Keluaran 24:12 TUHAN berfirman kepada Musa: “Naiklah menghadap Aku, ke atas gunung, dan tinggallah di sana, maka Aku akan memberikan kepadamu loh batu, yakni hukum dan perintah, yang telah Kutuliskan untuk diajarkan kepada mereka.”
Setelah umat Israel, dalam ketakutannya, memutuskan untuk berdiri jauh-jauh dari hadapan Tuhan, maka Musalah yang akhirnya disuruh bangsa Israel untuk maju mendekat dan mendengarkan apa yang Tuhan hendak katakan kepada seluruh umat Israel itu. Bagi Musa, datang mendekat kepada Tuhan merupakan hal yang biasa, karena memang dari sejak ia diperintahkan Tuhan untuk membebaskan bangsa Israel dari tanah perbudakan Mesir, sudah berkali-kali Tuhan berbicara kepadanya. Akhirnya, kepada Musa pulalah disampaikan pesan-pesan yang sedianya pesan itu seharusnya disampaikan Tuhan secara langsung kepada umat Israel.
Setelah pesan demi pesan tersebut dicatat dan disampaikan Musa kepada seluruh bangsa Israel, maka kini giliran Tuhan berfirman kepada Musa untuk naik menghadap ke atas gunung dan tinggal untuk sementara waktu di sana karena Tuhan hendak memberikan loh batu, yakni hukum dan perintah-perintah Tuhan untuk diajarkan kepada seluruh bangsa Israel. Sementara Musa naik ke puncak, maka menunggulah Harun, Nadab dan Abihu beserta tujuh puluh tua-tua Israel di kaki gunung, jauh dari tempat Tuhan berbicara kepada Musa.
Banyak hal yang Musa dapatkan dari Tuhan di atas sana untuk diwujudnyatakan oleh bangsa Israel di bawah, seperti membuat kemah suci, tabut Allah, kandil emas, meja korban persembahan dan lain sebagainya. Sedangkan Harun beserta para tua-tua hanya menunggu dan menunggu hingga akhirnya Harun membuat sebuah keputusan yang sangat fatal, yaitu membuat patung dari lembu emas, suatu hal kekejian bagi Tuhan. Harun tidak tahan menerima desakan bangsa Israel yang terus-menerus menanyakan Musa yang tidak kunjung turun dari puncak gunung. Melalui peristiwa ini kita dapat melihat dengan jelas, bahwa ada perbedaan mencolok antara Musa yang terhubung dengan Tuhan dengan Harun yang tidak melakukan apa-apa selain menunggu di kejauhan, di kaki gunung.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita memasuki bulan September ini. Tuhan rindu seluruh umat-Nya mau naik lebih lagi ke level “puncak gunung” dan senantiasa terkoneksi dengan-Nya, karena ada banyak hal yang Tuhan ingin nyatakan kepada kita secara pribadi. Seperti telepon genggam yang harus senantiasa terkoneksi dengan perusahaan penyedianya (provider) agar memperoleh sinyal sehingga dapat digunakan untuk berkomunikasi, ataupun perlunya telepon tersebut terhubung dengan sumber listrik agar senantiasa mendapat pasokan daya lewat alat yang bernama charger, sehingga telepon tersebut tetap menyala karena baterenya tetap terisi, dan tidak menjadi lemah bahkan mati total.
Melalui pesan ini, Tuhan mau kita belajar lebih lagi tentang apa yang dimaksud dengan ‘umat yang terkoneksi dengan Tuhan’, yaitu antara lain:
(1). Umat yang mau naik ke “gunung Tuhan”
1 Sam. 30:7- 8 Lalu Daud memberi perintah kepada imam Abyatar bin Ahimelekh: “Bawalah efod itu kepadaku.” Maka Abyatar membawa efod itu kepada Daud. Kemudian bertanyalah Daud kepada TUHAN, katanya: “Haruskah aku mengejar gerombolan itu? Akan dapatkah mereka kususul?” Dan Ia berfirman kepadanya: “Kejarlah, sebab sesungguhnya, engkau akan dapat menyusul mereka dan melepaskan para tawanan.”
Hanya sekedar bisa berdoa sebenarnya belum termasuk bilangan orang-orang yang disebut naik ke “gunung Tuhan”, karena ternyata Saul pun berdoa kepada Tuhan agar ia bisa menangkap Daud. Hanya saja, Saul berdoa untuk melegitimasi dirinya untuk dapat menangkap Daud padahal ia sendiri tidak mencari kehendak Tuhan, sedangkan Daud, dalam kesulitannya, karena isteri dan anak-anaknya diculik serta dijarah harta bendanya oleh pihak musuh, memilih untuk mengenakan efod terlebih dahulu dan datang kepada Tuhan memohon petunjuk Tuhan untuk apa yang harus dilakukannya berkaitan dengan masalah yang ia hadapi, sampai ia sendiri mendapatkan jawaban dan peneguhan dari Tuhan.
Berbeda dengan tokoh-tokoh dalam Perjanjian Lama lainnya, sejak jauh sebelumnya Daud telah menangkap konsep pujian penyembahan seperti yang Tuhan kehendaki dengan mendirikan bagi dirinya pondok pujian, dimana orang-orang dapat datang langsung untuk memuji dan menyembah Tuhan tanpa dibatasi oleh tembok-tembok pemisah ruangan dan tanpa perantaraan manusia lagi. Dan lewat pujian dan penyembahan yang didirikan itulah Daud datang dan menangkap isi hati dan kehendak Tuhan.
(2). Umat yang mau berjalan dalam ketaatan
1 Sam. 30:9 Lalu pergilah Daud beserta keenam ratus orang yang bersama-sama dengan dia, dan sampailah mereka ke sungai Besor. Sementara orang-orang yang mau tinggal di belakang berhenti di sana,
Orang-orang yang terkoneksi dengan Tuhan bukanlah mereka yang hanya tahu bagaimana membangun hubungan dengan Tuhan saja, tetapi mereka juga adalah orang-orang mau bertindak dalam ketaatan. Banyak orang menyebut diri mereka pemuji dan penyembah Tuhan, namun, sekedar bisa memuji dan menyembah saja belum bisa disebut sebagai orang yang terkoneksi dengan Tuhan kalau tidak hidup dalam ketaatan. Daud datang menghadap hadirat Tuhan untuk memohon petunjuk atas perkara yang ia hadapi, namun ia tidak berhenti sampai tahap bertanya saja. Saat memperoleh jawaban dari Tuhan bahwa ia diperbolehkan mengejar musuh, maka Daud dalam ketaatannya bergerak untuk mengejar musuh-musuhnya sampai ia mendapatkannya.
Simon Petrus, dalam kelelahannya, setelah sepanjang malam bekerja keras menangkap ikan dan tidak mendapatkan satu ekor ikanpun, namun ketika bertemu dengan Yesus, dan Yesus memerintahkannya untuk kembali bertolak ke tempat yang dalam untuk menebarkan jala, maka kemudian, Simon Petrus, tanpa memerdulikan kelelahannya ia memilih untuk mengikuti perkataan Yesus dan di sana ia menangkap sejumlah besar ikan.
(3). Umat yang mau menjadi representasi Kerajaan Sorga
2 Kor. 5:19-20 Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus (NKJV: ambassadors for Christ), . . . .
Seorang duta besar dari suatu negara dipilih tidak hanya sekedar untuk membuka cabang perwakilan atas negara yang diwakilinya saja, tetapi diutus untuk membawa visi, kebijakan-kebijakan, dan nama baik dari negara yang diwakilinya. Rasul Paulus menyadari dulunya ia adalah seorang yang penuh dengan pelanggaran dosa, namun kemudian beroleh kasih karunia untuk diperdamaikan lewat karya penebusan Yesus di atas kayu salib. Setelah dirinya diperdamaikan oleh karya Kristus, ia menyadari panggilan Tuhan dalam hidupnya, yaitu menjadi utusan-utusan Kristus atau duta-duta Kerajaan Allah, supaya melalui keberadaannya itu ia turut ambil bagian dalam memperdamaikan jiwa-jiwa yang tersesat untuk dibawa kepada Yesus. Ia juga menyadari, sebagai seorang perwakilan sorga di bumi, rasul Paulus mau tidak mau harus membawa kebijakan Kerajaan yang diwakilinya, membawa pemikiran-pemikiran dan pandangan Kristus dalam hidupnya, karena bagaimana mungkin ia menyebut dirinya representasi Kerajaan Sorga apabila tidak membawa kebijakan Sang Raja. Itulah yang dinamakan terkoneksi dengan Kerajaan Sorga.
Umat Tuhan, mungkin ini merupakan pesan yang sudah berulang kali kita dengar, namun melalui pesan ini kita semakin dibukakan tentang arti terkoneksi dengan Bapa di Sorga. Berulang kali ia mengajarkan kita anak-anaknya, karena Ia mau kita menjadi perwakilan-Nya di bumi. Sehingga ketika melihat anak-anak-Nya, biarlah orang-orang bisa melihat sosok Bapa yang kita wakili.
Tuhan Yesus memberkati!