Yakobus 1:2-4 (4) Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun.
Apa yang diharapkan dari seorang petani yang menanam benih di ladang? Tentu saja agar benih itu tumbuh menjadi pohon, dan pohon itu diharapkan terus bertumbuh hingga menghasilkan buah. Apakah cukup sampai pohon itu berbuah? Ternyata tidak. Kita semua mengharapkan agar buah yang dihasilkan adalah buah yang matang yang siap dipetik dan bisa dinikmati. Buah yang belum matang belumlah dikategorikan sebagai buah yang layak untuk dimakan, mengingat kadar rasa yang dihasilkan belum terbentuk secara maksimal, meskipun ada orang-orang yang menyukainya saat masih di fase tersebut.
Buah yang masih muda mengandung kadar tanin dan asam organik yang cukup tinggi, sehingga menyebabkan rasa buah tersebut terasa pahit dan masam. Belum lagi ditambah adanya senyawa lain yang bisa menimbulkan rasa hambar didapati pada buah yang masih muda. Namun seiring meningkatnya kematangan buah, kadar tanin dan asam organik akan semakin berkurang, dan luar biasanya pada proses pematangan akan terjadi kenaikan kadar gula sederhana yang menyebabkan rasa buah menjadi manis. Di fase matang ini juga ada senyawa lain yang turut meningkat sesuai fungsinya masing-masing. Ada yang bertugas memberi aroma yang harum, dan ada pula yang bertugas memberikan warna-warna yang menarik pada buah sesuai jenisnya. Itulah sebabnya, buah yang matang itu seringkali enak dilihat, harum aromanya dan nikmat untuk dimakan.
Demikian pula halnya dalam perjalanan kehidupan iman orang percaya. Iman digambarkan seperti pertumbuhan benih yang seharusnya terus mengalami pertumbuhan lewat sebuah perjalanan hingga menjadi buah yang matang, utuh dan sempurna. Segala sesuatu yang matang, utuh dan sempurna menggambarkan sesuatu yang enak, penuh dan bahagia. Dan Tuhan mengetahui dengan jelas bagaimana caranya agar iman kita menjadi matang, utuh dan sempurna. Kita semua menyadari bahwa perjalanan rohani seseorang, tidak selalu berjalan mulus, kadangkala ada hal-hal yang berat dan susah untuk dilalui. Namun sebenarnya, melalui kondisi seperti itulah Tuhan sedang mematangkan iman setiap kita.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita di minggu ini. Apabila kita perhatikan pesan demi pesan-Nya selama beberapa minggu terakhir ini, Tuhan sedang menekankan tentang pentingnya hidup orang percaya dalam kedewasaan. Sudah saatnya kita sebagai orang percaya, meninggalkan sifat kanak-kanak kita dan beralih menjadi pribadi yang dewasa dalam berkata-kata, dalam merasa, dan dalam berpikir. Bahkan Tuhan mau kita menjadi pribadi-pribadi yang memiliki hikmat Tuhan di dalam setiap tindakan. Kata “buah yang matang” (Yun.: teleios) di dalam Yak.1:4 ternyata memiliki makna: menjadi dewasa, sempurna, genap dan utuh. Bahkan dalam pertumbuhan iman pun, Tuhan menghendaki agar kita mencapai sebuah kedewasaan iman atau buah yang matang.
Apa yang Tuhan perhadapkan kepada kita agar iman tumbuh menjadi matang, utuh dan sempurna?
(1). Masalah dan kesukaran
Yak. 1:2 Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan,
Yakobus menuliskan surat ini untuk orang Yahudi Kristen yang tersebar di luar Palestina. Mereka terpencar dan mereka dibenci baik oleh orang Yahudi yang non kristen, maupun oleh orang dan pemerintahan Romawi. Jelas sekali mereka sedang menghadapi kesukaran dan penderitaan!
Kata “jatuh“ di sini mengandung arti bukan karena berbuat dosa, melainkan kita sedang hidup benar, tiba-tiba datang pencobaan, datang masalah atau datang penderitaan atau datang kesulitan-kesulitan. Kadangkala kejadiannya datang tiba-tiba tanpa pemberitahuan sama sekali. Kejadian hidup seperti ini, pernah dialami oleh seorang yang bernama Ayub.
Orang percaya harus menghadapi semuanya ini dengan sukacita, karena pengujian akan mengembangkan iman yang tabah, tabiat yang mantap dan pengharapan yang dewasa (Rom. 5:3-5). Iman kita hanya dapat mencapai kedewasaan penuh apabila diperhadapkan dengan kesulitan dan tantangan. Yakobus menyebutkan aneka pencobaan ini “ujian terhadap imanmu”. Pencobaan kadang-kadang menimpa kehidupan orang percaya supaya Tuhan dapat menguji kesungguhan iman mereka. Alkitab tidak pernah mengajarkan bahwa kesulitan di dalam hidup ini selalu menandakan bahwa Tuhan tidak senang dengan kita. Kesulitan tersebut dapat menjadi tanda bahwa Tuhan mengakui komitmen kita kepada Dia.
(2). Perintah-perintah Tuhan
1 Yoh. 5:3 Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat,
Tuhan kerap meminta kepada umat-Nya untuk melakukan hal-hal yang sepertinya sulit dan tidak mungkin. Tercatat sekitar 1050 perintah Tuhan yang harus ditaati oleh orang-orang percaya. Ada perintah yang sepertinya sangat tidak nyaman, ada yang tidak masuk akal, bahkan ada beberapa perintah Tuhan yang sepertinya tidak mungkin. Perintah-perintah Tuhan itu sering digunakan untuk menguji iman kita. Semakin orang percaya taat melakukan perintah-perintah Tuhan, maka seyogyanya imannya semakin bertumbuh menjadi dewasa. Semakin orang percaya menunda-nunda atau menolak, semakin melorot imannya dan tidak menjadi dewasa. Beberapa perintah Tuhan sepertinya sederhana, tapi tetap harus dilakukan misalnya: Kasihilah musuhmu, hendaklah kamu saling mengaku dosamu, tetaplah berdoa, dan lain-lain.
Jika kita orang percaya hidup oleh iman, mestinya kita dengan segera menaati perintah Tuhan, sekalipun menjalani iman itu tidak mudah dan memiliki resiko. Karena iman, maka Nuh — dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan — dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya (Ibr.11:7). Bagi Nuh sangatlah tidak mudah untuk menaati perintah Tuhan dengan membuat bahtera di zaman dimana kecenderungan hati manusia selalu tertuju kepada kejahatan. Membuat sebuah bahtera yang sangat besar tanpa tahu persis tujuan penggunaannya merupakan sesuatu yang sangat tidak masuk akal. Namun Nuh memilih untuk melaksanakannya. Ternyata, semakin Nuh taat, semakin Nuh mengerti maksud hati Tuhan. Imannya terus bertumbuh menjadi buah yang matang seiring dengan ketaatannya.
Mari umat Tuhan, itulah sebabnya kita menjadi mengerti mengapa firman Tuhan mengatakan bahwa sepatutnyalah kita harus menganggap sebagai sebuah kebahagiaan, apabila kita jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, karena ternyata kita mengetahui sekarang maksud dan tujuan Tuhan di balik semuanya itu, yaitu agar hidup pengiringan kita menghasilkan buah yang matang.
Tuhan Yesus memberkati!