Jangan Menjadi Orang yang Bodoh! (Don’t Be Foolish!) (Pesan Gembala, 17 Maret 2024)

JANGAN MENJADI ORANG YANG BODOH! (DON’T BE FOOLISH!)

Efesus 5:17 Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.

Kata “bodoh” atau “tolol” adalah kata yang umum dan biasa digunakan orang-orang kepada pribadi yang dianggap lambat menangkap, pribadi yang sulit mengerti meskipun sudah dijelaskan, mereka yang memiliki prestasi akademis yang rendah, dan sebagainya.

Orang tua umumnya akan memeringatkan anak-anaknya untuk tidak menggunakan kata-kata tersebut untuk ditujukan kepada sesama di dalam berbagai percakapan. Selain kata-kata tersebut dianggap kurang pantas, ada pula ayat-ayat dalam Alkitab seperti misalnya di kitab Amsal yang mengatakan bahwa perkataan kita mengandung kuasa, dimana barangsiapa suka menggemakannya maka ia akan memakan buahnya. Menggemakan kata-kata yang kurang pantas, maka orang tersebut akan memakan buahnya.

Namun menariknya, Alkitab sampai tidak ada kata lain yang lebih tepat untuk menggambarkan suatu situasi, ide, atau kondisi dari diri seseorang yang enggan menangkap kehendak Allah, orang yang berjalan dengan keinginannya sendiri, orang-orang yang membenci koreksi, orang yang enggan menangkap apa yang Tuhan telah katakan, para penyembah berhala, orang yang enggan menunggu waktu Tuhan, orang yang cepat naik darah, dan berbagai kondisi lainnya selain menggunakan kata “bodoh” dan “tolol” tadi.

Ketika Tuhan ingin menyampaikan maksudnya, Ia benar-benar mengatakan apa yang Ia maksudkan. Jika seorang percaya berada dalam kategori-kategori di atas tadi, maka Tuhan tidak segan-segan mengatakan bahwa orang tersebut itu bodoh. Hal yang sama, apabila kita sebagai orang percaya bertindak sama seperti orang-orang dengan kategori-kategori tersebut maka Tuhanpun akan mengatakan hal serupa. Bukan manusia yang mengatakannya, namun Tuhan sendiri yang akan menyebutnya bodoh atau dungu. Jadi betapa ini merupakan suatu peringatan yang tidak main-main dari Tuhan.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Ketika Tuhan sampai perlu menggunakan kata “Jangan bodoh!” untuk pesan-Nya ini kepada kita umat-Nya, artinya ada teguran serius agar jangan sampai kita melakukan “kebodohan-kebodohan” yang tidak sepatutnya kita lakukan. Atau barangkali mungkin juga sudah melakukannya dan sedang menuai hasil dari kebodohan yang dilakukan. Atau bisa saja kita saat ini sedang melakukan hal-hal yang bodoh di mata Tuhan dan Tuhan ingin kita berhenti melakukannya. Karena setiap kebodohan yang dilakukan pasti akan menuai konsekuensinya.

Namun jangan kita juga terlalu lama tertegun dari keterkejutan kita terhadap teguran tentang “jangan menjadi bodoh” ini, namun mari kita bersegera untuk mengkoreksi diri kita agar berhenti dari tindakan-tindakan yang masuk ke dalam kategori kebodohan yang dimaksud. Memang ada kebodohan yang disadari dan ada yang tidak disadari, namun ingat ada juga perilaku yang disebut “masa bodoh”, yaitu orang yang sudah tahu bahwa tindakan yang dilakukan adalah tindakan bodoh, keliru atau blunder, namun tetap melakukannya.

Surat Efesus 5:16 ini menyatakan bahwa hari-hari ini adalah hari yang jahat. Hal ini berarti pada masa kedatangan Tuhan yang semakin dekat ini iblis bekerja dengan geramnya yang dahsyat karena tahu bahwa waktunya sudah sangat singkat. Berbagai bujuk rayu dan tipu muslihat akan dilakukan sedemikian rupa untuk menjatuhkan orang-orang percaya yang “bodoh.”

“Orang bodoh” yang seperti apa yang dimaksud dengan pesan Tuhan ini yang harus kita koreksi?

(1). Orang yang tidak menggunakan waktu dengan baik

Efesus 5:16 dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.

Ada seseorang yang mencoba membuat catatan tentang bagaimana ia mempergunakan waktu untuk mengisi hidupnya selama 70 tahun. Setelah dihitung maka ia mendapatkan angka-angka sebagai berikut: tidur 23 tahun (32,9%), bekerja 16 tahun (22,8%), doa dan beribadah 0,5 tahun (0,7%), nonton TV 8 tahun (11,4%), makan 6 tahun (8,6%), bepergian 6 tahun (8,6%), bersantai 4,5 tahun (6,5%), sakit 4 tahun (5,7%), berpakaian 2 tahun (2,8%). Betapa menyedihkan karena porsi yang diberikan untuk Tuhan hanya sedikit sekali.

Kitapun dapat membuat catatan tentang kehidupan kita dalam rentang waktu 1 minggu, 1 bulan, atau 1 tahun mengenai aktifitas yang kita lakukan. Hitungan catatan waktu tersebut paling tidak akan menjadi cermin bagaimana kita menjalani waktu yang Tuhan karuniakan dalam hidup kita.

Jangan sampai kita terkejut ketika menyadari betapa banyaknya waktu yang telah kita sia-siakan untuk hal-hal yang tidak berguna atau untuk hal-hal yang sifatnya duniawi, sedangkan porsi untuk hal-hal yang sifatnya rohani bagi pekerjaan Tuhan mungkin begitu sedikit. Orang percaya yang benar-benar menggunakan waktu dalam hidupnya dengan baik akan “mengusahakan untuk mengerti kehendak Tuhan.” Apa maksudnya “mengerti  kehendak Tuhan”? Mengerti di sini berarti memiliki tujuan hidup yang selaras dengan apa yang diinginkan Tuhan. Dan untuk mengerti kehendak Tuhan tersebut, maka suka atau tidak, kita harus memberi waktu yang cukup untuk Tuhan dengan duduk diam di kaki Tuhan untuk mengenal isi hati-Nya. Ingat, apa yang dikatakan Yesus tentang Maria yang duduk dekat kaki-Nya? Maria telah mengambil bagian yang terbaik.

(2). Orang yang tidak menyadari masa yang sedang berlangsung (senseless/tidak peka)

Efesus 5:15-16 (15)  Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, (16) dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. 

Kita dipanggil untuk melakukan apa yang Tuhan kehendaki, bukan semata-mata melakukan hal-hal bagi diri kita saja. Tuhan mau kita menyadari masa apa yang sedang berlangsung saat ini, dan apa saja yang telah kita perhatikan selama ini. Tuhan melalui pesan-Nya ini hendak mengingatkan bahwa ada begitu banyak orang-orang yang mengalami “kebutaan” hari-hari ini. Tidakkah kita memerhatikannya? Tuhan tidak mau kita menjadi orang yang bodoh (Yun. Aphrone) yang bermakna senseless atau tidak peka.

Setiap kita dipanggil untuk melakukan pekerjaan Tuhan untuk turut mencelikkan kebutaan yang terjadi dalam kehidupan kita, keluarga kita, gereja kita, masyarakat dan dunia dimana kita berada. Di sekeliling kita ada banyak “penyakit kebutaan” (yang tidak kalah berbahayanya dari penyakit jasmani yang kita kenal hari-hari ini) sedang merajalela sehingga tidak dapat mengenal Tuhan dan kehendak-Nya dengan baik dan benar.

Beberapa penyakit kebutaan yang banyak terjadi di antaranya adalah “Penyakit buta nilai.” Nilai-nilai Kerajaan atau Kingdom Values seperti kasih, pengorbanan, kesetiaan, kemurahan hati, kuasa, dan sebagainya sudah menjadi barang langka. Lalu ada yang disebut “Penyakit buta sosial.” Tidak pekanya lagi seseorang terhadap problem yang sedang dialami. Merasa baik-baik saja, di saat hubungan sedang tidak baik-baik saja atau tidak berusaha untuk memerbaikinya. Selanjutnya adalah “Penyakit buta spiritual.” Hal-hal spiritual seperti doa, ibadah, persekutuan sudah tidak lagi dipedulikan. Lalu ada yang disebut “Penyakit buta jati diri,” dan “Penyakit buta ilahi.” Inilah ciri “penyakit-penyakit” yang jangan sampai diderita oleh orang percaya yang termasuk dalam kategori kebodohan.

Mari jemaat Tuhan, kebodohan bukanlah suatu “penyakit” yang tidak dapat disembuhkan. Kebodohan hanyalah suatu keputusan salah yang dilakukan terus-menerus oleh orang percaya. Apabila kebodahan hanyalah suatu keputusan, maka cara untuk mengatasinya adalah dengan membuat keputusan yang tepat dan benar setiap waktu. Itulah sebabnya, kita butuh berjalan senantiasa dalam pengurapan Kristus dan kuasa firman-Nya yang adalah pelita.

Tuhan Yesus memberkati!

Jangan Menjadi Orang yang Bodoh! (Don’t Be Foolish!) (Pesan Gembala, 17 Maret 2024)

| Warta Jemaat |
About The Author
-