Gigih dan Tidak Kenal Lelah (Pesan Gembala, 16 April 2023)

GIGIH DAN TIDAK KENAL LELAH

Nehemia 6:9 Karena mereka semua mau menakut-nakutkan kami, pikirnya: “Mereka akan membiarkan pekerjaan itu, sehingga tak dapat diselesaikan.” Tetapi aku justru berusaha sekuat tenaga.

Perikop ini dimulai dengan ayat 1 yang mengatakan bahwa tembok Yerusalem akhirnya berdiri. Pembangunan sudah hampir selesai dan hanya tinggal pintu-pintu gerbang saja yang belum dipasang. Sanbalat dan Tobia, pembenci Nehemia yang sejak semula berusaha menggagalkan (Neh. 4:2-3) sekarang menjadi begitu gentar karena ternyata tembok itu dapat berdiri kembali. Sanbalat adalah gubernur Samaria yang sangat membenci keberhasilan Nehemia.

Ada dua kemungkinan mengapa dia membenci pembangunan ini. Yang pertama adalah dia merasa terancam karena kekuasaan Nehemia mungkin akan menyebar ke daerah utara, tempat di mana dia sedang memerintah, yaitu Samaria. Atau alasan kedua adalah dia memang membenci orang-orang Yahudi dan ingin mereka disingkirkan dari tanah Kanaan. Atau mungkin gabungan dari kedua alasan ini. Maka dia mengatur cara untuk membunuh Nehemia karena Nehemialah kunci kesuksesan orang-orang Yahudi sejak kedatangan Nehemia menjadi gubernur Yehuda.

Mereka dari sejak awal sudah mengupayakan berbagai cara untuk menggagalkan pembangunan tembok. Mulai dari mencemooh, menghina, mengintimidasi bangsa Israel yang sedang giat membangun tembok, namun tidak mempan. Kali ini mereka mau menjebak Nehemia untuk menghadiri pertemuan dengan mereka dan dalam pertemuan itu Nehemia akan dibunuh. Empat kali mereka mengajak Nehemia bertemu tetapi Nehemia selalu menolak karena dia sedang berkonsentrasi dalam pembangunan tembok. Kali kelima mereka mulai memberikan ancaman. Mereka menyatakan bahwa pembangunan tembok Yerusalem sebenarnya akan dipandang sebagai usaha pemberontakan oleh bangsa Persia.

Kegagalan untuk mengundang Nehemia tidak membuat mereka berhenti. Strategi berikut yang mereka pakai adalah memakai nabi palsu, yaitu Semaya (ay. 10) untuk bernubuat palsu. Gagal menggunakan cara-cara yang kasar, musuh sekarang menggunakan “cara halus”, yaitu dengan cara yang terlihat rohani. Hati-hati dengan semua tipu muslihat si musuh ini. Semua yang dilakukan adalah strategi untuk menggagalkan Nehemia. Ia sadar dan menolak rencana ini, ia tetap memertahankan diri dari segala godaan untuk tunduk dan takut kepada pengancam-pengancamnya.

Bagian terakhir perikop ini mulai ayat 14-19, adalah tentang doa Nehemia kepada Tuhan. Dia memohon keadilan Tuhan bagi orang-orang yang berusaha membunuhnya dan menggagalkan pekerjaan Tuhan. Ayat 15 ditulis bahwa tembok Yerusalem akhirnya selesai. Musuh-musuh orang Yahudi yang semula menghina usaha ini sekarang menjadi gentar.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Apabila kita memerhatikan pesan Tuhan ini “Gigih dan tidak kenal lelah”, perhatikan bahwa sikap ‘gigih dan tidak kenal lelah’ ini harus dimiliki oleh setiap kita umat Tuhan. Karena jangan kita menjadi terlena karena ternyata pihak musuh pun memiliki “kegigihan dan tidak kenal lelah” dalam usahanya melemahkan dan mengagalkan orang-orang percaya dalam pekerjaan pembangunannya. Sama seperti yang dilakukan Sanbalat dan rekan-rekannya yang tidak kalah gigih berusaha menggagalkan pembangun tembok Yerusalem sekaligus merupakan gambaran dari musuh kita si iblis yang sangat menentang umat Tuhan membangun kehidupan rohaninya. Artinya, apabila kita sebagai orang percaya hari ini tidak memiliki daya juang yang melebihi “daya juang” si musuh, jelas akan menjadi orang percaya yang tidak berdaya dan kalah. Jangan menjadi orang percaya yang “pendek nafasnya”, cepat lelah.

Apa yang dimaksud dengan gigih? Gigih itu menurut KBBI adalah tetap teguh pada pendirian, ulet dalam berusaha, pantang menyerah. Bahasa Inggrisnya adalah persistence. Persisten adalah kata yang berbeda dengan konsisten. Konsisten berarti tidak berubah, sesuai dengan ketetapan atau rencana semula. Sedangkan persisten berarti ulet atau gigih dalam melakukan sesuatu secara berkesinambungan atau terus-menerus.

Kebalikan dari persisten atau gigih adalah mudah menyerah, mudah berputus asa, memiliki daya juang yang rendah, ingin cepat melihat hasil, tidak sabar atau tidak tekun. Dan kurang lebih gambaran orang percaya di masa sekarang, tidak sedikit yang seperti ini. Banyak ide, banyak kemauan, tetapi tidak disertai dengan tekad yang kuat. Meminjam istilah Prof. Renald Khasali, generasi yang ada sekarang ini kerap disebut sebagai “Strawberry Generation.” Buah strawberry adalah buah yang indah dan memiliki rasa yang segar dan khas. Namun kelemahan dari buah ini adalah sangat rapuh. Terkena benturan, jatuh, bergesekan akan mudah terkoyak dan hancur. Hari ini type generasi ini butuh daya juang, kesabaran, ketangguhan serta ketekunan untuk bisa bertahan sampai akhir.

Tuhan mau kita belajar pada sosok Nehemia yang menghadapi musuh yang persisten. Apabila Nehemia adalah sosok yang tidak gigih, maka tembok Yerusalem tidak akan pernah berdiri. Nehemia 6:15 Maka selesailah tembok itu pada tanggal dua puluh lima bulan Elul, dalam waktu lima puluh dua hari.

Beberapa prinsip yang harus kita pahami berkaitan dengan pesan Tuhan ini, agar menjadi orang-orang yang tangguh atas segala tantangan dan hambatan, di antaranya adalah:

(1). Kegigihan adalah tetap maju di tengah hambatan karena memiliki tujuan yang pasti.

Nehemia 6:3 Lalu aku mengirim utusan kepada mereka dengan balasan: “Aku tengah melakukan suatu pekerjaan yang besar. Aku tidak bisa datang! Untuk apa pekerjaan ini terhenti oleh sebab aku meninggalkannya dan pergi kepada kamu!”

Seperti yang sudah dijelaskan di awal, dari sejak semula Sanbalat dan kawan-kawannya sudah mengupayakan berbagai cara untuk menggagalkan pembangunan tembok. Mulai dari mencemooh, menghina, mengintimidasi bangsa Israel yang sedang giat membangun tembok, namun tidak mempan. Kali ini mereka mau menjebak Nehemia untuk menghadiri pertemuan dengan mereka dan dalam pertemuan itu Nehemia akan dibunuh. Empat kali mereka mengajak Nehemia bertemu tetapi Nehemia selalu menolak karena dia sedang berkonsentrasi dalam pembangunan tembok. Dan yang luar biasa adalah jawaban Nehemia: “Aku tengah melakukan suatu pekerjaan yang besar. Aku tidak bisa datang! Untuk apa pekerjaan ini terhenti oleh sebab aku meninggalkannya dan pergi kepada kamu!”  (Ibr. Gadowl=  I am doing a great work, important work!).

Siapapun yang sedang melakukan pekerjaan yang dianggapnya besar atau penting pasti tidak akan mau diganggu oleh apapun juga oleh sesuatu yang sifatnya kurang penting. Apakah yang penting dalam pandangan mata Nehemia? Jabatannyakah? Ternyata bukan. Meskipun Nehemia sebelum kembali ke Yerusalem hidupnya di pembuangan sudah enak. Ia adalah juru minum raja. Artinya, ia adalah seorang kedudukan tinggi dan dipercaya penuh oleh raja.

Namun bagi Nehemia yang dianggapnya sebagai pekerjaan besar dan penting adalah pulang ke Yerusalem dan membangun tembok Yerusalem, karena itu yang Tuhan taruhkan di hatinya. Bahwa tembok-tembok yang telah roboh itu harus berdiri dan bangkit kembali. Untuk itulah ia menangis dari sejak awal agar negerinya pulih kembali. Dan ini selaras dengan kehendak Tuhan. Oleh sebab itu, apapun tantangan dan godaan, hambatan, tipu muslihat yang dilancarkan si musuh tidak membuat Nehemia menjadi goyah. Mengapa? Ia sadar untuk apa ia dipilih Tuhan atau diperintahkan Tuhan.

Hari ini, apakah kita sebagai orang percaya sudah menangkap ‘pembangunan yang besar dan penting’ apa yang telah Tuhan percayakan kepada kita untuk kita bangun dan selesaikan? Tidak sedikit orang percaya yang kurang menyadari tentang ‘sesuatu yang besar dan penting’ yang harus dibangun dan diselesaikan itu. Ada pekerjaan pembangunan rumah tangga dan keluarga yang harus kita bangun dan selesaikan dengan baik. Ada pekerjaan membangun hubungan dengan Tuhan yang harus kita bangun dan tingkatkan, dan berbagai pembangunan-pembangunan lainnya yang tidak kalah penting.

Mari jemaat Tuhan, kita belajar menyelaraskan cara pandang kita dengan cara pandang Tuhan. Apa yang Tuhan anggap besar dan penting biarlah itu sama dengan apa yang kita anggap besar dan penting. Sehingga ketika kita memiliki cara pandang yang sama, maka kita akan mengerjakan apa yang Tuhan anggap sebagai pekerjaan besar dan penting dengan penuh kegigihan. Apapun halangan, tantangan atau kegagalan itu tidak akan menjadikan kita berhenti melakukannya. 

Tuhan Yesus memberkati!

Gigih dan Tidak Kenal Lelah (Pesan Gembala, 16 April 2023)

| Warta Jemaat |
About The Author
-