Melompati Tembok Bersama Tuhan (Pesan Gembala, 13 Oktober 2022)

MELOMPATI TEMBOK BERSAMA TUHAN

Mazmur 18:30 Karena dengan Engkau aku berani menghadapi gerombolan, dan dengan Allahku aku berani melompati tembok.

Di dalamnya Mazmur ini diceritakan bagaimana Daud merefleksikan perjalanan hidupnya bersama Tuhan dan bagaimana Tuhan melepaskan dia dari cengkeraman semua musuhnya seperti Goliat, orang-orang Filistin, bangsa-bangsa lain, dan juga dari tangan Saul. Setelah Daud memperoleh semua kemenangan-kemenangan tersebut ia memberikan sebuah kidung pujian tentang kemenangan dimana di dalamnya diceritakan tentang kedahsyatan dan kebaikan Tuhan.

Di dalam menggambarkan kekuatan Tuhannya, Daud tidak segan-segan menggunakan banyak sekali metafora tentang Tuhan, sebab satu ungkapan saja tidak cukup melukiskan kekuatan dan keperkasaan Tuhannya. Dalam Mazmur 18:3 Daud sehingga ia memanggil Tuhannya ke dalam berbagai nama julukan yang dahsyat, seperti “bukit batuku”, “kubu pertahananku”, “penyelamatku”, “perisaiku”, “tanduk keselamatanku”, “kota bentengku”, dan sebagainya. Bukti bahwa Tuhan memiliki berbagai cara dalam memelihara umat-Nya.

Dalam memelajari kitab Mazmur, alangkah baiknya apabila kita memahami terlebih dahulu pokok-pokok yang terdapat pada kitab Mazmur 18 ini. Seperti biasa, temukan dahulu penggalan-penggalan yang terdapat dalam satu pasal ini, supaya kita mudah membacanya. Kalau tidak demikian, maka kadang kita menemukan kesulitan di dalam memahaminya satu perikop ini.

Minimal ada 5 pokok penggalan dalam Mazmur 18 ini. Yang pertama, relationship antara pemazmur dengan Tuhan (ayat 1-4). Yang kedua, seruan pertolongan kepada Tuhan di saat pertolongan sepertinya terlihat tidak kunjung tiba (5-7). Yang ketiga, ketika Tuhan kita yang dahsyat menjadi murka, Ia melepaskan kekuatan super-Nya (when our Supergod gets angry, He unleashes His superpowers) (8-20). Yang keempat, dasar atau ketetapan Tuhan mengapa Ia memberi perlakukan yang berbeda antara orang benar dengan orang fasik (21-28). Ini adalah bagian yang sebetulnya terdapat penjelasan Tuhan mengapa Ia memberikan perlakuan yang berbeda kepada yang satu terhadap yang lain. Padahal dua-duanya orang percaya. Yang kelima, tindakan lanjutan yang Tuhan akan lakukan kepada pemazmur dalam hal ini pribadi yang Tuhan pandang benar (29-30).

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Seperti nyata dari pesan-Nya kepada kita yang diambil dari ayat 30 bahwa “dengan Allahku aku berani melompati tembok” jelas ini merupakan kabar gembira buat kita. Bahwa sekiranya ada dari antara kita yang selama ini berada di dalam pergumulan dimana ada “tembok” tebal yang selama ini menghalangi, maka melalui pesan-Nya ini Tuhan katakan “bersama dengan Tuhan, kita dapat melewati tembok”(NKJV.: …by my God I can leap over a wall). Tembok tersebut akan kita lewati. Bukan temboknya akan dirobohkan, tetapi kitanya yang akan melewati di atasnya (Ing.: leap over).

Berbicara tentang “tembok” tentunya ini bukan makna literal tembok sungguhan, namun suatu makna kiasan. Namun yang pasti, tembok di sini berbicara tentang sesuatu yang kokoh dan kuat menghalangi. Apa yang selama ini menghalangi kita? Problema yang selama ini bolak balik mentoknya di situ. Rasanya hidup begitu terbatas, belum terjadi suatu terobosan seperti yang Tuhan kehendaki.

Apa yang harus kita lakukan agar kita dapat melewatinya? Beberapa di antaranya adalah:

(1). Ambil keputusan untuk sungguh-sungguh berjalan bersama Tuhan dan dalam kebenaran-Nya

Mazmur 18:30 Karena dengan Engkau aku berani menghadapi gerombolan, dan dengan Allahku aku berani melompati tembok.

Mengapa kita harus sungguh-sungguh mengambil keputusan untuk sungguh-sungguh berjalan bersama Tuhan dan dalam kebenaran-Nya? Banyak orang percaya selalu merasa sedang berjalan bersama Tuhan. Namun apakah benar demikian? Pertama-tama perhatikan dulu kata “Karena” (Ibr. Kee). Kata tersebut berarti ‘hanya karena’, ‘hanya jika’, ‘tidak dapat diragukan lagi’ (doubtless). Artinya, tidak dapat diragukan lagi bahwa hanya dengan berjalan bersama Tuhan kita baru dapat melompati tembok. Jadi kunci agar dapat melompati tembok adalah “harus melangkah dengan Tuhan.” Dua pihak harus berada dalam satu kesepakatan (Amos 3:3).

Di dalam penggalan yang keempat, yaitu ayat 21-28 kita akan mendapati dasar atau ketetapan Tuhan mengapa Ia memberi perlakukan yang berbeda antara orang benar dengan orang fasik. Ini adalah bagian yang menjelaskan mengapa Tuhan memberikan perlakuan yang berbeda satu terhadap yang lain. Padahal dua-duanya orang percaya. Ingat, fasik itu bukan orang yang belum percaya Tuhan. Orang fasik itu orang percaya namun tidak melakukan kebenaran firman, melainkan kebenaran sendiri. Orang yang melakukan kebenarannya sendiri tidak dapat berjalan bersama Tuhan.
Maz. 18:27 terhadap orang yang suci Engkau berlaku suci, tetapi terhadap orang yang bengkok Engkau berlaku belat-belit.

Di ayat ke 1 di bagian introduksi, di situ jelas disebutkan Mazmur ini adalah nyanyian syukur Daud kepada Tuhan atas kelepasan yang Tuhan berikan kepada Daud dari musuh-musuhnya dan dari tangan Saul. Tertulis ada nama Saul. Siapa Saul? Sama-sama orang percaya dalam Tuhan. Sama-sama berdoa kepada Tuhan yang sama dengan Tuhannya Daud. Namun kedua tersebut mengalami perlakuan yang berbeda. Bedanya dimana? Yang satu berjalan di atas kebenaran Tuhan, yang satunya di atas kebenaran sendiri. Saul seorang yang bengkok hati dan banyak berdalih. Ia tidak pernah merasa bersalah atas dosa yang dilakukan. Ia hanya bisa memersalahkan orang lain atas kesalahan yang ia telah lakukan.

(2). Ambil keputusan untuk meningkatkan diri, karena semakin seseorang meningkat, tembok akan semakin mudah untuk dilewati.

Mazmur 18:30 Karena dengan Engkau aku berani menghadapi gerombolan, dan dengan Allahku aku berani melompati tembok.

Salah satu makna lain yang menarik dari “melompati tembok” (Ing.: leap over the wall) adalah perluasan wilayah. Mirip dengan makna yang terdapat pada kitab Yesaya 54 tentang meluaskan tempat kemah. Di balik tembok yang tebal, terbentang wilayah baru yang mungkin belum pernah kita masuki. Ini berbicara tentang pentingnya memiliki kerinduan untuk meningkatkan diri atau meng’up-grade’ diri. Yesaya 59 juga berbicara hal yang sama. Bahwa ketika musuh datang seperti banjir, Roh Tuhan akan menetapkan suatu standard untuk melawannya. Artinya, ketika tantangan datang menghadang, inilah saatnya untuk bangkit menaikkan standar kita ke standarnya Tuhan.

Apabila Yusuf tidak menetapkan suatu standar kebenaran Tuhan pada waktu ia digoda isteri Potifar, maka Yusuf hanya akan tetap tinggal di rumah Potifar. Mungkin ia akan disayang oleh isteri Potifar, namun tidak pernah sampai ke tujuan Tuhan. Tetapi karena Yusuf berani menetapkan suatu standar kebenaran firman yang jauh lebih tinggi dari hukum manapun, misalnya ketika ia dengan berani menolak tidur pada wanita yang bukan isterinya, maka hal-hal itulah yang akhirnya suatu hari membawa Yusuf menjadi orang nomor dua di Mesir.

Mari jemaat Tuhan, melalui pesan-Nya ini Tuhan sebetulnya sedang memberitahukan kita bahwa ada sesuatu yang indah di balik tembok yang selama ini mungkin menghalangi. Bagian kita adalah ambil keputusan untuk berjalan bersama Tuhan dalam kebenaran-Nya, bukan dalam kebenaran kita. Ambil keputusan untuk terus meng’up-grade’ diri kita hari lepas hari. Semakin kita meningkat di dalam Tuhan, maka akan semakin mudah tembok itu dilewati. Sebaliknya, ketika kita memutuskan untuk tidak mau melakukan perubahan apa-apa, maka sesungguhnya kita sudah memutuskan untuk tidak mau mengalami apa-apa lagi di dalam Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati!

Melompati Tembok Bersama Tuhan (Pesan Gembala, 13 Oktober 2022)

| Warta Jemaat |
About The Author
-