Merdeka dari Hidup dalam Kebohongan (Pesan Gembala, 10 Maret 2024)

MERDEKA DARI HIDUP DALAM KEBOHONGAN

1 Samuel 27:11-12 (11) Daud tidak membiarkan hidup seorang pun, baik laki-laki maupun perempuan, untuk dibawa ke Gat, sebab pikirnya: “Jangan-jangan mereka mengabarkan tentang kami, dengan berkata: Beginilah dilakukan Daud.” Itulah kebiasaannya, selama ia tinggal di daerah orang Filistin.

Setelah sekian lama Daud terus berada dalam kejaran Saul, ia berpikir dalam hatinya bahwa suatu hari cepat atau lambat ia akan tertangkap dan binasa oleh tangan Saul. Jadi satu-satunya cara paling baik yang terpikir oleh Daud waktu itu adalah pergi menyembunyikan diri ke negeri orang Filistin; maka sudah pasti dirinya tidak akan dapat ditemukan oleh Saul lagi. Masakan raja Israel akan mengejar dirinya sampai ke daerah Filistin. Maka masuklah Daud bersama dengan isteri, anak-anaknya, dan keenam ratus prajuritnya ke kota Gat, kota di wilayah Filistin yang dipimpin oleh raja Akhis.

Daud dan semua orangnya, termasuk keluarga dari para prajuritnya diterima raja Akhis untuk menetap di Gat. Namun karena jumlah Daud dan orang-orangnya cukup banyak, maka Daud meminta kepada Akhis untuk diberikan sebuah wilayah khusus di salah satu kota di sana untuk ia tinggali. Maka Akhis memberikan Ziklag kepada Daud. Inilah awal mula mengapa Daud dan orang-orangnya bisa berada di Ziklag. Lamanya Daud tinggal di daerah orang Filistin tersebut adalah satu tahun empat bulan. Setelah diberitahukan kepada Saul, bahwa Daud telah melarikan diri ke Gat, maka iapun tidak lagi mencarinya.

Meskipun tampaknya Daud mengabdi pada Akhis, raja kota Gat, dimana Daud seolah-olah berperang membela Filistin dengan masuk ke wilayah Israel, namun musuh yang Daud perangi bukanlah orang Israel, melainkan orang-orang wilayah lain seperti Gesur, Girzi, dan Amalek. Hanya saja Daud tidak pernah membawa tawanan, khawatir orang-orang tawanan akan membuka mulut menceritakan hal yang sebenarnya. Daud hanya berpura-pura melawan pihak Israel. Jadi di mata Akhis, Daud seolah-olah berada di pihaknya.

Kehidupan yang dijalani oleh Daud dan orang-orangnya ini adalah bukanlah kehidupan yang nyaman. Bayangkan selama satu tahun empat bulan Daud menutupi banyak hal terhadap raja Akhis. Meskipun Daud tidak berkhianat terhadap bangsanya sendiri, namun ruang gerak Daud menjadi sangat terbatas, banyak kebohongan yang harus ia tutupi. Belum lagi raja-raja Filistin dari wilayah lain mulai menaruh curiga akan gerak gerik Daud.

Kisah Daud yang mengabdi kepada raja Akhis ini biar bagaimanapun telah meninggalkan berbagai komentar pro dan kontra. Ada pihak yang berkata bahwa apa yang dilakukan Daud tidaklah salah, meskipun loyal terhadap raja Akhis, musuh yang dikalahkan adalah bukan bangsanya sendiri. Namun bisa ada pihak yang berkata bahwa apabila Daud memang seorang yang berdiri di atas kebenaran, mengapa ia sampai mengabdi pada musuhnya bangsa Israel dan berpura-pura setia demi menghindari diri dari kejaran Saul. Ada “conflict of interest” dalam diri Daud. Di satu sisi Daud seperti melakukan kehendak Tuhan, namun di sisi yang lain ia berada di pihak musuh.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Bahwa cara hidup yang dijalani oleh orang percaya harus tetap terang benderang tanpa ada yang harus ditutup-tutupi atau dalam arti kata lain tidak ada kebohongan yang seolah-olah tidak boleh diketahui oleh orang lain. Karena makna kebohongan yang dimaksud pesan ini bukan tentang sekedar berkata-kata dusta, namun tentang menutupi sesuatu yang seharusnya ditelanjangi. Gaya hidup orang percaya seperti “kisah Daud di Gat” ini pastinya akan terus menimbulkan pro dan kontra, dimana pihak yang berbuat merasa apa yang dilakukan adalah benar, sedangkan di sisi lain ada pihak yang menyangsikannya.

Beberapa hal yang perlu kita pahami untuk mengatasi kebohongan baik yang disadari ataupun tidak disadari, beberapa di antaranya adalah:

(1). Bersedia untuk memeriksa ulang bagian-bagian yang masih menimbulkan “pro dan kontra” dan menyandingkannya dengan kebenaran

1 Samuel 27:11 Daud tidak membiarkan hidup seorang pun, baik laki-laki maupun perempuan, untuk dibawa ke Gat, sebab pikirnya: “Jangan-jangan mereka mengabarkan tentang kami, dengan berkata: Beginilah dilakukan Daud.” Itulah kebiasaannya, selama ia tinggal di daerah orang Filistin.

Makna sebuah kebohongan adalah bukan hanya tentang seseorang berkata dusta, namun salah satunya adalah tentang melakukan suatu tindakan untuk menutupi bagian yang buruk supaya bagian yang buruk terlihat baik. Itulah yang dilakukan Daud pada waktu itu. Adalah benar apabila ia berperang melawan orang Gesur, orang Girzi, dan orang Amalek yang memang adalah musuh dari bangsa Israel, namun motivasi Daud melakukannya adalah untuk menutupi agar jangan sampai rahasia Daud terbongkar. Karena selama itu di mata raja Akhis Daud seolah-olah sedang melawan bangsanya sendiri.

Cukup lama Daud melakukan tindakan untuk menutupi motivasinya. Waktu satu tahun empat bulan bukanlah waktu yang sebentar untuk Daud melakukan peran yang penuh dengan hal yang tidak terbuka ini. Perbuatan ini merupakan kategori yang akan terus menimbulkan “pro dan kontra.” Bukan hanya “pro dan kontra” di kalangan umat Israel dan Filistin ataupun Filistin dengan sesama Filistin, namun juga “pro dan kontra” di hati Daud sendiri.

Sekiranya ada bagian-bagian yang masuk wilayah “pro dan kontra” di dalam kehidupan kita, artinya ada wilayah yang kita tahu bahwa ada sesuatu yang tidak beres sedang terjadi, namun kita berkata bahwa hal itu tidaklah apa-apa karena tidak ada yang tahu, namun di satu sisi kita merasa hal ini tidak boleh didiamkan begitu saja. Pertentangan ini bisa terjadi di dalam diri kita, namun bisa juga terjadi antar sesama pasangan hidup. Itulah sebabnya, perlu ambil waktu untuk mendiskusikannya secara serius. Perlu waktu untuk bersedia menyandingkannya dengan apa kata firman Tuhan tentang hal tersebut. Dan sebaiknya orang yang sedang mengalaminya perlu melibatkan orang lain yang netral dan sehat rohaninya untuk dimintakan pendapatnya.

(2). Bersedia untuk menelanjangi kegelapan. Jangan biarkan musuh merasa puas dengan tindakan kita.

1 Samuel 27:12 Tetapi Akhis mempercayai Daud, sebab pikirnya: “Tentulah ia telah membuat diri dibenci di antara orang Israel, bangsanya; ia akan menjadi hambaku sampai selamanya.”

Makna kebohongan bukan sekedar tentang melakukan suatu tindakan untuk menutupi bagian yang buruk supaya bagian yang buruk terlihat baik, namun kebohongan juga bermakna tidak melakukan apa-apa ketika terjadi pekerjaan kegelapan di depan mata kita sebagai orang percaya, bahkan tanpa disadati telah ikut ambil bagian di dalamnya. Sehingga pihak yang akhirnya puas dengan tindakan kita adalah si musuh.

Itulah yang sempat terjadi pada Daud. Akibat tindakan yang dilakukan Daud, pihak Filistin merasa puas. Bahkan raja Akhis berkata kalau Daud bakal jadi hambanya sampai selamanya. Dosa itu terjadi bukan saja pada waktu seseorang melakukan kejahatan melalui tindakan aktif, namun dosa juga terjadi ketika seseorang membiarkan kejahatan berlangsung begitu saja di depan matanya tanpa mencoba menghentikannya. Maka orang tersebut akan terkena “pasal” ikut ambil bagian dalam tindak kejahatan tersebut.

Rasul Paulus sudah mengatakannya di dalam surat Efesus 5:11 (tentang hiduplah sebagai anak-anak terang), yaitu Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu. Ini tidak ada hubungannya dengan karakter kita apakah kita termasuk orang yang suka berkonfrontasi ataupun yang tidak suka berkonfrontasi. Pada saat kita sudah menjadi anak-anak terang, maka selayaknya bagian kita adalah menelanjangi perbuatan kegelapan tersebut terlepas apakah si kegelapan suka atau tidak.

Mari jemaat Tuhan, Tuhan sedang terus membawa kita semakin merdeka dari segala hal yang tidak berkenan. Menjalani hidup yang masih memiliki “pro dan kontra” memang bukanlah hal mudah untuk dijalani. Yang dibutuhkan adalah keputusan demi keputusan yang benar dan kerendahan hati untuk mau mengakuinya, sehingga kemenangan demi kemenangan dapat terus diraih.

Tuhan Yesus memberkati!

Merdeka dari Hidup dalam Kebohongan (Pesan Gembala, 10 Maret 2024)

| Warta Jemaat |
About The Author
-