Salurkan Kasih Tuhan dengan Tulus (Pesan Gembala 15-08-2021)

SALURKAN KASIH TUHAN DENGAN TULUS

Roma 12:9 Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik.

Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa memiliki hubungan dengan orang lain. Itu artinya, seseorang akan menikmati dan menjalani kehidupannya sebagai manusia yang wajar jika memiliki hubungan dengan orang lain. Inilah yang membedakan antara manusia dengan hewan.

Hidup mengasihi sesama manusia adalah salah satu ciri khas orang percaya. Bukankah hukum yang utama adalah tentang mengasihi Tuhan yang dilanjutkan dengan mengasihi sesama manusia. Supaya dapat saling mengasihi dengan baik dan benar, Yesus meminta umat-Nya untuk senantiasa mendasarkan diri pada hubungan yang erat dengan diri-Nya. Sebab Allah Bapa melalui Yesus telah mengasihi umat-Nya dengan memberikan nyawa-Nya di kayu salib.

Semua orang percaya dapat dengan mudah berbicara tentang kasih walaupun sesungguhnya tindakan mengasihi tidaklah semudah mengucapkannya. Ada sebagian orang percaya yang beranggapan bahwa ketika ia sudah membagikan sesuatu kepada orang lain, atau ketika ia tidak memiliki musuh maka ia sudah hidup dalam kasih. Namun lewat surat yang ditulis oleh rasul Paulus ini kita akan lebih memahami apa yang dimaksud dengan hidup dalam kasih yang tulus.

Surat Roma 12 ini dibuka oleh rasul Paulus dengan penjelasan tentang makna ibadah yang sejati kepada Tuhan, yaitu dengan memersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan (ayat 1). Seperti membawa hewan korban dan menempatkannya di atas altar di hadapan Tuhan, demikian kita membawa “tubuh” kita ke altar Tuhan. Tubuh kita bukan untuk kesenangan diri kita sendiri lagi, tetapi menjadi berguna bagi penggenapan rencana Allah di dunia ini. Kalau orang percaya bekerja menggunakan tubuh, hal tersebut dilakukan untuk kepentingan Kerajaan Allah.

Baru kemudian rasul Paulus menjelaskan tentang anggota tubuh yang memiliki tugas yang berbeda satu dengan yang lain. Ini berbicara mengenai karunia yang berbeda-beda di dalam melayani Tuhan (ayat 4-8). Memasuki ayat 9, rasul Paulus menekankan tentang pentingnya melandaskan semua itu dengan kasih yang tidak pura-pura.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Tuhan sedang membawa kita kembali kepada pengertian yang benar tentang makna mengasihi. Tanpa disadari kasih yang dipahami oleh orang percaya hari-hari ini telah banyak bergeser dari pemahaman yang seharusnya. Bagi manusia, bergesernya makna kasih hanyalah sekedar perbedaan cara di dalam melakukannya, namun bagi Tuhan hal itu dianggap sebagai sesuatu yang jahat atau jijik. Rasul Paulus memang menegaskan tentang adanya kejahatan yang harus dijauhi oleh orang percaya. Setelah menjelaskan tentang ragam pelayanan, ia ingin menegaskan bahwa pelayanan kepada sesama tidak akan bermakna tanpa kasih yang sesungguhnya kepada sesama. Tidak peduli seberapa hebat kapasitas dan hasrat seseorang dalam pelayanan, selama hal itu tidak disertai dengan kasih yang benar akan menjadi sia-sia belaka.

Beberapa hal yang perlu dipahami tentang makna kasih yang tidak pura-pura, di antaranya adalah:

(1). Keselarasan antara kehidupan pribadi dengan kehidupan publik

Roma 12:9 Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik.

Dalam teater Yunani kuno, seorang aktor biasanya dapat memainkan peran ganda. Untuk memerankan karakter yang berbeda dalam sebuah drama mengharuskan mereka untuk memakai berbagai topeng. Jadi, “berperan sebagai orang munafik” dalam teater Yunani secara harfiah berarti memakai lebih dari satu topeng. Selama berabad-abad, kata munafik atau hipokrit telah menjadi sinonim dengan makna “bermuka dua”.

Dengan dasar pemikiran ini, rasul Paulus menulis, “Biarlah kasih tanpa kemunafikan.” Dengan kata lain, “kasih seharusnya tidak bermuka dua.” Salah satu ketegangan terbesar yang tercipta dalam hubungan, terutama dalam pelayanan atau kehidupan rumah tangga, adalah ketika adanya duplikasi. Duplikasi, secara makna sederhana, adalah ketika “wajah” publik seseorang tidak sesuai dengan “wajah” kehidupan pribadinya. Artinya, topeng dipakai di depan umum untuk menutupi apa yang sebenarnya terjadi secara pribadi. Ini terjadi ketika mereka yang paling mengenal kita melihat kita sebagai pribadi yang berbeda dari yang biasa mereka lihat ketika berada di kehidupan publik.

(2). Keselarasan antara perkataan dan tindakan

Roma 12:9 Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik.

Ketika anda menerima sebuah ucapan penuh kasih dari seseorang yang benar-benar anda yakini sebagai teman anda, lalu kemudian anda mengetahui bahwa orang yang sama ini berbicara buruk tentang anda di belakang anda, bergosip tentang anda, dan tidak memperlakukan anda dengan baik sebagaimana seharusnya seorang teman sejati? Jika anda kemudian mengkonfrontasi orang itu tentang tindakannya, apakah dia mengakui apa yang dia lakukan dan meminta maaf untuk itu? Ataukah dia berbohong dan berusaha menutupi perbuatannya, padahal anda sudah tahu faktanya? Apakah anda sangat terganggu melihat dia memasang wajah palsunya dan berpura-pura bahwa dia adalah sahabat anda meskipun anda tahu dia berbohong?

Jika anda pernah mengalami situasi seperti ini, betapa menyedihkan dan sekaligus menyakitkan ketika seorang “yang disebut” teman baik tega berperilaku seperti ini. Hal ini masuk ke dalam suatu kategori kemunafikan dengan level meresahkan. Jenis perilaku ini seharusnya tidak pernah terjadi di antara orang percaya, tetapi sayangnya hal itu kerap terjadi dari waktu ke waktu. Untuk memastikan siapapun untuk tidak pernah jatuh ke dalam level kepura-puraan semacam ini, rasul Paulus menulis dan memberi tahu penerima suratnya dengan kalimat “Hendaklah kasih itu jangan pura-pura.” Namun tanpa disadari, seberapa sering mungkin orang percaya mengucapkan kalimat bahwa ia sungguh-sungguh mengasihi Tuhan tanpa maksud seperti yang ia ucapkan?

Mari jemaat Tuhan, apabila kita pernah atau sering melakukannya, biarlah melalui pesan-Nya ini kita kembali menangkap makna ‘mengasihi’ yang sesungguhnya tanpa ada maksud yang berbeda di dalam perkataan maupun tindakan kita. Ketika Yesus sendiri mengatakan bahwa Ia mengasihi kita sebagai orang yang berdosa, apa yang Ia lakukan? Ia rela mati bagi kita agar kita tidak binasa. Selamat mengalami dan menyalurkan kasih Kristus yang sejati.

Tuhan Yesus memberkati!

Salurkan Kasih Tuhan dengan Tulus (Pesan Gembala 15-08-2021)

| Warta Jemaat |
About The Author
-