Tuhan Sudah Menulis Hari-Hari di Depan Kita (Pesan Gembala, 1 Januari 2023)

TUHAN SUDAH MENULIS HARI-HARI DI DEPAN KITA

Mazmur 139:16 mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satu pun dari padanya.

Daud menulis dalam Mazmurnya ini untuk menjelaskan bahwa Tuhan sudah merancang hidupnya dari sejak awal sekali. Sejak awal terjadinya pembuahan sel sperma dan sel telur kedua orangtuanya yang kemudian membentuk bakal anak atau embrio. Dan rancangan serta penyertaan Tuhan bukan hanya sampai bayi Daud dilahirkan, namun sampai hari lepas hari dalam hidup Daud, sampai Daud tutup usia. Daud sadar bahwa ia telah dirancang dengan begitu dahsyat oleh Tuhan. Makanya, di ayat 14 ia katakan bahwa, “Aku bersyukur karena kejadianku dahsyat dan ajaib!”

Dan itu tidak terjadi hanya pada hidup Daud saja, melainkan pada hidup setiap kita orang percaya! Sehingga tidak ada alasan untuk kita berkata: “Untuk apa aku dilahirkan?”, “Aku dilahirkan sia-sia”, “Aku tidak memiliki tujuan hidup”, atau “Hidupku biasa-biasa saja.” Adakah dari antara kita yang merasa hari ini hidupnya percuma dan biasa-biasa saja?

Latar belakang Mazmur 139 ini menarik, Mazmur ini muncul dalam kondisi yang tidak biasa. Pada masa itu banyak orang-orang yang lebih percaya kepada dewa dan raja. Mereka percaya bahwa hanya dewa dan rajalah yang memiliki kemahatahuan. Ketika Daud mengatakan bahwa sebagai seorang raja ia tidak maha tahu, hanya Tuhannyalah yang Maha Tahu, maka hal tersebut dianggap sebagai sesuatu yang aneh. Jadi Mazmur 139 ini lahir sebagai jawaban atas adanya pemahaman yang salah dari orang-orang pada masa itu. Daud mau mengatakan bahwa Tuhannya jauh melebihi dirinya dan semua dewa yang ada pada bangsa-bangsa lain.

Daud lalu berkata bahwa Tuhannya terlalu ajaib baginya, pengetahuan tentang Tuhan itu terlalu tinggi, tidak sanggup ia mencapainya. Dengan kata lain Daud mau berkata bahwa pengetahuan tentang kemahatahuan Tuhan itu seharusnya membuat kita tahu bagaimana seharusnya kita bersikap kepada-Nya. Apabila Tuhan Maha-tahu maka seharusnya kita datang mendekat kepada-Nya, mengikuti jalan-jalan-Nya. Tidak seharusnya kita merasa lebih tahu dari Tuhan. Jadi apabila kita perhatikan Mazmur 139 ini dari sejak ayat pertama berisi tentang kemahatahuan Tuhan yang luar biasa.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Tuhan menyatakan bahwa ketika Ia menciptakan manusia dengan cara-Nya yang dahsyat dan ajaib, Ia ciptakan berikut dengan satu persatu rencana-Nya atas setiap manusia tersebut. Dan semua rencana-Nya yang dahsyat atas satu persatunya kita tersebut telah Ia tulis dalam sebuah kitab (Ibr. Cefer = buku atau akte /kitab hukum).

Berbeda dengan buku harian yang berisi kegiatan-kegiatan yang kita lakukan di dalam satu hari. Dan berbeda pula dengan buku biografi atau buku riwayat hidup seseorang yang berisi catatan perjalanan atau catatan peristiwa-peristiwa yang pernah dialami oleh seseorang. Dimana semua yang tertulis adalah hal-hal yang sudah dijalani. Namun kitab yang ditulis oleh Tuhan untuk setiap masing-masing kita ini berisi hari-hari yang akan kita jalani sebelum semua itu terjadi. Dan hari-hari yang akan dibentuk itu dahsyat. Kalimat ‘hari-hari yang akan dibentuk’ (Ibr. Yatsar = NKJV. the day He fashioned for me) berisi hari-hari dimana Tuhan mendandani kita. Artinya, ketika Tuhan menciptakan kita melalui benih bakal anak atau embrio, Ia juga ciptakan berikut hari-hari dimana Tuhan memersiapkan kita menjadi alat-alat yang luar biasa di tangan-Nya, Ia memerlengkapi kita atau mendandani kita sampai kita begitu indah dan berfungsi maksimal di tangan-Nya.

Hal yang sama dilakukan Tuhan terhadap Daud. Bagaimana Tuhan mendandani kehidupan Daud. Ia yang dulunya adalah seorang anak bungsu biasa yang tidak diperhitungkan, namun lihat grafik pertumbuhan yang dialami Daud semakin hari semakin luar biasa bukan? Dari seorang anak muda biasa menjadi penakluk Goliat, hingga menjadi raja bagi bangsa Israel suatu hari kelak, dan akhir hidupnya selesai dengan finishing well.

Apa yang membuat Daud bisa menjadi seorang yang demikian luar biasa, bahkan Daud di mata Tuhan adalah seorang yang berkenan hidupnya. Ini yang Tuhan ingin kita alami juga. Kuncinya adalah:

Jangan menjauh dan menyimpang, berjalanlah melekat dengan sang penulis naskah hidup kita

Mazmur 139:23-24 (23) Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; (24) lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!

Kita seringkali membahas ayat ini ketika berbicara tentang Daud seorang yang rendah hati yang senantiasa mau datang kepada Tuhan untuk memeriksakan dirinya, minta diselidiki hati dan pikirannya. Betul, tidak ada yang salah dengan hal itu. Namun untuk tujuan apa? Ternyata Daud datang kepada Tuhan adalah untuk mengecek langkah kakinya, minta dilakukan alignment atau penyelarasan langkah sekiranya jalannya serong (Ibr. Othseb = wicked atau jahat, sakit, lelah, menurun). Serong jangan langsung diartikan sesat, namun bisa bermakna berjalan sekehendak diri sendiri.

Daud minta diperiksa apakah jalannya telah menyimpang dari yang dikehendaki Tuhan, apakah jalan yang ditempuh penuh dengan kepedihan dan kelelahan sehingga semakin merosot, menjauh dari Tuhan. Apakah mengiring Tuhan menjadi tidak bahagia, apakah hampa hati, apakah tidak bergairah atau penuh kemarahan. Ketika ada di antara orang percaya yang mengalami hal-hal seperti itu, jangan sampai ia didapati sedang berjalan di luar isi naskah yang telah ditulis oleh Tuhan, karena seharusnya iring Tuhan semakin hari semakin naik bukan turun, di tengah tantangan sekalipun. Oleh sebab itu, Daud memilih untuk selalu minta dituntun oleh Tuhan agar selalu ada di track-Nya Tuhan: “Tuntunlah aku di jalan yang kekal.”

Berbeda dengan buku agenda atau planner umum yang biasa digunakan untuk catatan harian atau untuk mencatat jadwal perencanaan yang memiliki masa berlaku 1 tahun, “buku agenda” Tuhan yang Tuhan sudah tulis tentang semua jalan hidup kita jauh lebih hebat kerena memuat semua hari-hari yang akan kita jalani sepanjang umur hidup kita. Bisa sampai 70 tahun, 80 tahun, bahkan 90 tahun tergantung usia yang Tuhan tetapkan bagi kita.

Pertanyaannya adalah, apakah kita sudah berjalan sesuai dengan agenda hari-hari yang Tuhan sudah tetapkan untuk kita, ataukah kita berjalan mengikuti “agendanya” kita? Ini yang Tuhan nyatakan melalui pesan-Nya kepada kita ini. Tuhan sudah menetapkan jalan hidup kita sesuai naskah yang sudah Ia tulis, jangan sampai kita berjalan dengan suatu keinginan yang lain. Tidak sedikit didapati orang percaya yang memiliki keinginan mengikuti kehendak dirinya. Aku ingin menjadi ini, aku ingin melakukan ini, aku ingin memiliki ini dan itu, dan sebagainya.

Untuk bisa berjalan selaras dengan apa yang telah ditulis Tuhan, kita harus menyamakan “frekuensi” kita dengan “frekuensi-Nya” Tuhan. Sama halnya dengan prinsip radio komunikasi. Radio yang satu tidak akan bisa menangkap suara radio satunya lagi apabila frekuensi masing-masing radio tidak diselaraskan terlebih dahulu. Bersyukur Tuhan telah memberikan Roh Kudus-Nya sebagai Penolong bagi kita untuk memudahkan penyelarasan tersebut.

Mari jemaat Tuhan, kita tidak bisa meminta Tuhan mengubah naskah yang Ia telah tulis bagi kita di dalam kitab-Nya. Apabila kita ingin mengalami hidup seperti yang Tuhan sudah rancangkan bagi kita, kitalah yang harus menyesuaikan diri kita, bukan sebaliknya. Kitalah yang harus berusaha mendekat. Ingat, naskah hidup yang Ia sudah tulis tentang diri kita di dalamnya berisi hari-hari yang penuh kemenangan di tengah tantangan apapun yang kita hadapi. Oleh sebab itu, mari kita jalani tahun 2023 dengan keputusan untuk mau melekat pada Tuhan dan minta Roh Kudus memenuhi lebih lagi. Selamat berjalan dalam kemenangan!

Tuhan Yesus memberkati!

Tuhan Sudah Menulis Hari-Hari di Depan Kita (Pesan Gembala, 1 Januari 2023)

| Warta Jemaat |
About The Author
-