Mendengar atau Mendengarkan? (Pesan Gembala, 28 Februari 2021)

MENDENGAR ATAU MENDENGARKAN?

Yesaya 50:4 Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid.

Allah menegur Israel yang mengeluh dan kerap
memersalahkan Allah atas penderitaan mereka di pembuangan. Hukuman Allah atas mereka terjadi karena mereka tidak mau taat kepada-Nya sebagai hamba Allah yang diutus untuk melaksanakan kehendak-Nya. Mereka dianggap sebagai hamba Allah yang bandel.

Kontras sekali dengan hamba yang dinyanyikan dalam nas ini. Di sini, hamba Allah rela menjadi murid yang taat kepada Allah. Setiap hari ia duduk di “bangku sekolah” milik Tuhan untuk berguru pada-Nya. Telinganya disendengkan untuk mendengar segala pengajaran sang Guru (ayat 5). Setiap pagi, menandai persekutuan yang terus-menerus dengan sang Bapa.

Dikaruniai “lidah seorang murid” berarti “diajar untuk mengatakan apa yang didengar dari Tuhan”. Dengan demikian dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Sebab itu setiap pagi Tuhan membukakan dan menajamkan pendengaran-Nya. Lidah seorang murid, berbicara seperti orang yang telah menerima pesan Allah untuk menghibur orang-orang yang berbeban. Lidahnya tidak putus-putus memperkatakan kebenaran Tuhan agar dapat menguatkan hati yang lemah dan semangat yang pudar.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Tuhan ingin setiap kita, bersikap bagaikan seorang pelayan Tuhan/hamba Tuhan, yang menjadikan lidahnya sebagai “lidah seorang murid”. Artinya lidah seorang yang sudah diajar, yaitu yang dikendalikan sehingga bermanfaat. Tidak sedikit orang percaya yang kegunaannya menjadi sangat berkurang karena lidah yang tidak dikekang. Entah karena kata-kata yang lemah dan sembarangan, sehingga tidak membangun siapapun yang mendengarnya.

Salah satu ukuran kedewasaan atau kematangan rohani seseorang adalah apa yang dikeluarkan dari mulutnya. Murid Tuhan yang dewasa pastilah berkata-kata sekualitas kata-kata yang bersumber pada Tuhannya. Dan semua itu diawali dengan kerinduan untuk mau mendengarkan dan menyimak apa yang sang Guru ajarkan.

Beberapa prinsip yang perlu kita pahami berkaitan dengan pesan Tuhan ini, di antaranya adalah:

(1). Mendengarkan adalah awal dari sebuah ketaatan

Yes. 50:4b …Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid.

Keterampilan mendengarkan merupakan salah satu keterampilan yang wajib dimiliki oleh setiap orang untuk mencapai komunikasi yang efektif. Tapi ternyata keterampilan mendengarkan ternyata bukan hal yang mudah di dunia yang semakin maju saat ini. Perkembangan teknologi yang berkembang kian pesat semakin meminimalisir interaksi sosial dalam lingkungan masyarakat yang sesungguhnya.

Di lingkungan umum ada begitu banyak orang yang mampu mendengar, tapi begitu sedikit orang yang memiliki kemampuan untuk mendengarkan. Bahkan cenderung orang lebih menyukai untuk didengarkan daripada mendengarkan. Mendengar bisa dilakukan sambil lalu, sambil beraktifitas atau sambil melakukan sesuatu. Namun mendengarkan adalah tindakan sadar yang dilakukan oleh seseorang dan merupakan sebuah keputusan untuk mendengar dengan hati. Demikian halnya pada waktu kita datang kepada Tuhan, kita datang dengan kesiapan untuk mendengarkan, memerhatikan dan siap untuk menaatinya.

(2). Mendengarkan dalam keteraturan menghasilkan pengenalan

Yes. 50:4b …Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid.

Yesaya menetapkan sebuah waktu tertentu agar ia dapat semakin tajam di dalam mengenali dan memahami suara Tuhan. Ia memutuskan untuk menyediakan telinganya bagi Tuhan setiap pagi. Umumnya pagi hari adalah waktu yang baik, disamping kondisi tubuh dan jiwa yang segar akan turut membawa kita ke dalam suasana yang mendukung hubungan pribadi dengan Tuhan. Namun di atas semua itu, sama seperti seorang murid yang setiap pagi mendengar pengajaran gurunya, begitu pula kita. Semakin sering berlatih akan semakin tajam pendengarannya.

Samuel kecil ketika pertama kali mendengar suara Tuhan, ia mengira bahwa suara yang memanggil namanya itu adalah suara imam Eli. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa suara yang ia dengar tersebut adalah suara Tuhan yang sesungguhnya ingin menyampaikan suatu pesan kepadanya. Kali yang ketiga Samuel menghampiri imam Eli di kamarnya, tahulah imam Eli bahwa itu adalah suara Tuhan memanggil Samuel. Maka diberitahukanlah kepada Samuel caranya menanggapi suara Tuhan, hingga ia akhirnya menjadi terbiasa mendengarnya.

Mari jemaat Tuhan, melalui pesan ini, Tuhan sedang mengajarkan kepada kita cara kita berkomunikasi yang benar terhadap Tuhan dan sesama. Ada banyak hal yang Tuhan ingin kita menangkap maksud dan isi hati Tuhan. Jangan sia-siakan hal itu.

Tuhan Yesus memberkati!

Mendengar atau Mendengarkan? (Pesan Gembala, 28 Februari 2021)

| Warta Jemaat |
About The Author
-