Yosua 1:6 “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab engkaulah yang akan memimpin bangsa ini memiliki negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyang mereka untuk diberikan kepada mereka.”
Ada satu kata yang kurang begitu disukai oleh kebanyakan orang pada umumnya, yaitu kata “berubah”. Manusia umumnya kurang menyukai perubahan. Setiap manusia memiliki “zona nyamannya” masing-masing, dan umumnya senang untuk tinggal di dalamnya. Bahkan, tanpa disadari mereka berani melakukan apa saja asalkan tetap berada di wilayah “nyamannya” tersebut. Namun fakta berkata lain, Tuhan kita bekerja berdasarkan “waktu dan musim” di dalam setiap aspek kehidupan kita, baik itu di dalam kehidupan pribadi, keluarga, gereja, pekerjaan, dan lain-lain. Dan dalam kesemuanya itu Tuhan melibatkan “perubahan” di dalamnya.
Tuhan berkata ada waktu untuk menabur, ada waktu untuk menangis, dan kemudian ada waktu untuk menuai, dan lain-lain. Ketika Tuhan memerintahkan kita bergerak karena sudah tiba waktu untuk melakukan sesuatu, pihak kitalah yang seringkali menahan untuk tidak mau melakukannya. Penyebabnya adalah karena enggan untuk bergeser dari zona nyaman, padahal hal ini sebetulnya bertentangan dengan doa-doa yang sering kita naikkan. Bukankah kita sering berdoa agar Tuhan memakai hidup kita, menjadi berkat bagi sesama, ingin terjadi perubahan di keluarga, pekerjaan, dan bahkan di bangsa kita, namun saat giliran Tuhan menjawab “sekarang tibalah waktunya”, ternyata kitalah yang seringkali menahan diri untuk tetap berada di tempat semula.
Untuk berpindah dari keadaan lama ke keadaan baru, seseorang harus bersedia untuk bertindak. Tanpa bertindak, kita semua akan tetap tinggal di tempat kita berada sebelumnya. Ibarat melakukan perjalanan ke luar kota, seseorang harus bersedia untuk mengepak pakaiannya terlebih dahulu, lalu keluar dari pintu rumahnya dan kemudian duduk di dalam kendaraan yang akan membawanya pergi. Tanpa melakukan semuanya itu, maka ia tidak akan pernah berada di tempat yang dituju.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita di minggu ini, bahwa Tuhan akan membawa kita kepada “sesuatu yang baru dengan cara yang baru.” Mungkin kita sudah terbiasa dengan hal-hal lama yang sudah biasa kita jalani. Namun kali ini ada hal-hal baru yang akan kita alami. Camkanlah baik-baik bahwa sesuatu yang baru itu tidak harus merupakan hal yang menyenangkan hati. Bisa jadi berupa suatu tantangan yang baru. Namun apapun bentuk perubahannya, dibutuhkan hati yang siap untuk menjalaninya bersama dengan Tuhan dan dengan cara-Nya tentunya.
Beberapa kondisi yang diperlukan untuk menghadapinya adalah:
(1). Menguatkan dan meneguhkan hati kita
Yos. 1:6 “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab engkaulah yang akan memimpin bangsa ini memiliki negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyang mereka untuk diberikan kepada mereka.”
Tidak pernah terlintas sebelumnya di dalam pikiran Yosua bahwa suatu hari ia akan memimpin bangsa Israel untuk masuk dan menduduki tanah perjanjian. Yang ada di dalam pikirannya saat itu adalah rasa cemas dan kuatir akan masa depan dirinya dan masa depan dari bangsa Israel. Bayangkan, Musa yang telah empat puluh tahun dengan penuh kharisma memimpin seluruh bangsa Israel mulai dari Mesir hingga hampir menjelang masuk tanah perjanjian, ternyata harus berakhir masa tugasnya dan naik ke gunung Nebo. Dan yang lebih mengejutkan lagi bagi Yosua adalah bahwa ia ditunjuk Tuhan untuk menggantikan Musa.
Yosua benar-benar tidak bisa membayangkan apa yang harus ia lakukan. Sebagai orang yang biasa dipimpin, tiba-tiba ia harus menggantikan seorang pemimpin besar dan memimpin jutaan orang untuk memasuki tanah yang dijanjikan Tuhan. Di tengah kekuatirannya itu, ia juga melihat di depan matanya terbentang sungai Yordan yang begitu lebar dan deras airnya, yang menanti untuk diseberangi.
Mungkin kondisi kita tidak jauh berbeda dengan apa yang dihadapi oleh Yosua saat itu. Ada perintah Tuhan yang harus kita lakukan, namun terlalu takut untuk bergerak karena situasi tidak mendukung, padahal kita tidak menyadari ada sesuatu yang baru telah menanti di balik semua ini. Tidak ada pilihan selain menguatkan dan meneguhkan hati kita, yaitu percaya bahwa Tuhan yang akan memimpin dan memampukan kita untuk melakukannya. Tuhan pilih kita bukan karena kita mampu, tetapi karena kita bersedia bergantung kepada-Nya.
(2). Bertindak hati-hati
Yos. 1:7 … “bertindaklah hati-hati sesuai dengan seluruh hukum yang telah diperintahkan kepadamu oleh hamba-Ku Musa; janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, supaya engkau beruntung, ke mana pun engkau pergi.”
Kata “bertindak hati-hati” yang dimaksud adalah bukan sekedar tidak bertindak semberono ataupun tidak tergesa-gesa dalam melangkah, namun mau memberi diri untuk menuruti apa yang firman Tuhan katakan. Beberapa waktu lalu kita pernah menerima pesan Tuhan yang berbunyi “rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat”, ternyata memiliki makna yang sama. Orang yang mau mengikuti perintah Tuhan pertama-tama harus mau merendahkan dirinya terlebih dulu.
Kita selalu diperhadapkan dengan pilihan, yaitu melakukan sesuatu dengan cara kita sendiri atau dengan cara-Nya Tuhan. Manusia umumnya tidak begitu saja menjatuhkan pilihannya kepada cara-Nya Tuhan. Ia harus terlebih dahulu merendahkan dirinya dengan berkata bahwa cara Tuhan adalah yang terbaik dan kita memilih untuk tunduk pada firman-Nya.
Yosua diperhadapkan dengan berbagai cara untuk memimpin dan membawa bangsa Israel ke Tanah Perjanjian. Sebagai seorang pemimpin baru yang belum teruji, tentunya berbagai usulan dan masukan datang mengalir dari orang-orang di sekelilingnya. Namun Yosua memilih untuk tidak membiarkan dirinya menyimpang ke kanan atau ke kiri, karena ia tahu hal itu tidak akan pernah membawanya kepada hal baru yang sudah Tuhan sediakan.
Mari umat Tuhan, ada sesuatu yang baru sedang menanti di depan kita. Yang diperlukan adalah kesiapan dari pribadi kita masing-masing. Apakah kita mau membiarkan diri tinggal di zona nyaman tanpa bertindak apa-apa dan membiarkannya berlalu begitu saja, atau mau menanggapinya, dimulai dengan melangkah dan bertindak hati-hati dalam setiap apapun yang Tuhan percayakan.
Tuhan Yesus memberkati !