terus tertuju pada apa yang telah Tuhan janjikan. Yusuf mampu menolak godaan untuk mencapai keberhasilan sesaat dengan cara yang salah sehingga akhirnya ia memperoleh seluruh janji Tuhan sepenuhnya pada waktunya.
(2). Jangan cepat merasa puas dengan hasil yang telah dicapai
Ezra 3:12 Tetapi banyak di antara para imam, orang-orang Lewi dan kepala-kepala kaum keluarga, orang tua-tua yang pernah melihat rumah yang dahulu, menangis dengan suara nyaring, ketika perletakan dasar rumah ini dilakukan di depan mata mereka, sedang banyak orang bersorak-sorai dengan suara nyaring karena kegirangan.
Pada waktu dasar bait suci diletakkan oleh tukang-tukang bangunan, maka tampillah para imam dengan memakai pakaian jabatan dan membawa nafiri, dan orang-orang Lewi, bani Asaf, dengan membawa ceracap, untuk memuji-muji Tuhan. Banyak orang-orang tua yang hadir pada waktu itu menangis terharu karena akhirnya Bait Suci dapat dibangun kembali, sebagian dari yang hadir bersorak sorai karena kegirangan. Itulah gambaran suasana yang terjadi pada waktu fondasi Bait Suci diletakkan pertama kali. Namun sayangnya, kegembiraan dan keinginan untuk membangun kembali Bait Suci itu tidak dilanjutkan dengan usaha untuk menyelesaikannya. Mereka terlalu cepat merasa puas dengan hasil awal namun tidak memelihara komitmen untuk menyelesaikannya sampai akhir.
Keselamatan yang telah kita terima merupakan anugerah yang luar biasa dari Tuhan Yesus, namun ini tidak berarti kemudian kita merasa berpuas diri dengan cara tidak melakukan usaha apapun lagi untuk membangun kehidupan rohani kita. Menjelang akhir hidupnya, Rasul Paulus berkata bahwa ia telah mengakhiri pertandingan dengan baik, ia telah mencapai garis akhir dan memelihara imannya. Artinya, sejak awal pengiringannya kepada Tuhan, ia tidak berhenti mengerjakan keselamatannya dengan terus membangun kehidupan rohaninya sambil membagikan berkat yang telah ia terima dari Tuhan kepada banyak orang.
Umat Tuhan, visi Generasi Terang diberikan Tuhan bagi kita, ini berarti Tuhan tidak mau kita berpuas diri dengan tidak melakukan apa-apa lagi karena sesungguhnya proses pembangunan bait suci, yaitu pribadi kita sendiri sebagai bait Tuhan, belumlah selesai. Kita mengerti dan percaya bahwa ada hal besar yang akan Tuhan percayakan kepada kita, oleh sebab itu, tetap kuat dan tetap membangun keintiman dengan Tuhan, sampai rupa Tuhan menjadi nyata dalam kehidupan kita.
Tuhan Yesus memberkati!