Galatia 3:1 Hai orang-orang Galatia yang bodoh, siapakah yang telah mempesona kamu? Bukankah Yesus Kristus yang disalibkan itu telah dilukiskan dengan terang di depanmu?
Surat ini ditujukan kepada orang-orang percaya di Galatia. Pada waktu Paulus pertama kali datang dan memberitakan Injil di Galatia, mereka adalah orang-orang yang menerima Paulus dengan ramah dan menerima Injil yang ia beritakan dengan sukacita. Namun, tidak berapa lama kemudian Paulus menjadi sedih sekaligus marah karena orang-orang Galatia tersebut begitu cepatnya berbalik dari Injil yang pertama kali mereka dengar dan terima dengan bahagia.
Penyebabnya adalah adanya guru-guru Yahudi yang mengacaukan berita Injil yang telah disampaikan Paulus dengan cara memaksa mereka disunatkan dan menerima diberlakukannya kembali Hukum Musa. Dalam hal inilah Paulus menentang pemberitaan itu, yaitu bahwa tidak ada orang yang dibenarkan di hadapan Allah karena melakukan hukum Taurat, tetapi “orang benar akan hidup oleh iman.” Anehnya, mereka begitu lekas berbalik dari kemerdekaan yang telah mereka terima di dalam Kristus, dan membawa diri mereka sendiri masuk ke dalam perbudakan upacara-upacara dan seremonial serta memelihara hari-hari tertentu. Dengan melakukan semua itu, mereka pikir kerohanian mereka telah menunjukkan kemajuan.
Dulu ketika Paulus memberitakan Injil Kristus, orang-orang Galatia ini sebenarnya telah “melihat” Kristus yang disalibkan dengan begitu jelas. Mereka dapat membayangkan bagaimana para prajurit Romawi memaku Yesus di kayu salib, dan mereka seakan mendengar penderitaan dan seruan Yesus pada waktu Ia disalibkan. Mereka dapat merasakan penderitaan Yesus dan dapat membayangkan dengan jelas gumpalan-gumpalan darah yang jatuh membasahi bumi. Dengan melihat Yesus yang disalibkan itu, hati mereka diinsafkan, dan kemudian mereka meninggalkan kepercayaan penyembahan berhala mereka, bertobat dan dilahirkan kembali dan kemudian berpindah ke dalam kerajaan Kristus.
Sayangnya, orang-orang Galatia ini tidak lama kemudian berubah. Mereka mulai berbalik. Mereka seakan-akan telah “disihir” dan terkagum-kagum akan “sesuatu yang lain.” Hati mereka mulai terpesona akan hal-hal yang tidak kekal sifatnya.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita di minggu ini. Tuhan bertanya kepada setiap kita, “Siapa yang telah mempesonamu hari-hari ini ?” Seseorang akan terpesona kepada sesuatu yang disadari maupun tidak disadari mengisi hatinya selama ini. Kepada sesuatu apapun yang membuat orang itu terpesona, maka segala fokus pandangannya mulai tertuju kepada hal-hal yang baru tersebut, dan meninggalkan hal yang sebelumnya ia kagumi. Seseorang bisa terpesona pada apapun yang menarik hatinya. Hal ini bisa ditujukan kepada manusia, kepercayaan, benda, aktivitas atau bahkan kepada masalah.
Tuhan Yesus mau fokus pandangan dan rasa kagum kita terus tertuju kepada-Nya. Bukankah kita semua sedang menanti-nantikan hal-hal yang dahsyat dan luar biasa dari Tuhan? Beberapa hal yang membuat kita senantiasa terpesona pada Kristus:
(1). Ketika menyadari bahwa Tuhan adalah Pencipta segalanya
Maz. 8:3-4 Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?
Jika kita membaca tulisan pemazmur ini, kita tersadar akan bagaimana sikap hati mereka terhadap Tuhan dan karya-Nya. Decak kagum pemazmur menyadarkan tiap-tiap kita bahwa manusia sungguh tidak ada apa-apanya di hadapan Allah yang Mahasegalanya itu. Buatan tangan manusia tidak bisa dibandingkan dengan karya Allah: langit, bintang-bintang buatan tangan-Nya (ay. 4). Manusia memerlukan berbagai persiapan guna menampilkan suatu pertunjukkan. Sedangkan Allah hanya berfirman, maka semuanya jadi. Anehnya, decak kagum kita lebih sering tertuju kepada manusia dan segala kehebatannya, seperti ilmu pengetahuan, kekayaan, jabatan, kemegahan gedung, dan lain-lain.
Seharusnya kita bersyukur kepada Tuhan, bahwa segala ciptaan-Nya Tuhan berikan guna mendukung kehidupan kita di bumi. Kalau kita beroleh sebuah kuasa di bumi, itu bukan karena kehebatan kita. Tuhan memberi kita tanggung jawab untuk mengelola dan memeliharanya. Pandanglah ke sekeliling. Nikmatilah karya Tuhan. Kagumlah akan kehebatan-Nya. Pujilah nama-Nya. Pemazmur menyadari hal itu, itulah sebabnya tak henti-hentinya ia terpesona akan Tuhan.
(2). Ketika bersekutu dengan orang yang menceritakan hal-hal yang luar biasa tentang Tuhan
Maz. 78:4-7 (4) kami tidak hendak sembunyikan kepada anak-anak mereka, tetapi kami akan ceritakan kepada angkatan yang kemudian puji-pujian kepada TUHAN dan kekuatan-Nya dan perbuatan-perbuatan ajaib yang telah dilakukan-Nya.
Hari-hari ini banyak sekali anak-anak remaja yang mengalami kejatuhan dalam berbagai bidang kehidupan, seperti narkoba, pornografi, seks bebas, games, dan lain-lain. Banyak orang tua yang berusaha memulihkannya dengan membawa anak-anaknya ke berbagai tempat rehabilitasi, termasuk gereja. Dan ini bukanlah sesuatu yang mudah. Ternyata penyebab utama mengapa anak-anak bisa mengalami keterikatan akan hal-hal yang demikian adalah karena hilangnya rasa kagum mereka kepada Tuhan. Hari-hari ini, banyak sekali hal-hal di sekeliling kehidupan kita yang dapat “memesona” mereka.
Itulah sebabnya, salah satu tugas para orang tua adalah terus-menerus membangkitkan rasa kagum anak-anak mereka kepada perbuatan-perbuatan yang ajaib dari Tuhan Yesus. Rasa kagum itu bisa dibangkitkan dengan senantiasa menceritakan hal-hal luar biasa yang dilakukan Tuhan, khususnya yang telah dilakukan Tuhan atas keluarga mereka. Pertanyaannya, adakah perbuatan ajaib Tuhan atas keluarga mereka yang bisa diceritakan oleh para orang tua kepada anak-anaknya? Kekaguman anak kepada Tuhan, membuat tidak ada hal-hal lain di sekeliling mereka yang dapat “menyihir” perhatian mereka.
Tuhan Yesus memberkati!