Tindakan yang Melahirkan Sesuatu (Elijah Prayer) (Pesan Gembala, 10 April 2022)

TINDAKAN YANG MELAHIRKAN SESUATU (ELIJAH PRAYER)

1 Raja-raja 18:42 Lalu Ahab pergi untuk makan dan minum. Tetapi Elia naik ke puncak gunung Karmel, lalu ia membungkuk ke tanah, dengan mukanya di antara kedua lututnya.

Pasal 18 dimulai dengan datangnya firman Tuhan kepada nabi Elia untuk memerlihatkan dirinya kepada Ahab, raja Israel. Tujuan dari perintah tersebut adalah Tuhan hendak menurunkan hujan ke atas muka bumi. Telah tiga setengah tahun Israel mengalami kekeringan yang amat sangat. Tidak ada hujan, bahkan tidak ada embun sekalipun turun atas Israel. Semua kekeringan itu dimulai sejak nabi Elia menegur raja Ahab atas perbuatan-perbuatannya yang telah menyakiti hati Tuhan.

Ayat 42 di atas adalah bagian terakhir dari masa kekeringan dimana Elia naik ke puncak gunung Karmel lalu berdoa kepada Tuhan dengan posisi yang unik yaitu dengan menaruh mukanya di antara kedua lututnya dan memohon kepada Tuhan agar hujan diturunkan seperti yang difirmankan Tuhan. Meskipun tindakan yang dilakukan Elia ini tidak serta merta langsung membuahkan hasil, namun Elia dengan gigih melakukannya tanpa henti hingga turunlah hujan yang lebat atas negeri itu.

Setiap peristiwa yang dilalui Elia telah memberikan kesempatan baginya untuk mengalami Tuhan dengan berbagai cara yang khas. Semua diawali dengan adanya konsistensi jalinan hubungan yang berkelanjutan dengan Tuhan. Peristiwa sebelumnya di gunung Karmel, yaitu ketika Elia melawan nabi-nabi Baal melalui “adu korban persembahan” telah membuktikan bahwa Tuhan Elialah yang menyambut korban persembahan seperti yang diserukannya kepada Tuhan yang dijawab dengan menurunkan api dari langit.

Elia tidak terlalu berlebihan dengan menaikkan kata-kata yang hebat kepada Tuhan. Kepercayaan yang penuh disertai keyakinan yang sungguh yang telah terjalin dengan Tuhan telah membuatnya melahirkan banyak hal yang luar biasa. Sementara tidak sedikit orang percaya berpikir satu-satunya cara untuk membuat Tuhan bergerak adalah dengan melakukan doa yang hebat yang disertai kata-kata indah, bahkan tanpa disadari seringkali doa yang dinaikkan banyak orang cenderung untuk mengesankan manusia.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Tuhan mau kita umat-Nya kembali menyadari akan dahsyatnya kuasa suatu doa yang dapat dinaikkan seorang manusia biasa kepada Tuhan (Yakobus 5:17-18). Tuhan mencari orang-orang percaya yang dapat melakukan doa-doa yang berkuasa (powerful prayer) yang menghasilkan sesuatu yang luar biasa di tengah-tengah bangsa yang sedang mengalami degradasi kepercayaan. Ingat pesan Tuhan minggu lalu, bahwa Tuhan tidak hanya sekedar memuaskan dan memulihkan kita umat-Nya begitu saja tanpa suatu tujuan yang jelas. Tuhan ingin melibatkan kita untuk melakukan sesuatu yang lebih besar, yaitu menghasilkan suatu “hujan” lebat atas banyak hal di bangsa ini.

Beberapa hal yang harus kita pahami agar sesuatu yang luar biasa dilahirkan melalui doa-doa berkuasa yang kita naikkan kepada Tuhan, beberapa di antaranya adalah:

(1). Memahami tujuan akhirnya. Siapa yang dimuliakan

1 Raja-raja 18:36-37 (37) Jawablah aku, ya TUHAN, jawablah aku, supaya bangsa ini mengetahui, bahwa Engkaulah Allah, ya TUHAN, dan Engkaulah yang membuat hati mereka tobat kembali.”

Tanpa disadari doa orang percaya seringkali diwarnai dengan sejumlah tujuan motivasi diri, yaitu keinginan pribadi sendiri, ingin membuat orang lain terkesan, atau bahkan hanya untuk sekedar menunaikan kewajiban keagamaan semata-mata. Namun berbeda dengan Elia, dimana fokus dan tujuan akhir Elia dijabarkan dengan jelas dalam doanya yang sederhana. Permintaannya tidak dapat disangkal berakar pada keinginan agar otoritas Tuhan diperlihatkan dan agar keagungan-Nya dinyatakan di hadapan semua orang di gunung itu.

Dengan kata lain, api yang diturunkan dari langit itu sendiri bukanlah tujuannya. Elia tidak berusaha untuk menjadi pribadi yang mengesankan orang-orang. Api hanyalah sarana untuk tujuan yang lebih besar dan lebih abadi—bagi Tuhanlah segala kemuliakan. Tujuan akhir dari doa dan permintaan kita harus mencerminkan teladan Elia. Bahkan ketika kita berdoa tentang aspek kehidupan yang paling praktis mengenai anak-anak kita atau keuangan atau karier kita, tujuan akhir utamanya adalah agar Tuhan yang menjadi lampu sorotnya. Untuk menarik perhatian Tuhan, bukan kita. Untuk mengagungkan Dia, bukan kita. Menata ulang prioritas kita dalam doa di sekitar tujuan ini akan mengubah banyak dari apa yang kita minta kepada-Nya dan bagaimana kita mendekati-Nya dalam permintaan kita.

(2). Memahami sikap yang perlu dibangun. Apa yang mendasarinya.

1 Raja-raja 18:42 Lalu Ahab pergi untuk makan dan minum. Tetapi Elia naik ke puncak gunung Karmel, lalu ia membungkuk ke tanah, dengan mukanya di antara kedua lututnya.

Tanpa disadari seringkali umat Tuhan berseru minta tolong kepada Tuhan sambil berharap Tuhan melakukan sesuatu seperti yang ia inginkan begitu saja. Ia duduk manis secara pasif menantikan Tuhan melakukan seperti yang dikehendakinya. Padahal tahukah kita, bahwa tidak seperti itu cara kerja Tuhan. Tuhan memang memiliki otoritas dan kuasa untuk melakukan apapun juga yang Ia kehendaki, namun seringkali ketika Tuhan ingin melakukan sesuatu, Ia rindu melibatkan umat-Nya turut bergerak di dalamnya.

Tuhan rindu memilih kita untuk menuntaskan pekerjaan-Nya melalui doa-doa kita. Kita melihat itu terjadi tatkala Tuhan berfirman kepada Nabi Elia, “Aku hendak memberi hujan ke atas muka bumi” (1 Raj. 18:1) dan berjanji akan mengakhiri kekeringan di Israel yang telah berlangsung selama tiga setengah tahun. Sekalipun Tuhan telah menjanjikan hujan, Elia tetap naik ke puncak gunung Karmel, lalu ia membungkuk ke tanah, dengan mukanya di antara kedua lututnya untuk berdoa agar hujan segera turun.

Elia memahami bahwa Tuhan menghendaki kita untuk turut dalam pekerjaan-Nya melalui doa-doa kita yang gigih dan penuh kerendahan hati. Meskipun secara manusia kita terbatas, Tuhan dapat memilih untuk berkarya melalui doa-doa kita dengan beragam cara yang luar biasa.

Mari jemaat Tuhan, melalui pesan-Nya kali ini kita belajar kembali menghidupkan kembali doa yang berkuasa. Doa dimana kita berada di pihak Tuhan yang ikut ambil bagian untuk terjadinya sesuatu yang Tuhan kehendaki. Bangsa ini membutuhkan lawatan Tuhan. “Hujan” dari Sorga dicurahkan agar mereka lihat siapa yang akhirnya dimuliakan.

Tuhan Yesus memberkati!

Tindakan yang Melahirkan Sesuatu (Elijah Prayer) (Pesan Gembala, 10 April 2022)

| Warta Jemaat |
About The Author
-