Rumah yang Dibangun oleh Tuhan (Pesan Gembala, 13 Agustus 2023)

RUMAH YANG DIBANGUN OLEH TUHAN

Mazmur 127:1 “Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.”

Mazmur 127 adalah bagian dari rangkaian nyanyian ziarah yang dilantunkan ketika umat Israel naik ke Yerusalem ke bukit Sion untuk mengadakan ziarah atau perayaan di Bait Allah. Mazmur ini secara keseluruhan pertama-tama mau mengungkapkan kebergantungan segala upaya manusia kepada Tuhan yang ditandai dengan kalimat “Jikalau bukan Tuhan…” Bagi pemazmur, Tuhan adalah segala-galanya, yang apabila tidak melibatkan Tuhan sia-sialah usaha orang yang membangunnya.

Didalam bahasa Ibrani, kata ‘sia-sia’ adalah shav yang berarti tidak berguna, tidak bernilai, atau tidak ada makna apa-apa (worthless). Dari Mazmur ini minimal ada empat dimensi kehidupan yang bisa berujung kepada shav (sia-sia), yaitu membangun rumah tangga, keamanan, usaha dan mendidik anak/merencanakan rumah tangga, apabila mengabaikan keterlibatan Tuhan.

Penulis Mazmur ini, Salomo, mengakui bahwa sekalipun dia adalah seorang raja yang memiliki kekayaan dan kuasa untuk membangun rumah semegah dan sehebat apapun namun ia menyadari jikalau tanpa melibatkan Tuhan dan tanpa kehadiran Tuhan maka semua upaya tidak berarti dan rumah itu akan menjadi bangunan tanpa makna. Demikian pula halnya, sekalipun Salomo memiliki tentara yang kuat, jikalau bukan Tuhan yang mengawal kota, maka tentara sebanyak dan sekuat apapun, yang terlatih dengan perlengkapan perang dan pertahanan yang canggih akan dapat mudah dikalahkan musuh.

Israel mengalami masa kejayaan dan keemasan pada jaman salomo, berbeda dengan Daud yang hidup dimasa perjuangan. Ketika Salomo memimpin bangsa Israel, Salomo membangun bangunan yang luar biasa, seperti istana pemerintahannya, Bait Allah, dan bahkan salomo juga membangun kota-kota pertahanan. Ia bangga dengan apa yang telah ia bangun, namun ketika ia mulai menjauh dan tidak melibatkan Tuhan, entah datang dari mana, satu persatu musuh lamanya mulai berdatangan.

Ini menjadi sebuah peringatan bagi kita, bahwa kita tidak bisa membangun rasa aman dalam hidup kita berdasarkan kekuatan diri sendiri, materi yang kita miliki atau dengan mengandalkan orang-orang yang ada di sekeliling kita, karena hal-hal tersebut tidak bisa menjamin keamanan kita.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Bahwa ternyata masih didapati ada rumah-rumah tangga umat Tuhan yang tampilannya seperti rumah “belum selesai dibangun” atau “dibangun tidak sesuai desain semestinya.” Bagaikan tinggal di sebuah rumah dimana masih ada  bagian-bagian vital, seperti misalnya atap, yang belum selesai. Namun orang yang tinggal di dalamnya merasa bahwa rumahnya sudah selesai dengan baik. Padahal kita tahu, belum terbangunnya satu atau beberapa bagian vital dalam sebuah rumah akan menimbulkan masalah tersendiri.

Disini kita diingatkan untuk melibatkan Tuhan didalam seluruh proses pembangunan rumah tangga kita mulai dari awal hingga akhir. Seperti halnya dalam membangun sebuah rumah, apa yang pertama-tama kita lakukan? Biasanya kita melibatkan seorang arsitek untuk merancangnya terlebih dahulu, dan dari sana baru kemudian kita melibatkan seorang ahli pembuat bangunan untuk membangunnya sesuai dengan blue print yang telah didesain. Dalam keseluruhan proses membangun rumah tangga, kita perlu “arsitek” handal dan “ahli pembuat bangunan” yang cakap. Dan Pribadi tersebut adalah Tuhan Yesus Kristus.

Tuhan Yesus adalah “Arsitek Agung” dan “Ahli bangunan” dalam segala sesuatu yang terjadi didunia ini, termasuk mendesain rumah tangga kita. Ia tahu bahwa rumah tangga (termasuk orang-orang di dalamnya) yang dahsyat adalah bagian dari desain yang dirancang oleh-Nya untuk kepentingan Kerajaan Sorga. Karena rumah tangga adalah tempat dimana Tuhan menyatakan rencana-Nya di bumi (Kejadian 1:28).

Beberapa prinsip yang harus kita pahami berkaitan dengan pesan Tuhan ini agar setiap proses pembangunan atau proses renovasi (Ibr. Banah= to build, to rebuild, to repair, to establish a God’s family) yang kita lakukan kali ini melibatkan desain yang telah Tuhan buat untuk kita. Di antaranya adalah:

(1). Rumah tangga yang kita bangun adalah sebuah proyek besar yang Tuhan mau kita membangunnya dengan serius.

Mazmur 127:1a “Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; …

Kata bayith bukan hanya sekedar bangunan rumah atau house, namun berarti juga home. Home itu sesuatu yang lebih dari sekedar bangunan yang memiliki atap dan pembagian ruangan di dalamnya, namun tempat yang melibatkan orang-orang yang tinggal di dalamnya. Ada relasi hangat satu dengan yang lainnya di dalamnya dan ada itikad baik dari orang-orang yang tinggal di dalamnya untuk mau sama-sama turut terlibat di dalam proses pembangunan yang berlangsung hari lepas hari di dalamnya sesuai blue print yang telah didesain Tuhan sebelumnya.

Kata bayith itu mencakup seluruh jenis “rumah” jenis apa saja, baik itu berlantai satu, dua hingga berlantai banyak. Berfungsi ragam, mulai dari rumah yang dihuni untuk satu orang, keluarga, kediaman raja, hingga rumah bagi Tuhan. Di Mazmur 127:1 sudah dikatakan bahwa “jikalau bukan Tuhan”, maka semua akan sia-sia atau worthless. Jadi artinya, semua proses pembangunan bayith yang melibatkan Tuhan adalah sesuatu yang sangat penting!

Namun pada prakteknya, di zaman Salomo, hanya “bayith-bayith” tertentu saja yang proses pembangunannya dianggap penting. Istana kediaman raja oleh Salomo dianggap penting. Itulah sebabnya, Salomo berani mengeluarkan biaya mahal untuk membangunnya. Demikian pula Bait Allah. Oleh Salomo ini dianggap sesuatu yang sangat penting, terlebih ketika Tuhan hadir di dalamnya. Itulah sebabnya, Salomo rela membayar harga untuk pembangunan Bait Allah. Hanya sayangnya, bayith “rumahtangga” Salomo tidak ia anggap sesuatu yang penting dan mahal. Ia tidak sungguh-sungguh membangunnya. Dan penyebab kejatuhan Salomo bermuara dari gagalnya ia membangun bayith yang satu ini. Bagaimana dengan kita? Apakah pembangunan rumah tangga dengan Tuhan di dalamnya termasuk yang kita anggap penting atau dianggap biasa-biasa saja? Karena jatuh bangunnya kita tergantung hal ini.

(2). Rumah tangga yang dibangun harus menjadi wakil Kerajaan Sorga di bumi

Mazmur 127:1a “Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; …

Ada perbedaan yang sangat mencolok tentang definisi ‘keluarga’ menurut versi yang dipahami umum dengan versi menurut Alkitab. Versi umum dunia mendefinisikan ‘keluarga’ sebagai lembaga terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Sedangkan menurut versi Alkitab, keluarga adalah lembaga perwakilan Tuhan atau representasi Sorga di bumi, lembaga untuk menyatakan ekspresi ilahi, sarana pendidikan yang pertama dan terutama, tempat untuk menghadirkan suasana Kerajaan Sorga. Betapa luar biasanya keluarga yang dimaksud Tuhan ini.

Dibutuhkan para pemimpin dalam keluarga yang harus menangkap maksud Tuhan, dan dibutuhkan keimaman dari kepemimpinan yang sama untuk menyatakan isi hati Tuhan bagi anggota keluarganya. Karena bagaimana mungkin keluarga dapat menjadi representasi Kerajaan Sorga apabila tidak ada sosok pribadi yang tampil sebagai pemegang mandatnya. Dari kepemimpinan inilah baru seluruh anggota keluarga (isteri dan anak-anak) menangkap seluruh maksud Tuhan yang sama. Sungguh luar biasa.

Kita sudah mengenal tentang pengajaran 7 lingkup pengaruh atau Seven Spheres, dimana kita harus menghadirkan Sorga di setiap bidang yang Tuhan percayakan bagi kita di market place. Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendaki-Mu di bumi seperti di sorga. Namun jangan lupa, keluarga adalah wadah yang pertama-tama harus kita hadirkan Sorga terlebih dahulu. Ingat, ini bukan sekedar soal membangun mezbah keluarga, itu harus, tetapi tentang bagaimana mengaplikasikan prinsip-prinsip Kerajaan Sorga di dalam keluarga.

Mari jemaat Tuhan, ketika Tuhan menyatakan pesan-Nya ini, Ia sedang menegaskan betapa pembangunan bayith rumah tangga umat-Nya adalah sesuatu yang sangat penting. Wadah tempat Sorga menyatakan rencana-Nya di bumi. Dibutuhkan komitmen dari setiap anggota keluarga untuk turut terlibat dalam pembangunan bayith yang dimaksud Tuhan tersebut apabila kita memang merindukan adanya suatu bangunan yang utuh terbentuk. Selamat membangun bayith tersebut.

Tuhan Yesus memberkati!

Rumah yang Dibangun oleh Tuhan (Pesan Gembala, 13 Agustus 2023)

| Warta Jemaat |
About The Author
-