Jangan Menjadi Lamban Hati (Pesan Gembala, 11-08-2019)

Lukas 24:25 Lalu Ia berkata kepada mereka: “Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! 
 
Perkataan ini diawali dengan sebuah peristiwa pada hari dimana Yesus bangkit dari kematian. Para wanita sudah mengabarkan kalau Yesus sudah bangkit. Beberapa murid Yesus lainnya juga sudah membuktikan bahwa Yesus sudah bangkit dari kematian. Namun ada dua orang murid Yesus yang justru pada hari itu meninggalkan Yerusalem menuju suatu desa kecil yang bernama Emaus. Mereka meninggalkan Yerusalem karena mereka tidak memercayai berita tentang kebangkitan Yesus tersebut. 
 
Mereka adalah murid-murid yang mengalami kekecewaan serta kegalauan akibat tertangkapnya, disiksanya, disalibkan, mati hingga dikuburkannya Yesus. Sebuah kenyataan yang sulit untuk diterima. Mereka masih berduka dan tidak tahu apa yang harus dilakukan tanpa keberadaan Yesus di tengah-tengah mereka lagi, selain pulang ke kampung halaman mereka. Padahal mereka berharap kalau Yesus itu tetap hidup dan dengan keberadaannya sebagai Mesias yang berkuasa Ia dapat membebaskan Israel dari penjajahan Romawi. 
 
Di tengah perjalanan, kedua murid yang sedang bercakap-cakap tentang situasi hangat yang sedang terjadi itu dihampiri oleh “seorang asing” yang tidak mereka kenali yang tidak lain adalah Yesus sendiri. Tanpa kedua murid mengajak-Nya bicara, Yesus  bertanya seolah-olah ingin mengetahui apa yang sedang mereka perbincangkan. Kedua murid itu sedang membicarakan tentang kejadian yang baru menimpa Yesus, yaitu tentang kematian-Nya dan kabar tentang kebangkitan-Nya serta harapan-harapan mereka sekiranya Yesus tidak ditangkap. 
 
Kontan saja, harapan-harapan kedua murid yang salah ini langsung diresponi oleh Yesus dengan menegur mereka secara keras, bahwa betapa bodoh dan lambannya hati mereka sehingga mereka tidak mempercayai perkataan-perkataan yang telah disampaikan oleh para nabi sebelumnya, termasuk perkataan-perkataan Yesus kepada para murid sebelum peristiwa penyaliban bahwa Ia akan bangkit pada hari yang ketiga. 
 
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita di minggu ini. Bahwa kebodohan dan kelambanan hati seperti yang terjadi pada kedua murid Yesus ini seringkali dialami banyak orang percaya di masa kini. Banyak pemercaya yang larut dalam problema yang berputar-putar akibat asumsi mereka yang salah tentang Yesus dan harapan-harapan pribadi mereka tentang apa yang harus Yesus lakukan menurut pandangan dan pemikiran mereka sendiri. 
 
Hal-hal ini yang acapkali tidak sedikit membuat orang percaya mengalami kemandegan rohani dan sulit untuk bergerak maju ke tujuan yang Tuhan kehendaki. Bukannya menantikan Tuhan “di Yerusalem”, mereka malahan bergerak sendiri menuju “Emaus” tempat yang tidak dikehendaki Tuhan. 
 
Apa yang dimaksud dengan hati yang lamban?
(1). Hati yang tidak paham tentang rencana Kerajaan Sorga 
 
Luk. 24:20-21(20) Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya. 
 
Kepada Yesus yang tidak mereka kenali di perjalanan, kedua murid mencurahkan isi hati mereka. Bahwa betapa mereka tidak mengira kalau Yesus yang adalah seorang nabi yang berkuasa  harus ditangkap dan dihukum mati di kayu salib. Mereka sangat menyayangkan akan kematian Yesus tersebut. Sekiranya Yesus tidak mati, mereka berharap Yesus dapat mengusir Romawi dari tanah Israel. Mereka sama sekali tidak memahami bahwa Yesus turun ke dunia untuk mati di kayu salib demi menebus manusia dari dosa. 
 
Dan sekiranya mereka paham akan tujuan penebusan Yesus ini adalah untuk mengembalikan manusia kembali ke tatanan Kerajaan Sorga dengan segala rencana-Nya yang dahsyat atas manusia. Maka dari situ seharusnya murid-murid menyadari bahwa Tuhan akan pakai mereka sebagai alat-alat-Nya yang luar biasa untuk menggenapi rencana-Nya. Namun sayangnya, banyak orang percaya yang tidak menangkap rencana Tuhan atas hidup mereka. Yang menjadi fokus seringkali adalah problem pribadi mereka, dan bagaimana membawa problem pribadi tersebut kepada Tuhan agar Tuhan tolong secepatnya, bagaikan berharap Yesus segera mengusir “Romawi dari tanah Israel.” 
 
(2). Hati yang tidak menyadari kehadiran Tuhan di tengah-tengah kehidupannya. 
 
Luk. 24:24 Dan beberapa teman kami telah pergi ke kubur itu dan mendapati, bahwa memang benar yang dikatakan perempuan-perempuan itu, tetapi Dia tidak mereka lihat.” 
 
Sangat disayangkan, justru di hari kebangkitan Yesus seperti yang telah diberitakan oleh Maria Magdalena dan beberapa orang lainnya, kedua murid tersebut malah memutuskan berjalan pulang menuju ke kampung halamannya. Mereka merasa bahwa berita kebangkitan tersebut hanyalah isapan jempol belaka. Itulah sebabnya, ketika Yesus mendatangi mereka di tengah perjalanan, mereka tidak menyadari bahkan mengenali kehadiran-Nya. 
 
Orang percaya yang tidak menyadari akan kehadiran Kristus di tengah-tengah kehidupannya tidak jauh berbeda dengan orang-orang yang belum di dalam Kristus. Bukankah kekristenan adalah berbicara tentang Tuhan yang hidup yang hadir di tengah-tengah umat-Nya, bahkan Roh Kudus-Nya diberikan untuk tinggal di dalam hati mereka yang percaya kepada-Nya untuk melakukan perkara-perkara yang luar biasa? Kekristenan bukanlah tentang semata-mata agama, melainkan tentang hubungan karib yang dibangun antara Tuhan dengan umat-Nya. Dari sinilah maka kehendak dan rencana Tuhan dapat ditangkap dengan benar oleh orang percaya. 
 
Mari umat Tuhan, kelambanan hati hanya akan menghabiskan terlalu lama waktu pengiringan orang percaya untuk diam di satu titik tanpa tahu kemana lagi ia akan melangkah. Bahkan kelambanan hati akan membelokkan jalan hidup orang percaya ke tujuan yang bukan Tuhan kehendaki. Selamat menjadi sigap dan cerdas di dalam Kristus! 
 
Tuhan Yesus memberkati! 

Jangan Menjadi Lamban Hati (Pesan Gembala, 11-08-2019)

| Warta Jemaat |
About The Author
-