Keluaran 17:8-15 (15) Lalu Musa mendirikan sebuah mezbah dan menamainya: “TUHANlah panji-panjiku!”
Belum berapa lama bangsa Israel di bawah kepemimpinan Musa keluar dari tanah Mesir, muncullah bangsa Amalek menghadang seluruh rombongan di sebuah daerah yang bernama Rafidim. Musa lalu memerintahkan Yosua untuk memilih orang-orang terbaiknya untuk keluar berperang melawan orang Amalek, sementara Musa naik ke puncak bukit dengan memegang tongkat Allah di tangannya. Lalu Yosua melakukan seperti yang dikatakan Musa kepadanya dan berperang melawan orang Amalek.
Sementara Yosua dan pasukannya bertempur melawan bangsa Amalek di lembah bagian bawah, Musa berdiri di puncak gunung Horeb dengan kedua tangan terangkat ke hadapan Tuhan, sambil tangan yang satu memegang tongkat. Apa yang dilakukan oleh Musa ini menggambarkan penyertaan dan kemahakuasaan Tuhan atas umat yang mengandalkan-Nya. Pemandangan ini dapat dilihat oleh seluruh pasukan Israel yang sedang berperang di bawah. Mereka melihat tangan Musa dan tongkat yang teracung ke atas bagaikan panji Tuhan yang tidak tergoyahkan di atas gunung.
Namun setelah beberapa lama, penatlah Musa, sehingga ia menurunkan tangannya. Maka yang terjadi lebih kuatlah Amalek. Melihat hal itu, Harun dan Hur yang bersama-sama dengan Musa segera mengambil sebuah tindakan dengan cara menopang tangan Musa masing-masing di sebelah kanan dan kirinya. Peristiwa hari itu berakhir dengan kemenangan yang luar biasa Yosua beserta pasukan Israel atas Amalek.
Peperangan yang dilakukan oleh bangsa Israel terhadap Amalek ini adalah gambaran peperangan yang terus dilakukan oleh gereja Tuhan sampai hari ini melawan “amalek-amalek” yang mencoba menghadang perjalanan orang percaya ke tujuan Tuhan. Dunia, kedagingan, dan iblis akan terus menerus mencoba menekan selama kita masih tinggal di dunia yang fana ini. Seperti yang sempat dialami Musa, mungkin ada saat dimana umat Tuhan ada yang mengalami keletihan, sehingga musuh merasa seolah-olah lebih berkuasa. Namun percayalah, ada Kristus Sang Imam Besar (gambaran dari Harun), dan Kuasa Roh Kudus (gambaran Hur, yang berarti Pembebas) yang selalu siap menopang kita.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita di minggu ini. Ada kemenangan-kemenangan besar yang Tuhan sedang persiapkan bagi kita, setelah sebelumnya kita mungkin melewati masa-masa yang tidak mudah. Ada saat-saat dimana keletihan akan digantikan dengan kekuatan yang baru ketika kita sebagai gereja Tuhan melibatkan kuasa Tuhan dan Roh Kudus-Nya. Ada panji-panji kemenangan yang dikibarkan sebagai bukti penyertaan Tuhan atas kita.
Beberapa hal yang perlu kita miliki sehingga panji kemenangan dapat berdiri tegak di puncak gunung, di antaranya adalah:
(1). Memiliki mentalitas seorang pemenang
Kel. 17:8-9 (8) Lalu datanglah orang Amalek dan berperang melawan orang Israel di Rafidim (resting places = beristirahat, tempat beristirahat). (9) Musa berkata kepada Yosua: “Pilihlah orang-orang bagi kita, lalu keluarlah berperang melawan orang Amalek, besok aku akan berdiri di puncak bukit itu dengan memegang tongkat Allah di tanganku.”
Pada saat bangsa Israel beristirahat dan berkemah setelah perjalanan cukup jauh, Amalek menyerang Israel. Strategi perang Amalek ialah menyerang pertahanan bagian belakang. Amalek sendiri berarti “dweller in a valley”, bangsa yang senang hidup di lembah dan ingin agar orang lain juga berada di tempat yang sama seperti mereka – lembah penyesalan, lembah putus asa, lembah kehancuran, lembah menyalahkan diri sendiri atau menyalahkan orang lain, lembah ketersinggungan, dan lain-lain. Tanpa disadari, masih banyak dijumpai orang-orang percaya yang memiliki mentalitas “baper”(bawa perasaan) di dalam mengiring Tuhan. Ini yang sangat disukai oleh “amalek.”
Mentalitas seperti ini sulit untuk menaikkan panji-panji kemenangan di dalam Tuhan. Sedangkan telah kita ketahui, untuk menang seseorang harus berani naik keluar dari “lembah” ke “puncak bukit” dan siao untuk mengangkat tangan tinggi-tinggi sambil memegang tongkat Tuhan (berbicara tentang kuasa dan otoritas). Jalan hidup mentalitas seorang pemenang tidak dikendalikan oleh perasaannya, tetapi dikendalikan oleh tuntunan Roh Tuhan. Itulah sebabnya, Musa memerintahkan kepada Yosua untuk tidak sembarangan memilih orang-orang yang akan dilibatkan untuk berperang. Hanya mereka yang memiliki mentalitas pemenang saja yang dilibatkan di dalam peperangan melawan Amalek.
(2). Memiliki kehidupan dengan penundukan yang benar
Kel. 17:12-13 (12) Maka penatlah tangan Musa, sebab itu mereka mengambil sebuah batu, diletakkanlah di bawahnya, supaya ia duduk di atasnya; Harun dan Hur menopang kedua belah tangannya, seorang di sisi yang satu, seorang di sisi yang lain, sehingga tangannya tidak bergerak sampai matahari terbenam. (13) Demikianlah Yosua mengalahkan Amalek dan rakyatnya dengan mata pedang.
Apabila kita perhatikan dengan saksama, sebetulnya kesimpulan atau kunci kemenangan dari peristiwa peperangan di Rafidim antara bangsa Israel dan Amalek adalah seputar tentang orang-orang yang memiliki kehidupan dengan penundukan yang benar di dalam Tuhan dengan orang-orang yang memilih untuk hidup tanpa penundukan (dipimpin oleh dirinya sendiri). Di dalam peristiwa ini kita melihat ada alur ketaatan yang indah, baik ketaatan seorang manusia kepada Tuhannya, maupun ketaatan seorang bawahan kepada atasannya. Sungguh luar biasa.
Ketika Musa memercayakan tugas pemilihan prajurit petempur kepada Yosua, maka Yosua langsung memilih orang-orang yang sesuai dengan kriteria yang dikehendaki Musa atasannya. Lalu orang-orang pilihan tersebut bertempur di bawah otoritas kepemimpinan Yosua. Sementara Yosua bertempur, Musa tidak tinggal diam. Namun ia memutuskan untuk segera naik ke puncak gunung Horeb bersama Harun dan Hur. Apa yang dilakukan Musa? Ia menyadari bahwa tanpa kekuatan Tuhan mustahil Israel akan mengalami kemenangan. Maka Musa memutuskan untuk mengangkat tangan tinggi-tinggi tanda bahwa ia sebagai manusia begitu terbatas, namun ia memiliki Tuhan yang Mahakuasa yang sanggup memberikan kemenangan.
Mari umat Tuhan, kemenangan adalah bagian yang Tuhan selalu sediakan bagi kita umat-Nya, namun keputusan untuk hidup dalam keselarasan dengan kehendak Tuhan adalah pilihan bagi kita. Apakah kita mau memilih untuk hidup dengan mentalitas yang benar atau pun tidak, semua tergantung kepada keputusan kita sendiri. Namun lewat pesan-Nya ini, Tuhan mau kita memutuskan pilihan yang benar, karena kemenangan sudah di depan mata kita.
Tuhan Yesus memberkati!