Kejadian 41:42 Sesudah itu Firaun menanggalkan cincin meterainya dari jarinya dan mengenakannya pada jari Yusuf; dipakaikannyalah kepada Yusuf pakaian dari pada kain halus dan digantungkannya kalung emas pada lehernya.
Setelah tidak menemukan seorang yang berakal budi dan bijaksana untuk menjadi penguasa atas tanah Mesir, akhirnya Firaun menunjuk Yusuf sendiri untuk menduduki posisi seperti yang ia maksudkan, karena semua kriteria yang dicari tersebut ada pada diri pribadi Yusuf. Maka kemudian Yusuf pun diangkat menjadi pemegang kuasa atas Mesir sejak saat itu. Selain dikenakan cincin meterai milik Firaun pada jari tangan Yusuf, dipakaikannyalah pula kepadanya pakaian atau jubah dari pada kain lenan halus.
Bila menilik ke masa lalu, yaitu tiga belas tahun sebelumnya, ingatkah kita bahwa kepada Yusuf juga pernah dipakaikan sebuah pakaian lain oleh ayahnya, yakni sebuah jubah warna warni yang maha indah. Pakaian berbeda dipakaikan kepada orang yang sama pada waktu yang berbeda dan untuk kepentingan yang berbeda pula. Pakaian yang satu dikenakan oleh sang ayah kepada diri Yusuf semata-mata karena ungkapan rasa sayang orang tua kepada anak. Pakaian yang satunya lagi dikenakan Firaun kepada Yusuf yang baru diangkatnya sebagai penguasa atas Mesir dengan jabatan sebagai pengelola atas seluruh kepemilikan bangsa Mesir.
Perhatikanlah bahwa setiap perubahan jenis pakaian berbicara tentang pergeseran peran, pengalaman dan tanggung jawab orang yang memakainya. Alkitab sering menggunakan istilah “pakaian” atau “jubah” baik dalam makna fungsi pakaian yang sesungguhnya, maupun dalam makna rohaninya. Misalnya, seorang raja akan mengenakan jubah kerajaannya untuk menunjukkan fungsi dirinya sebagai seorang raja. Seorang imam akan mengenakan pakaian imam sebagaimana layaknya fungsi dan pekerjaan seorang imam, dan sebagainya. Namun ada juga istilah jubah pujian, jubah kebenaran, pakaian lenan halus, dan lain-lain. Memiliki fungsi yang luar biasa, namun tidak terlihat secara kasat mata.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Kita tidak mengenakan pakaian yang sama dari sejak kita lahir sampai sekarang. Kita berganti pakaian berdasarkan waktu, musim dan pertumbuhan usia kita. Demikian pula dalam hal “pakaian atau jubah rohani” kita. Tidak ada pakaian yang sama seiring dengan bergantinya musim. Ketika musim berganti, maka pakaian pun berganti. Tuhan mau kita mengenakan sebuah pakaian khusus di musim yang baru ini, yakni “jubah tanggung jawab” tanda kita dewasa dan siap untuk melakukan sesuatu yang besar bagi Tuhan.
Mari kita belajar pada seorang tokoh bernama Yusuf. Seiring dengan waktu dan musim yang dilalui di dalam hidupnya, Yusuf dipercayakan Tuhan berbagai “jubah” untuk dikenakannya. Ia harus melalui setiap musim dengan baik sebelum dipercayakan jubah berikutnya. Dan itu dimulai dari:
(1). Jubah warna-warni yang maha indah (Garment of multi colors)
Kej. 37:3 Israel lebih mengasihi Yusuf dari semua anaknya yang lain, sebab Yusuf itulah anaknya yang lahir pada masa tuanya; dan ia menyuruh membuat jubah yang maha indah bagi dia.
Yakub memberikan pakaian yang berbeda dari kakak-kakaknya kepada Yusuf semata-mata hanya sebagai bukti bahwa ia sangat mengasihi Yusuf, karena Yusuf adalah seorang anak yang sangat dinanti-nantikan oleh Rahel, isteri yang sangat dicintai Yakub. Inilah masa kecil yang paling bahagia bagi Yusuf. Ia dengan bangga memamerkan jubah warna warninya itu kepada siapa saja yang ia temui, termasuk kepada kakak-kakaknya. Hal ini kerap menimbulkan rasa iri kakak-kakaknya kepada dirinya. Berbicara apakah pakaian ini bagi kita?
Semua orang, tanpa terkecuali, semuanya telah berdosa. Manusia lahir di dalam tubuh yang berdosa. Manusia ditandai dengan perbuatan daging dalam tanda kejahatan dan kecemaran, dan semuanya itu adalah dosa. Tak ada manusia yang benar. Dari ujung rambut sampai ujung kaki tidak ada yang benar. Bahkan semua yang diperbuatnya itu tidak ada kebenaran di dalam Allah. Itulah sebabnya mengapa semua manusia membutuhkan Juruselamat yang dapat membebaskan kita dari segala dosa. Sebab tidak mungkin manusia yang seperti ini bisa dibawa untuk hidup bersama Tuhan dalam kehidupan yang kekal. Karena itulah Tuhan memberikan “jubah keselamatan.” Jubah ini bagaikan jubah warna warni Yusuf dimana kita dapat dengan bangga memamerkannya pada siapa pun juga.
(2). Jubah kerendahan hati (Garment of humulity)
Kej. 37:23-24 (23) Baru saja Yusuf sampai kepada saudara-saudaranya, mereka pun menanggalkan jubah Yusuf, jubah maha indah yang dipakainya itu. (24) Dan mereka membawa dia dan melemparkan dia ke dalam sumur. Sumur itu kosong, tidak berair.
Belum terlalu lama Yusuf menjalani masa-masa yang indah bersama jubah barunya, tiba-tiba suatu hari ketika Yusuf disuruh ayahnya untuk mengunjungi kakak-kakaknya di tempat mereka menggembalakan kambing domba, disitu Yusuf dilemparkan ke dalam sebuah sumur kering. Tidak lama setelah itu, Yusuf diangkat keluar sumur lalu dijual kepada seorang Ismael seharga dua puluh syikal perak lalu dibawa ke Mesir. Setiba di Mesir Yusuf dijual lagi kepada Potifar, seorang pegawai istana Firaun, kepala pengawal raja. Demikianlah Yusuf harus menjalani masa dimana ia seperti seorang yang sama sekali tidak ada harganya. Belum lagi ia harus mengalami fitnahan yang membuatnya mendekam di dalam penjara.
Yusuf tidak menyadari bahwa kesulitan demi kesulitan yang ia jalani sebenarnya sedang membawa dirinya bergerak semakin dekat dengan “lokasi” di mana Tuhan mau melakukan sesuatu yang luar biasa terhadap dirinya, yaitu istana Firaun. Hanya dengan mengenakan “jubah kerendahan hati” saja seseorang dapat bergerak mengikuti arah yang Tuhan kehendaki.
Umat Tuhan, apa yang sedang Anda alami saat ini? Mungkin seseorang telah melemparkan Anda ke dalam sebuah sumur kering? Atau seseorang telah memfitnah Anda? Kenakanlah “jubah kerendahan hati” dan bergeraklah ke tempat di mana Tuhan membawa Anda. Percayalah ada sebuah titik dimana Tuhan mau melakukan sebuah babak baru dalam hidup Anda, dimana ada jubah selanjutnya yang harus Anda kenakan.
Tuhan Yesus memberkati!