Kebangunan Adalah Kunci Pemulihan (Revival is the Key to Survival) (Pesan Gembala, 5 Juni 2022)

KEBANGUNAN ADALAH KUNCI PEMULIHAN (REVIVAL IS THE KEY TO SURVIVAL)

2 Tawarikh 7:13-14 (14) dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka.

Latar belakang ayat di atas diawali dengan judul perikop “Tuhan menampakkan diri kepada Salomo untuk kedua kalinya.” Tuhan sangat berkenan atas hasil kerja keras Salomo melaksanakan dan menyelesaikan pembangunan rumah Tuhan dan istana raja. Karenanya, Tuhan lalu menampakkan diri-Nya kepada Salomo pada suatu malam dan berfirman kepada Salomo bahwa Tuhan sudah mendengar doanya dan sudah memilih tempat itu bagi-Nya. Tuhan memilih dan menetapkannya sebagai rumah persembahan. Yang menarik, di kesempatan itu Tuhan juga berfirman kepada Salomo bahwa bilamana ada langit yang atas seijin Tuhan tertutup bagi umat-Nya sehingga tidak ada hujan di bumi, atau apabila ada belalang memakan habis hasil bumi, atau ada penyakit sampar di antara umat Tuhan, maka Tuhan memberikan jalan keluar sebagai langkah pemulihan.

Kondisi langit yang tertutup sehingga tidak ada hujan di bumi berbicara tentang kekeringan-kekeringan yang bisa terjadi di banyak sektor kehidupan umat manusia. Alkitab sudah memberikan contoh bagaimana susahnya hidup manusia ketika hujan tidak turun. Apa yang dapat menumbuhkan benih apabila tidak cukup air untuk membasahi tanah? Dan ini juga bisa berbicara tentang “kekeringan-kekeringan” berkat-berkat yang seharusnya diterima. Dan termasuk pula “kekeringan rohani”. Betapa orang percaya perlu mengalami pencurahan “aliran air sejuk” dari Sorga (ingat tentang kepenuhan Roh Kudus murid-murid di hari Pentakosta).

Kondisi yang kedua, adalah adanya belalang memakan habis hasil bumi. Jadi kondisi ini berbeda dengan kondisi yang pertama. Apabila yang pertama tidak ada hujan dicurahkan di bumi, sehingga tidak membuahkan hasil apa-apa, kondisi yang ini hasilnya sudah ada, namun ada pribadi lain yang menikmati. Bukan pribadi yang menabur benih, melainkan ada “oknum belalang” yang memakannya sampai habis. Bayangkan kita yang seharusnya menikmati hasil dari apa yang kita tanam, tetapi hasilnya dicuri.

Kondisi yang ketiga, adanya penyakit sampar di antara umat Tuhan. Ini jelas sekali berbicara tentang adanya sakit penyakit. Jangan menganggap remeh gangguan sakit penyakit, karena ini merupakan salah satu cara yang efektif untuk menyetop umat Tuhan dari melakukan fungsinya sebagai alat Kerajaan Sorga.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Ketika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan tadi (keadaan tidak ada hujan, ada belalang memakan habis hasil bumi, atau penyakit sampar di antara umat Tuhan), Tuhan ingin orang percaya untuk datang merendahkan diri kepada Tuhan. Tuhan sedang mengajarkan bagaimana orang percaya bersikap benar ketika situasi yang tidak mudah diijinkan terjadi. Pribadi Tuhan bukanlah sosok yang sulit untuk ditemui. Jalan Tuhan bukan pula jalan yang sulit untuk dilakukan. Yang dibutuhkan adalah kerendahan hati umat Tuhan untuk datang kepada Tuhan.

Beberapa langkah yang harus kita pahami berkaitan dengan pesan Tuhan bagi kita, di antaranya adalah:

(1). Datang mendekat kepada Tuhan (merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah Tuhan)

2 Tawarikh 7:14a dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, …

Sebelum membahas apa yang harus dilakukan, pertama-tama yang perlu dipahami adalah kriteria pribadi yang datang kepada Tuhan, yaitu ‘umat-Ku’ dalam kalimat “dan umat-Ku yang atasnya nama-Ku disebut…” Di sini Tuhan tidak menyebutkan jumlah orang. Bukan artinya, semakin banyak jumlah orang yang datang kepada Tuhan berarti semakin didengar. Yang dibutuhkan adalah kualitas pribadi orang benar yang mau sungguh-sungguh datang kepada-Nya. Pribadi yang menyadari bahwa ia adalah kepunyaan Tuhan yang mau berjalan (kali ini) dengan cara Tuhan dan umat yang mau mengakui bahwa Tuhan memiliki jalan terbaik.

Ada yang menarik dengan kata ‘merendahkan diri’. Banyak orang mengartikan kata ‘merendahkan diri’ sebagai sekedar sikap yang tidak mau menonjolkan keakuan dirinya disertai dengan gestur sedikit membungkukan kepala atau tubuh. Tidak ada yang salah dengan hal itu. Namun makna ‘merendahkan diri’ dalam pengertian bahasa Ibrani ‘Kana,’ artinya menundukkan diri, menyerah, berserah, menyatakan ketidakmampuan. Kata padanan dalam bahasa Inggris yang sama dengan makna tersebut adalah surrender, istilah yang sering digunakan dalam situasi pertempuran. Menyatakan bahwa pihak yang kalah harus menyerahkan total semua hak kepada pihak yang menaklukkan.

Prinsip yang sama juga berlaku ketika kita ‘merendahkan diri kepada Tuhan,’ yaitu kita datang kepada Tuhan dan mengakui dengan jujur ketidaksanggupan kita atas apa yang selama ini kita lakukan, dan menyerahkan segala tindakan salah kita kepada Tuhan. Bukan sekedar datang dan berkata ‘minta maaf’ kepada Tuhan, namun berani mengakui bahwa apa yang kita lakukan itu salah dan bodoh. Dan kita katakan bahwa kali ini kita mau berpaling dari kehendak kita kepada rencana dan kehendak Tuhan, karena percaya bahwa Tuhan memiliki rencana yang lebih baik dan cara yang lebih tepat bagi kita.

Namun seringkali tidak sedikit orang percaya enggan mengakui kesalahan yang ia lakukan. Ada istilah “merendahkan diri secara sombong” dimana sebetulnya orang percaya itu sudah tahu bahwa cara yang ia lakukan adalah salah, namun enggan mengakuinya di hadapan Tuhan. Hanya datang sekedar minta maaf dan memohon tuntunan Tuhan, namun masih tetap melakukan segala sesuatu dengan cara yang lama tanpa ingin tahu cara yang dikehendaki Tuhan. Rindu mengalami hasil yang berbeda, namun lagi-lagi melakukannya dengan cara yang sama berulang-ulang.

(2). Datang dan menyelaraskan jalan kita kepada jalan Tuhan

2 Tawarikh 7 :14b … lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, …

Gambaran pengertian berbalik dari jalan-jalan yang jahat atau pertobatan, adalah seperti seseorang yang sedang melakukan perjalanan dengan menggunakan kendaraan, lalu menyadari bahwa jalan yang ditempuhnya ternyata salah. Atau ketika ia membuka peta perjalanan ia mendapati bahwa ia sudah jauh menyimpang. Maka apa yang seharusnya dilakukan? Apakah tetap melanjutkan perjalanannya meskipun salah atau mencari rambu lalu lintas yang menunjukkan bahwa ia boleh melakukan pemutaran arah lalu berbalik ke tujuan yang seharusnya. Kapan pengendara tersebut menyadari bahwa ia telah melakukan perjalanan yang salah? Ketika ada panduan petunjuk jalan yang sesungguhnya.

Pertobatan yang dimaksud Tuhan bukan sekedar seseorang mengucapkan kata-kata penyesalan bahwa ia telah melakukan kesalahan atau pelanggaran, namun lebih kepada tindakan apa yang selanjutnya orang tersebut akan lakukan ketika ia menyadari bahwa apa yang ia lakukan adalah salah. Kapan seseorang menyadari bahwa ia telah melakukan kesalahan dan berbalik dari jalan-jalan yang salah? Ketika ia mendengar kebenaran firman Tuhan, dan bercermin dengan apa yang ia lakukan.

Datang beribadah kepada Tuhan bukan sekedar datang dengan membawa serangkaian lis berisi berbagai permohonan kepada Tuhan, namun datang untuk menyelaraskan jalan-jalan kita dengan jalan-jalan yang dikehendaki Tuhan. Bersyukur untuk pesan demi pesan yang Tuhan terus sampaikan kepada kita.

Mari jemaat Tuhan, kerinduan untuk mengalami pemulihan bukan semata-mata kerinduan kita sebagai umat Tuhan, namun juga adalah kerinduan Tuhan bagi kita. Pesan Tuhan dengan gamblang dinyatakan Tuhan kepada kita bahwa Ia rindu memulihkan “tanah” kita (tanah berbicara wilayah, yaitu negeri kita, kota kita, komunitas kita ataupun keluarga dan mata pencaharian kita). Pemulihan apa yang kita rindukan untuk terjadi? Tuhan sudah memberikan kuncinya. Tuhan tidak pernah memberikan langkah yang sulit. Ia merindukan suatu kebangunan rohani terjadi terlebih dahulu mengawali terjadinya pemulihan. Revival is the key to survival. (2 Tawarikh 7:14 … and I will hear from heaven, forgive their sin and heal their land).

Tuhan Yesus memberkati!

Kebangunan Adalah Kunci Pemulihan (Revival is the Key to Survival) (Pesan Gembala, 5 Juni 2022)

| Warta Jemaat |
About The Author
-