Kisah Para Rasul 17:11 Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian.
Dalam perjalanan pelayanannya bersama Silas, suatu hari, tibalah rasul Paulus di sebuah kota bernama Tesalonika. Seperti biasa, ia masuk ke dalam rumah ibadat orang Yahudi. Tiga hari Sabat berturut-turut ia membicarakan dengan mereka bagian-bagian dari Kitab Suci. Ia menerangkan dan menunjukkan kepada mereka, bahwa Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati, dan menjelaskan bahwa Yesuslah Mesias yang dimaksud. Beberapa bahkan banyak dari mereka menjadi percaya. Namun orang-orang Yahudi ada yang menjadi iri hati dan bermaksud mengadakan keributan dan mengacau kota itu. Situasi ini kemudian membuat Paulus dan Silas atas saran saudara-saudara di situ berangkat ke Berea.
Kehidupan rohani orang-orang Berea sangat berbeda dengan kehidupan agama orang-orang Yahudi yang lain pada zaman itu. Di tengah berbagai ajaran para rabi Yahudi, berbagai ritual agama, dan berbagai peraturan yang dirumuskan berbagai aliran (seperti Farisi dan Saduki), orang Yahudi di Berea justru memilih pendekatan yang paling terpuji, yaitu menyelidiki Kitab Suci secara langsung! Mereka membaca dan mempelajari kitab Suci (salinan gulungan kitab-kitab Perjanjian Lama), bukan hanya pada hari Sabat dan pada hari raya keagamaan saja, tetapi setiap hari. Tindakan jemaat di Berea ini merupakan teladan bagi semua jemaat yang mendengarkan pengkhotbah dan guru yang menguraikan ajaran Alkitab. Tidak ada satu penafsiran atau ajaran apapun yang harus diterima secara pasif. Sebaliknya, harus diperiksa secara cermat dengan cara menyelidiki Alkitab itu sendiri.
Mereka bersikap kritis untuk menemukan kebenaran yang utuh dan murni. Dan yang lebih menarik lagi mereka menyelidiki Kitab Sucinya setiap hari. Dalam konteks kehidupan bergereja sekarang ini, biasanya jemaat dianjurkan untuk membaca Alkitab dan renungan harian sebagai konsumsi setiap hari. Itu memang baik, tetapi jika kita bandingkan dengan apa yang dilakukan oleh jemaat di Berea adalah hal yang berbeda. Kata ‘menyelidiki’ (Yun.: anakrino) memiliki nilai yang lebih tinggi dari pada sekedar membaca Alkitab dan merenungkannya.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita di minggu ini. Tuhan mau Alkitab atau firman Tuhan itu bukan sekedar dimiliki dan diberikan sampul atau kemasan yang indah, namun juga dibuka dan dipelajari (diselidiki) isinya. Menyelidiki Kitab Suci diperlukan ketelitian, kecermatan, bahkan kehausan akan kebenaran yang murni. Ditambah pula perlu bimbingan Roh Kudus untuk senantiasa terlibat di dalamnya. Memang bukanlah hal yang mudah. Namun yang luar biasa, seperti yang dialami jemaat Berea, mereka yang menyelidiki firman Tuhan dengan cara yang benar tampil menjadi jemaat yang lebih baik hatinya dibandingkan dengan jemaat-jemaat Tuhan lainnya.
Penyebab jemaat di Berea lebih baik hatinya dari pemercaya lainnya, di antaranya adalah:
(1). Mereka menerima pengajaran firman dengan hati terbuka dan bersemangat
Kis. 17:11a Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati…
Masih dalam ayat yang sama juga dikatakan “karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati”, bisa merupakan sebuah alasan sehingga mereka disebutkan sebagai jemaat yang ‘lebih baik hatinya’, dan sekaligus merupakan penyebab yang membuat mereka bersemangat untuk menyelidiki Kitab Suci guna mendapatkan kebenaran atau kepastian dari apa yang disampaikan oleh Paulus dan Silas saat itu. Sudah barang tentu bagi kita yang hidup sekarang dapat mempercayai pemberitaan Paulus dan Silas tanpa ragu. Tetapi jemaat Tuhan pada saat itu benar-benar butuh peneguhan atau klarifikasi sehingga dapat memastikan bahwa suatu ajaran itu benar-benar tidak menyimpang dari Kitab Suci mereka.
Berbeda dengan orang-orang Yahudi di Tesalonika yang langsung menaruh curiga ketika mereka mendengarkan apa yang diberitakan oleh Paulus dan Silas, dan menaruh rasa iri di hatinya ketika melihat ada orang-orang Yahudi serta Yunani yang mulai menjadi percaya lalu menggabungkan diri dengan Paulus dan Silas. Jemaat di Berea, ketika mendengarkan apa yang diberitakan, mereka justru dengan teliti mulai mencocokkan nubuat-nubuat dalam kitab Perjanjian Lama mengenai ke-Mesias-an Yesus Kristus seperti yang disampaikan oleh rasul Paulus dan Silas, hingga mereka percaya bahwa benarlah apa yang telah disampaikan oleh Paulus dan Silas itu.
(2). Mereka melakukannya secara teratur dan konsisten
Kis. 17:11b … dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian.
Ketaatan bukan hanya berbicara tentang melakukan firman Tuhan secara tepat dan akurat seperti yang diperintahkan oleh Tuhan saja, melainkan juga berbicara tentang seberapa seorang pemercaya melakukannya dengan teratur dan konsisten. Adalah mudah untuk memulai suatu pelayanan, namun untuk bisa tetap melakukannya sampai akhir dibutuhkan komitmen dan kekuatan dari Tuhan. Rasul Paulus menggambarkan pengiringan orang percaya kepada Tuhan seperti seorang yang sedang berlari dalam sebuah perlombaan, dimana jauh di depan telah tersedia mahkota bagi siapa yang mengakhiri perlombaan dengan baik. Namun kenyataan berbicara lain. Banyak orang yang telah memulai pengiringannya kepada Tuhan dengan baik, namun tidak sedikit yang kemudian menyimpang dan berakhir di tengah jalan.
Apa yang telah dilakukan oleh jemaat di Berea adalah sesuatu yang luar biasa. Mereka bukan hanya telah menerima firman dengan segala kerelaan hati, dan memiliki kehausan untuk menyelidiki Kitab Suci, tapi mereka juga melakukan semua itu tidak hanya pada awal pengiringan mereka kepada Tuhan saja, atau melakukannya pada waktu mereka sedang ada waktu saja. Mereka melakukannya setiap hari, karena telah mengerti bahwa mereka melakukannya bukan sekedar kewajiban semata-mata, namun sudah menjadi kebutuhan dalam hidup. Itulah sebabnya, apa yang mereka lakukan berdampak ke dalam kehidupan nyata dengan perubahan yang tidak dapat disangkal, yaitu memiliki hati yang lebih baik dari pemercaya lainnya.
Umat Tuhan, pesan untuk tampil menjadi seorang role model terus-menerus didengungkan oleh Tuhan bagi kita. Hal ini menunjukkan bahwa betapa kita harus terus sungguh-sungguh lagi membangun kehidupan kita, dalam hal ini menjadi pribadi-pribadi yang mau senantiasa menyelidiki firman Tuhan.
Tuhan Yesus memberkati!