Menjadi Pemercaya yang Tangguh (Pesan Gembala, 6 November 2022)

MENJADI PEMERCAYA YANG TANGGUH

Daniel 3:17-18 (17) Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; (18) tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.”

Perkataan yang luar biasa ini diucapkan oleh Sadrakh, Mesakh, dan Abednego kepada raja Nebukadnezar. Siapakah Sadrakh, Mesakh, dan Abednego Ini? Bersama dengan Daniel, mereka semua ini adalah “anak-anak muda warga Yahudi buangan” yang pada waktu itu beserta sebagian besar orang Yahudi lainnya turut dibuang ke kerajaan Babel. Mereka adalah orang-orang pilihan yang terpilih yang dapat bekerja di lingkungan Kerajaan Babel. Jabatan mereka tidak rendah. Tanggung jawab mereka adalah kepada raja Nabukadnezar.

Peristiwa di atas tadi terjadi saat tiga orang muda tadi tidak mau menyembah patung yang dibuat raja Nebukadnezar. Padahal, saat itu mereka telah mendapat kepercayaan raja yaitu dengan diserahkannya pemerintahan atas wilayah Babel kepada mereka. Artinya, mereka diberi kekuasaaan penuh untuk menjalankan pemerintahan di wilayah tersebut.
Pada waktu itu raja Nebukadnezar membuat sebuah patung emas yang tingginya enam puluh hasta yang didirikannya di dataran Dura di wilayah Babel. Lalu raja menyuruh mengumpulkan para wakil raja, para penguasa, para bupati, para penasihat negara, para bendahara, para hakim, para ahli hukum dan semua kepala daerah, untuk menghadiri pentahbisan patung yang telah didirikannya itu. Aturannya begini, ketika diperdengarkan bunyi sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian, maka haruslah semua orang sujud menyembah patung itu; bagi siapa yang tidak sujud menyembah, akan dicampakkan seketika itu juga ke dalam perapian yang menyala-nyala!”

Dan terjadilah, ketika diperdengarkan bunyi sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus, dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian, semua orang sujud menyembah kepada patung itu kecuali Sadrakh, Mesakh, dan Abednego. Hal ini sangatlah membuat hati raja Nebukadnezar marah dan geram. Dipanggilah Sadrakh, Mesakh, dan Abednego, kepada mereka diberikan kesempatan sekali lagi. Jika semua peralatan musik dibunyikan lagi haruslah mereka sujud menyembah kepada patung tersebut atau jika tidak mereka akan dilempar ke dapur api.

Dan lagi-lagi, Sadrakh, Mesakh, dan Abednego tetap tidak mau sujud kepada patung raja. Dan dilempar ke dapur api merupakan pilihan yang tidak dapat dielakkan. Mereka berkata kepada raja bahwa Tuhan mereka akan tolong mereka, namun apabila Tuhan mereka tidak menolongnya, merekapun tetap tidak akan sujud menyembah patung tersebut. Ini luar biasa sekali. Inilah contoh pribadi-pribadi yang tangguh dimana mereka tidak mudah menyerah kepada keadaan.

Yang dimaksud dengan pribadi yang tangguh (Ing. tough) adalah pribadi yang tidak cengeng, pribadi yang tidak gampang menyerah oleh berbagai keadaan bahkan ketika berada dengan keadaan yang buruk dan menyakitkan sekalipun (able to endure hardship and pain). Dan Makna ketangguhan ini bukan semata-mata tangguh secara fisik saja, melainkan juga tangguh dalam iman. Tidak mudah kecewa, tidak mudah terluka sekalipun diperhadapkan dengan berbagai persoalan, dan tetap kuat ketika berada di lingkungan yang tidak ramah sekalipun, sambil tetap setia terhadap Tuhan dan terhadap apa yang Ia percayakan.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di hari-hari ke depan, namun melalui pesan-Nya ini Tuhan mau kita menjadi pemercaya-pemercaya yang tangguh. Apabila memilih menjadi pemercaya-pemercaya yang biasa, maka kita akan menjadi orang-orang yang mudah sekali dikalahkan oleh berbagai situasi. Keadaan ke depan tidak semakin menjadi lebih baik. Membayangkan peristiwa Sadrakh, Mesakh, dan Abednego, seandainya kita berada di posisi mereka pada waktu itu, akankah kita dapat mengambil sikap yang sama?

Tidak sedikit orang-orang percaya kerap menunjukkan sikap yang terlalu mudah untuk menyerah kepada hal-hal yang sepele. Daya juang untuk tetap teguh berdiri memertahankan prinsip kebenaran mudah menjadi melemah oleh berbagai situasi, namun mencoba membungkusnya dengan alasan-alasan yang terkesan rohani. Mudah berkompromi untuk hal-hal yang menguntungkan diri sendiri. Melalui pesan-Nya ini, Tuhan menekankan pentingnya menjadi pribadi yang tidak mudah “terbeli” oleh hal-hal yang bukan dari Tuhan.

Kembali kepada peristiwa Sadrakh, Mesakh, dan Abednego di atas. Apa yang membuat mereka menjadi pribadi-pribadi yang tangguh di dalam Tuhan? Ternyata ada hal-hal yang telah mereka bangun jauh sebelumnya. Tidak ada pribadi yang menjadi tangguh pribadinya yang terbentuk hanya dalam waktu semalam.

Memiliki kehidupan yang di atas rata-rata

Dan. 1:4 yakni orang-orang muda yang tidak ada sesuatu cela, yang berperawakan baik, yang memahami berbagai-bagai hikmat, berpengetahuan banyak dan yang mempunyai pengertian tentang ilmu, yakni orang-orang yang cakap untuk bekerja dalam istana raja, supaya mereka diajarkan tulisan dan bahasa orang Kasdim.

Inilah awal perekrutan mereka. Mereka adalah orang-orang hasil seleksi yang ketat. Kriteria yang disebutkan ini adalah kriteria yang ditetapkan oleh raja Nebukadnezar dalam rangka merekrut para anak muda untuk dipekerjakan di istana raja. Jelas disini terlihat bahwa raja Babel sendiri tidak akan memerkerjakan orang-orang yang sembarangan. Sebetulnya perekrutan itu untuk memilih yang terbaik di antara yang terbaik. Raja memilih the best of the best di antara orang-orang Yahudi yang dibuang ke Babel.

Dari sekian banyak orang-orang muda yang diseleksi, muncullah nama-nama seperti Daniel, Hananya, Misael, dan Azarya. Mereka adalah orang-orang yang luar biasa dalam hal moral, tampilan fisik, hikmat dan pengetahuan, kecakapan dan bahasa. Namun ternyata mereka bukanlah sekedar anak-anak muda yang hanya memiliki kelebihan-kelebihan dalam sisi tampilan luar saja, namun ternyata mereka adalah orang-orang yang takut akan Tuhan. Dan hal-hal inilah yang membuat mereka mampu tampil sebagai orang-orang yang menonjol dan menarik perhatian raja.

Mereka kemudian hidup dan mengabdi beserta kawan-kawannya di sebuah kerajaan Babel yang dipimpin oleh raja Nebukadnezar, dimana semua orang harus tunduk kepada peraturan yang diberlakukan oleh raja disana. Sangat tidak mudah bagi Daniel dan kawan-kawannya, namun mereka sanggup tampil menjadi terang. Babel mencoba menetapkan kepercayaannya kepada mereka (mengganti prinsip iman). Babel mencoba memasukkan pikiran-pikiran dunia, sehingga membuat orang bertindak menurut ukuran dan apa yang dikagumi dunia (merubah prinsip pola berpikir). Dan Babel mencoba mengganti identitas Tuhan di dalam nama mereka menjadi identitas dewa Babel ke dalam nama mereka (mengganti prinsip identitas). Namun tidak satupun yang dapat mengubah pribadi mereka sebagai orang-orang percaya yang kuat di dalam Tuhan.

Mari jemaat Tuhan, komitmen dan ketetapan hati yang mereka miliki dan keterhubungan kepada Tuhan yang mereka bangun hari lepas harilah yang tanpa disadari telah membentuk mereka menjadi pribadi-pribadi yang tangguh di dalam Tuhan. Hari-hari ini tantangan di dalam kehidupan tidak menjadi semakin mudah. Tawaran demi tawaran dunia begitu menggoda. Hanya pemercaya-pemercaya yang tangguhlah yang akan keluar sebagai pemenang.

Tuhan Yesus memberkati!

Menjadi Pemercaya yang Tangguh (Pesan Gembala, 6 November 2022)

| Warta Jemaat |
About The Author
-