Mazmur 51:14 Bangkitkanlah kembali padaku kegirangan karena selamat yang dari pada-Mu, dan lengkapilah aku dengan roh yang rela!
Mazmur 51 merupakan Mazmur pengakuan dosa dari Daud. Dosa yang dilakukan Daud bukan hanya sekedar melakukan perzinahan, tetapi juga merancangkan pembunuhan Uria, suami Batsyeba, pasangan selingkuhannya, untuk menutupi dosanya. Dosa Daud yang tampak wajar dilakukan oleh seorang raja pada masa itu ditegur oleh Tuhan melalui nabi Natan.
Dalam 2 Samuel 12:1-7 kita menemukan bahwa ketika nabi Natan datang kepada raja Daud, ia tidak langsung menegur Daud. Natan menggunakan kisah orang kaya dan orang miskin. Orang kaya ini merampas satu-satunya anak domba yang dimiliki oleh si miskin. Kisah yang menggambarkan ketidakadilan ini membuat Daud sangat marah! Secara spontan ia mengatakan bahwa orang kaya ini harus dihukum mati. Orang kaya ini juga harus mengganti anak domba itu empat kali lipat! Pada saat itulah nabi Natan mengatakan: “Engkaulah orang itu!” Nabi Natan “membongkar” dosa Daud yang selama ini berusaha ia tutupi. Lalu apa respons Daud? Apakah ia berusaha membela diri? Ternyata tidak. Daud berkata: “Aku telah berdosa kepada Tuhan.” Kesadaran inilah yang menuntun Daud pada pengakuan dosa yang jujur di hadapan Tuhan.
Kesadaran akan dosa yang diperbuatnya ini membuat Daud sungguh-sungguh memohon pengampunan Allah. Ada keinginan yang kuat untuk meminta agar dibangkitkannya kembali kegirangan yang selama itu telah hilang akibat kesedihan dari rasa bersalah Daud kepada Tuhan. Dan satu hal yang menarik, di puncak pertobatannya tesebut, ia memohon agar Tuhan memperlengkapi dirinya dengan roh yang rela atau hati yang rela (Ibr.: Nadiyb = inclined, willing heart). Daud menyadari, bahwa tanpa memiliki hati yang rela, pertobatan yang ia minta kepada Tuhan akan menjadi sia-sia. Karena tanpa memiliki hati yang rela, seseorang akan mudah jatuh kembali ke dalam dosa yang sama berulang-ulang dan bahkan keluar dari rencana Tuhan.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita di minggu ini. Tuhan mau agar kita senantiasa memiliki hati yang rela atau willing heart. Tujuannya bukan semata-mata agar kita tidak jatuh ke dalam dosa-dosa seperti yang dilakukan oleh Daud, melainkan juga agar kita tetap senantiasa berjalan di dalam “track” atau jalur-Nya Tuhan, karena dosa itu bukan hanya berbicara tentang melakukan hal-hal yang tidak berkenan di hadapan Tuhan saja, tetapi juga berbicara tentang tidak melakukan hal-hal yang dikehendaki Tuhan. Dengan adanya hati yang rela (willing heart) inilah maka kita akan banyak dibantu untuk senantiasa berjalan di dalam kehendak Tuhan (will of God).
Kalau begitu, apa yang dimaksud dengan memiliki hati yang rela?
(1). Hati yang bersedia untuk mengikuti (Willing to follow).
Kejadian 24:58 Lalu mereka memanggil Ribka dan berkata kepadanya: “Maukah engkau pergi beserta orang ini?” Jawabnya: “Mau.”
Percakapan ini merupakan penggalan kisah perjalanan Eliezer yang diutus Abraham, tuannya, untuk pergi ke kampung halaman Abraham dan kepada sanak saudaranya untuk mengambil seorang calon isteri bagi Ishak, anaknya. Sudah menjadi sebuah ketetapan hati dari Abraham untuk tidak mengambil calon isteri untuk anaknya dari antara perempuan Kanaan yang wilayahnya ia diami. Timbul keraguan dari hati Eliezer, apabila seandainya ia berhasil menemukan seorang calon isteri bagi anak tuannya, apakah gadis itu bersedia untuk mengikutinya pulang ke tempat tuannya berada atau tidak. Namun oleh pertolongan Tuhan, melalui sebuah pergumulan panjang antara Eliezer dengan Tuhan, maka berjumpalah ia dengan gadis yang sesuai dengan kriteria yang ia mintakan kepada Tuhan. Luar biasanya, Ribka, gadis tersebut, bersedia untuk pergi meninggalkan keluarganya dan mengikuti Eliezer ke tempat dimana tuannya berada.
Ini merupakan sebuah gambaran dari kerelaan hati seseorang yang bersedia pergi meninggalkan zona nyamannya untuk mengikuti apa yang Tuhan tetapkan bagi masa depannya. Mudahkah bagi Ribka untuk pergi begitu saja ke tempat yang ia sendiri belum pernah jalani? Tentu saja tidak mudah. Selain karena faktor kemurahan Tuhan, juga dibutuhkan sebuah kesediaan (willingness) dari dalam diri kita sendiri untuk mau bergerak mengikuti ke mana Tuhan tuntun jalan kita. Masalahnya, bukan Tuhan tidak mau menunjukkan jalan-Nya, melainkan seringkali pihak manusianyalah yang kurang bersedia untuk mengikuti-Nya.
(2). Hati yang bersedia untuk mendengarkan (Willing to listen).
Matius 14:29 Kata Yesus: “Datanglah!” Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus.
Di tengah ketakutan dan riuhnya deru angin sakal dan badai yang sedang mengombang-ambingkan perahu yang sedang ditumpangi murid-murid Yesus, Petrus masih mendengar suara Yesus yang memanggilnya untuk datang kepada-Nya. Maka tanpa berpikir panjang segeralah Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air untuk mendapatkan Yesus. Kesediaan Petrus untuk mau keluar dari perahu dan kemudian melangkahkan kakinya di atas air bukanlah semata-mata sebuah perbuatan nekad oleh karena sebuah situasi yang sedang menekannya. Apa yang dilakukan Petrus adalah karena ia memiliki sebuah hati (bukan sekedar telinga) yang rela untuk mendengar dan melakukan apa yang Yesus perintahkan.
Tuhan mau, ketika kita datang kepada-Nya, kita datang bukan dengan sekedar kehadiran tubuh saja, melainkan juga dengan hati yang rela untuk mendengarkan perkataan-Nya disertai sebuah kesiapan untuk melakukan apa yang kita dengar. Salah satu penghalang orang percaya sulit mengalami perkara-perkara yang luar biasa bersama Kristus adalah karena datang hanya sekedar untuk mendengar (to hear) tanpa sungguh-sungguh datang dengan kerelaan untuk mendengarkan (willingness to listen) setiap perkataan Tuhan. Orang yang datang kepada Tuhan dengan sebuah sikap hati yang rela, maka ia datang dengan sebuah kesiapan untuk melakukan apa saja yang akan ia dengar dari Tuhan.
Mari umat Tuhan, masih ada pengertian-pengertian lainnya tentang apa yang dimaksud dengan hati yang rela. Minimal lewat beberapa pengertian yang telah dipaparkan di atas, kita menjadi lebih mengerti mengapa di puncak pertobatannya Daud meminta Tuhan memperlengkapi dirinya dengan hati yang rela. Semua itu bertujuan tidak lain agar Daud senantiasa dapat berjalan dalam kehendak Tuhan.
Tuhan Yesus memberkati!