Kekuatan untuk Menegakkan Kebenaran (Pesan Gembala, 9 April 2023)

KEKUATAN UNTUK MENEGAKKAN KEBENARAN

Bilangan 25:11 “Pinehas, anak Eleazar, anak imam Harun, telah menyurutkan murka-Ku dari pada orang Israel, oleh karena ia begitu giat membela kehormatan-Ku di tengah-tengah mereka, sehingga tidaklah Kuhabisi orang Israel dalam cemburu-Ku.

Ketika bangsa Israel berada di Sitim, mulailah bangsa itu berzinah dengan perempuan-perempuan Moab. Perempuan-perempuan bangsa Moab itu mengajak bangsa Israel menyembah allah mereka dan makan dari korban sembelihannya, membuat bangsa Israel sangat berdosa di hadapan Tuhan. Dalam murka-Nya, Tuhan berfirman kepada Musa untuk menangkap para kepala bangsa Israel dan menggantung mereka di hadapan Tuhan, supaya murka Tuhan yang bernyala-nyala itu surut.

Tanpa disangka-sangka, ketika Musa dan segenap umat Israel sedang bersedih karena orang-orang yang mati digantung itu, tiba-tiba Zimri, seorang pemimpin suku Simeon, membawa seorang perempuan Midian. Ketika hal itu dilihat oleh Pinehas, cucu imam Harun, bangunlah ia mengambil sebuah tombak, mengejar Zimri dan menikam mereka berdua. 

Perbuatan Pinehas yang membela kehormatan Tuhan ini membuat Tuhan menghentikan tulah yang menimpa orang Israel. Bayangkan jumlah orang yang mati karena tulah itu ada dua puluh empat ribu orang banyaknya. Suatu jumlah yang bukan main-main. Artinya, Tuhan serius sekali dengan perkataan-Nya. Tuhan kita adalah Allah yang cemburu, Ia tidak suka anak-anak-Nya melakukan hal-hal yang menyimpang atau jahat di matanya.

Respon Tuhan atas dosa besar yang dilakukan oleh bangsa Israel di Sitim hanya dapat diredakan oleh tindakan Pinehas yang membunuh kedua orang yang tidak menghormati Tuhan. Pinehas bukan hanya menyelamatkan bangsa Israel, tapi juga membuat dirinya dan keturunannya mendapatkan perjanjian keselamatan dari Tuhan, yaitu sebuah perjanjian mengenai keimaman selama-lamanya bagi dia dan bagi keturunannya.

Hari ini, meskipun suasana antara masa lalu dengan masa sekarang sudah sangat berbeda, namun Tuhan yang kita sembah tetap adalah Tuhan yang sama yang tidak berubah. Meskipun sepertinya Tuhan di zaman PL terkesan lebih kejam, Tuhan selalu punya maksud di dalam setiap tindakan-Nya di setiap zaman. Ketegasan Tuhan tetap tidaklah berubah. Ingat pula akan peristiwa Ananias dan Safira di PB. Gereja dan orang percaya di masa kini juga harus memegang perintah Tuhan dan perjanjian kudus-Nya. Jangan sampai kita berbuat hal yang sama seperti umat Israel, melanggar perintah Tuhan dan kekudusan-Nya.

Oleh sebab itu, dicari pribadi-pribadi orang percaya seperti Pinehas yang giat membela kehormatan Tuhan. Jangan disalah pahami bahwa Tuhan itu mesti dibela, maksud membela kehormatan Tuhan adalah pribadi-pribadi yang mau berdiri tegak di atas kebenaran yang Tuhan telah tetapkan tanpa dipengaruhi oleh berbagai situasi dan keadaan.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Bagaikan sebuah kendaraan yang sedang bergerak maju, namun oleh karena suatu sebab menyebabkan kendaraan itu kehilangan kendali, bergerak tanpa tujuan atau arah yang pasti. Dibutuhkan seorang yang cakap dan sigap untuk melakukan sesuatu agar kendaraan tersebut kembali bergerak ke arah yang tepat. Sama seperti yang terjadi pada keadaan bangsa Israel pada waktu di Sitim, ketika banyak orang-orang yang telah melakukan apa yang mereka pandang benar, padahal Tuhan sudah menyatakan bahwa kebenaran adalah kebenaran. Tiba-tiba muncullah Pinehas melakukan tindakan yang membela kehormatan Tuhan.

Dibutuhkan orang-orang percaya yang bertindak seperti Pinehas, yang ‘cepat menyadari’ bahwa ada sesuatu yang terjadi yang tidak selaras dengan kebenaran firman Tuhan, lalu bersegera untuk melakukan suatu tindakan untuk menegakkannya kembali, tidak peduli apa yang dikatakan oleh orang-orang di sekeliling.

Orang percaya yang tahu kebenaran adalah keharusan. Dan itu adalah suatu hal yang baik. Namun menjadi orang percaya yang ‘cepat menyadari’ apabila terjadi sesuatu yang tidak selaras dengan kebenaran, ini merupakan hal yang lain lagi. Sekedar tahu tentang kebenaran itu bisa dipelajari, namun ‘cepat menyadari’ bahwa ada sesuatu yang tidak benar adalah tentang kepekaan atau ketajaman. Dan ini tidak bisa dipelajari, ini diperoleh dari hasil berjalan hari lepas hari bersama Tuhan. Berjalan bersama Tuhan  itu artinya mau mendisiplinkan diri kita untuk berjalan dalam “rel-Nya” Tuhan. Dan “rel-Nya” Tuhan itu berbeda dengan kita punya mau atau kita punya daging. Namun, ketika kita memutuskan untuk mengajar diri kita untuk tunduk pada mau-Nya Tuhan (dan tentu saja terbuka untuk tuntunan Roh Kudus), maka ketajaman itu mulai terbangun.

Beberapa prinsip yang harus kita pahami berkaitan dengan pesan Tuhan ini agar setiap kita menjadi orang percaya yang giat dalam membela kehormatan Tuhan. Beberapa di antaranya adalah:

(1). Menyadari apa yang harus dilakukan karena ada kebenarannya yang memegang kendali hidupnya (bukan hanya status, namun berfungsi).

Bilangan 25:11 “Pinehas, anak Eleazar, anak imam Harun, telah menyurutkan murka-Ku dari pada orang Israel, …

Ayat sebelas dibuka dengan penjelasan tentang status Pinehas. Ia anak dari imam Eleazar, dan Eleazar adalah anak Harun. Jadi dalam arti kata lain, Pinehas adalah cucu Harun, kakak Musa. Artinya kalau bicara keturunan Pinehas ini bukan orang sembarangan. Ia imam, ayahnya imam, kakeknya imam. Kalau bicara jabatan, sangat mentereng sekali. Harun itu tokoh besar setelah Musa. Pertanyaannya, apakah karena jabatannya Pinehas yang adalah  imam dan keturunan imam besar maka ia bisa mengambil tindakan tegas dan benar dalam membela kehormatan Tuhan? Jawabannya bukan karena statusnya!

Artinya, bukan karena status jabatan seseorang maka ia otomatis bisa melakukan tindakan benar. Itu adalah dua hal yang berbeda. Membangun diri untuk berjalan dalam kebenaran itu adalah sesuatu hal yang perlu dilakukan oleh semua orang percaya. Namun status jabatan tidak otomatis membuat seseorang berjalan dalam kebenaran. Jabatan seharusnya membuat seseorang menjadi lebih terpacu lagi untuk membangun dirinya sedemikian rupa sehingga bisa berfungsi benar sesuai statusnya.  Setiap suami otomatis ketika menikah seringkali ia disebut sebagai imam dalam keluarga. Tetapi apakah otomatis ia adalah imam yang berfungsi? Belum tentu. Ia harus membangun dirinya, menangkap panggilannya sebagai imam yang berfungsi benar. Apabila Pinehas berhenti hanya pada status saja, maka belum tentu ia bisa melakukan apa yang benar di mata Tuhan. Karena memang bukan status yang otomatis membuat orang menjadi bisa melakukan, namun kebenaran yang dihidupi.

(2). Menyadari pentingnya memiliki standar yang selaras dengan kebenaran Tuhan

Bilangan 25:11 … oleh karena ia begitu giat membela kehormatan-Ku di tengah-tengah mereka, …

Imam adalah jabatan khusus yang Tuhan berikan untuk menjadi perantara antara Tuhan dengan umat-Nya. Melalui imam Tuhan menyampaikan pesan-Nya dan melalui imam juga umat Tuhan datang membawa persembahan dan membakar korban persembahan kepada Tuhan. Itu adalah gambaran tentang imam di PL. Prinsip yang sama juga masih berlaku sampai hari ini. Kita sebagai umat yang telah ditebus oleh kematian Yesus di kayu salib, dikatakan sebagai imamat yang rajani. 1 Petrus 2 :9 setiap orang percaya adalah imamat yang rajani, bangsa yang terpilih dan kudus, umat kepunyaan Allah sendiri.

Artinya, imam itu memegang kebenaran-Nya Tuhan. Namun kita tinggal di dunia yang mengadopsi “kebenaran-kebenaran” yang lain. Ada kebenaran diri sendiri, ada kebenaran dunia, filsafat-filsafat dunia, nasehat “nenek-nenek tua” yang kedengarannya bijak, dan ada berbagai kebenaran lainnya. Tinggal di tengah kondisi yang sarat dengan “berbagai kebenaran” ini apakah membuat orang-orang percaya sebagai ‘imamat yang rajani’ ini masih tetap memegang kebenaran Tuhan atau mulai berkompromi dengan berbagai “kebenaran-kebenaran” yang ada?

Tuhan telah memberikan “tali pengukur”, yaitu kebenaran Kristus, kepada setiap masing-masing kita sebagai orang percaya untuk melangkah, bersikap dan bertindak sesuai dengan apa yang Tuhan kehendaki.

Mari jemaat Tuhan, alangkah indahnya apabila di dalam keluarga dan rumah tangga masing-masing anggota keluarga menggunakan “tali pengukur” yang sama, sehingga dapat memandang segala sesuatu, memecahkan perkara, dan ‘cepat menyadari’ apabila ada yang salah dengan dengan dasar kebenaran yang Tuhan berikan. Mari kita minta kekuatan Tuhan untuk dapat tampil menegakkan kebenaran yang sejati di tengah dunia yang memiliki beragam “kebenaran” yang berbeda-beda.

Tuhan Yesus memberkati!

Kekuatan untuk Menegakkan Kebenaran (Pesan Gembala, 9 April 2023)

| Warta Jemaat |
About The Author
-