1 Korintus 9:26 Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul.
Rasul Paulus dalam suratnya ini sedang memberikan sebuah pengertian kepada jemaat Tuhan di Korintus tentang tujuan hidup orang percaya di dalam Kristus. Untuk memudahkan penjelasan yang ia sampaikan ini, maka rasul Paulus menggunakan sebuah analogi tentang atlet-atlet yang sedang mengikuti perlombaan. Dua cabang olah raga yang cukup populer pada waktu itu adalah perlombaan lari dan tinju. Dengan digunakannya gambaran tentang dua cabang olah raga ini, maka diharapkan mereka yang mendengarnya akan dengan mudah memahami maksud penjelasannya itu.
Bukan tanpa alasan rasul Paulus menggunakan gambaran tentang dua cabang olah raga tersebut, karena memang ada makna-makna penting yang hendak ia sampaikan. Tuhan telah menetapkan adanya suatu “perlombaan iman” untuk dijalani oleh setiap orang percaya. Itu sebabnya, kita harus menjadi orang-orang percaya yang tahu dengan pasti bagaimana hidup dalam sebuah tujuan, ketaatan dan keakuratan. Paulus memakai gaya atlit ini dalam penjelasannya untuk mengibaratkan setiap kita sebagai peserta yang berlomba di dalam sebuah gelanggang pertandingan.
Semua atlet lari yang terjun ke dalam sebuah perlombaan tentunya memiliki satu tujuan yang sama, yaitu mencapai garis finish dan memeroleh hadiah. Dan demi untuk memeroleh hadiah, maka seorang atlet akan berlatih sedemikan rupa serta berlomba mengikuti aturan yang telah ditetapkan untuk mencapai semuanya itu. Bukankah aneh kalau kita sadar kita tengah berlomba tetapi kita tidak mengikuti aturan perlombaan dan mengeluarkan segenap kemampuan terbaik untuk keluar menjadi pemenang?
Untuk mempertegas penjelasannya, Paulus berpindah ke metafora tinju (9:26b). Paulus mengatakan bahwa jangan menjadi seorang petinju yang “sembarangan saja memukul” (Yun.: aer atau udara, petinju yang memukul di udara atau bertinju melawan bayangan). Bertinju melawan bayangan (shadow-boxing) hanya dilakukan seorang petinju pada waktu latihan atau sebelum ia naik ke atas ring. Berdasarkan konteks yang menekankan nilai penting “tujuan” dan “keakuratan” dalam berlomba, rasul Paulus sedang menjelaskan bahwa petinju di atas ring yang memukul tanpa tujuan yang jelas bukanlah petinju yang baik. Ia hanya menghabiskan waktu dan tenaga untuk sesuatu yang tidak membawa hasil apa pun.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita di minggu ini, Tuhan mau kita menjadi pribadi-pribadi yang akurat. Ada tujuan (destiny) Ilahi yang harus kita raih, ada kota-kota yang harus kita rebut, ada banyak kehidupan yang harus kita rubahkan dan ada banyak raksasa yang harus kita taklukkan. Tanpa hidup dalam keakuratan, orang percaya akan terus terjebak untuk hidup ngawur, sembarangan dan terbelenggu dalam banyak hal. Ia hanya terus berlari dan berputar di tempat yang sama, tanpa dapat mengikuti apa yang menjadi rencana Tuhan dalam hidupnya. Seperti petinju yang sudah mengeluarkan banyak energi untuk sesuatu yang sia-sia. Sebaliknya, apabila kita berketetapan untuk hidup dalam keakuratan, maka kuasa firman akan bekerja kuat dan Roh Kudus akan berbicara untuk mengarahkan dan menuntun jalan hidup kita.
Untuk menjadi pribadi yang akurat, mulailah melatih diri kita dalam beberapa hal ini:
(1). Menjadi seorang yang memerhatikan setiap pesan dan perintah Tuhan dengan teliti
Ibr. 2:1 Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita dengar, supaya kita jangan hanyut dibawa arus.
Hari-hari ini di dunia yang kita diami ini telah terjadi pergeseran yang sangat dramatis meliputi hampir seluruh nilai-nilai kehidupan, dimana sesuatu hal bisa dinyatakan benar atau salah hanya berdasarkan pendapat mayoritas semata-mata, tanpa memedulikan nilai-nilai yang telah diajarkan oleh agamanya masing-masing. Termasuk di dalam kekristenan sendiri, dimana banyak pemercaya bisa dengan sekehendak hati melakukan sesuatu yang ia pandang benar, bukan berdasarkan apa yang Tuhan pandang. Bahkan pandangan mayoritas seakan-akan lebih benar dibandingkan apa yang kebenaran firman Tuhan katakan. Inilah yang dinamakan derasnya arus dunia. Sendainya kita dan anak-anak kita, sebagai orang-orang percaya, tidak teliti memerhatikan setiap pesan dan perintah Tuhan, maka bukan mustahil tanpa disadari dapat “hanyut” terbawa arus dunia.
Lagi-lagi kita akan belajar pada Nuh, seorang benar yang hidup bersama keluarganya di tengah-tengah arus dunia yang dipenuhi oleh orang-orang kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan. Apakah Nuh dan keluarganya akhirnya menjadi terbawa oleh arus dunia di sekelilingnya? Ternyata tidak! Nuh dikatakan seorang yang hidup bergaul dengan Tuhan. Seorang yang memperhatikan dengan teliti setiap perintah demi perintah Tuhan. Nuh adalah seorang pribadi yang akurat. Ketika Tuhan memerintahkan Nuh untuk membangun sebuah bahtera, maka Nuh bersama keluarga melakukan dengan tepat setiap detail ukuran yang diperintahkan Tuhan. Bahtera berbicara tujuan (destiny) Ilahi yang Tuhan berikan kepada setiap orang percaya. Hanya mereka yang bersedia untuk membangunnya sesuai ukuran Tuhanlah yang akan memasukinya.
(2). Menjadi seorang yang bersedia untuk dididik dan dibentuk oleh Bapanya
Ibr.12:5-8 (5) Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: “Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; (6) karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak.”
Bersyukur kita memiliki Tuhan yang sekaligus adalah Bapa yang baik yang memperlakukan kita sebagai anak-anak-Nya. Ia bukan pribadi Tuhan yang hanya sekedar memberikan perintah dan ketetapan-ketetapan-Nya kepada kita sebagai umat-Nya tanpa mempedulikan apakah kita bisa melakukannya atau tidak. Namun Ia adalah Bapa yang mau mengajarkan segala sesuatu terlebih dahulu kepada anak-anak-Nya. Bapa mengajarkan kita dengan cara: mendidik kita, memberi peringatan, menghajar dan menyesah kita. Semuanya itu dilakukan bukan tanpa tujuan.
Sebagai anak-Nya, Tuhan ingin membawa kita untuk hidup dalam sistem kerajaan Sorga. Dengan hidup secara akurat, otomatis kita ‘terhisap’ ke dalam sistem sorgawi dimana sistem dunia tidak lagi berlaku atas kita. Sistem dunia dan sorga adalah dua sistem yang berbeda serta bertolak belakang. Selama kita masih menjalani hidup sebagai orang kristen biasa, maka kita akan terus mendapati sistem dunialah yang bekerja atas kita. tetapi ketika kita mengijinkan Roh Kudus bekerja atas hidup kita, maka Rohlah yang akan membawa kita untuk hidup sebagai anak Allah.
Mari jemaat Tuhan, ketika kita merelakan diri kita untuk dilatih oleh Bapa sorgawi, sadarilah sesungguhnya kita sedang dipersiapkan untuk menjadi pribadi-pribadi yang tangguh, teruji dan akurat, bukan lagi sebagai anak-anak gampang (Ibr.12: 8) yang ngawur dan sembarangan. Dengan melalui semua didikan itu kita dapat dengan mudah menyelesaikan seluruh rangkaian pertandingan dengan baik dan memeroleh mahkota.
Tuhan Yesus memberkati!