Dipenjara Namun Tidak Terpenjara (Pesan Gembala, 25-05-2019)

Filipi 1:12-14 (14) Dan kebanyakan saudara dalam Tuhan telah beroleh kepercayaan karena pemenjaraanku untuk bertambah berani berkata-kata tentang firman Allah dengan tidak takut. 
 
Surat  kepada jemaat di Filipi ditulis oleh rasul Paulus pada saat ia berada di dalam penjara. Bukan hanya itu, rasul Paulus juga tidak tahu secara persis bagaimana akhir dari perkaranya, entahkah ia akan dihukum mati atau dibebaskan. Di tengah situasi yang serba tidak menentu seperti ini, ia menasihati jemaat Filipi untuk tetap hidup berpadanan dengan injil. Nasihat yang diberikan di dalam situasi semacam ini jelas tidak mudah. 
 
Mendengar kata penjara di dalam pikiran kita pasti terlintas suatu tempat yang menyeramkan, pengap dan penuh sesak oleh orang-orang pesakitan. Penjara adalah tempat bagi para penjahat dan orang-orang yang terlibat dalam berbagai kasus kriminal atau pelanggaran hukum. Penjara pada zaman Romawi sangat berbeda dengan penjara yang ada di zaman sekarang. Seburuk-buruknya keadaan penjara pada zaman sekarang masih mempertimbangkan sisi kemanusiaan sang terpidana. Bayangkan seperti apa kondisi pada zaman  rasul Paulus di penjara pada waktu itu. 
 
Penjara-penjara Romawi adalah penjara yang letaknya di bawah tanah, gelap dan pengap; dan semakin berat perbuatan seorang hukuman semakin ia ditaruh ke bagian yang lebih bawah. Inilah yang harus dialami oleh rasul Paulus. Apa kesalahannya? Ia dipenjara bukan karena telah melakukan kesalahan atau melanggar hukum, melainkan justru karena menyampaikan kebenaran melalui pemberitaan Injil. Apakah kemudian setelah dijebloskan ke dalam penjara maka rasul Paulus menjadi sedih, kecewa dan marah kepada Tuhan? Ternyata tidak. 
 
Penjara ternyata tidak membuat rasul Paulus kehilangan semangat untuk melayani Tuhan, rohnya tetap menyala-nyala bagi Dia. Tembok penjara tidak mampu membelenggu Paulus. Justru, di balik terali besi inilah ia justru semakin tidak tertahankan untuk menguatkan hati banyak orang yang berada di luar penjara. Tebalnya tembok penjara tidak mampu menahan dirinya untuk tidak melakukan sesuatu bagi Kerajaan Sorga. 
 
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita di minggu ini. Banyak orang percaya yang tubuhnya berada di dalam keadaan bebas merdeka, namun terbelenggu di berbagai sisi. Sesuatu yang besar yang seharusnya bisa dilakukan oleh seorang pemercaya, akhirnya terhenti oleh sebab ada bagian-bagian dari hidupnya yang masih “terpenjara.” Dalam hal apa saja seseorang dapat “terpenjara” sehingga hidupnya tidak produktif bagi Tuhan? Pemikirannya, semangatnya, kreativitasnya, keberaniannya, dan lain-lain. 
 
Beberapa hal yang harus kita perhatikan berkaitan dengan pesan Tuhan ini, di antaranya adalah: 
 
(1). Jangan biarkan ada dosa memenjarakan kita. 
 
Flp. 1:13 sehingga telah jelas bagi seluruh istana dan semua orang lain, bahwa aku dipenjarakan karena Kristus. 
 
Banyak hari-hari ini orang yang sebelumnya dengan lantang menyampaikan pemikiran-pemikiran yang kritis terhadap banyak hal di bangsa ini menjadi terhenti karena justru dirinya sendiri tertangkap tangan atas berbagai tindak pelanggaran hukum yang ia lakukan. Maka sejak itu ia tidak lagi berani menyuarakan apa-apa lagi dari mulutnya. Bukan hanya tubuhnya yang terbelenggu di penjara, melainkan mulutnya pun  turut terbungkam. Dosalah yang membuat hidup seseorang menjadi terpenjara. 
 
Bagaimana dengan rasul Paulus? Apakah pengap dan gelapnya penjara sanggup membungkam mulutnya untuk tidak menyuarakan kebenaran dan membangun kehidupan banyak orang? Ternyata kesemua kesulitan itu tidak berkuasa untuk menahan mulutnya untuk tetap memberitakan tentang Kristus. Apa yang menyebabkan ia tetap lantang bersuara? Karena bukan perbuatan dosa yang membuat ia masuk ke dalam penjara, melainkan karena Kristus yang ia beritakan. Itulah sebabnya, kebenaran yang ia hidupi akan memampukan dirinya untuk tetap melakukan sesuatu bagi Kerajaan Sorga.
 
(2). Jangan biarkan problema kehidupan memenjarakan kita. 
 
Flp. 1:12 Aku menghendaki, saudara-saudara, supaya kamu tahu, bahwa apa yang terjadi atasku ini justru telah menyebabkan kemajuan Injil, 
 
Apabila kita merenungkan sejenak kondisi tempat dimana rasul Paulus dipenjarakan pada waktu itu, sangatlah jauh dari yang disebut rasa nyaman. Jangankan untuk menulis banyak surat untuk menguatkan hati banyak orang di tengah kondisi penjara yang gelap dan basah, untuk menenangkan diri sendiri pun sangatlah tidak mudah. Namun bagi rasul Paulus, kesukaran-kesukaran yang dialami tidak boleh membungkam semangatnya. 
 
Secara fisik tubuhnya dipenjara, namun pikirannya tidak terpenjara. Terbukti dia masih bisa menulis surat kepada banyak jemaat untuk menguatkan iman orang-orang percaya yang berada di luar penjara. Mungkin banyak orang percaya saat ini berada dalam keadaan yang jauh lebih baik dari keadaan yang dialami rasul Paulus, namun seringkali ketika hadirnya masalah atau tantangan tanpa disadari banyak orang yang mulai “memenjarakan” pikiran dan semangatnya. Perkataan-perkataan “Aku tidak sanggup lagi”, “Aku tidak bisa”, “Aku tidak kuat”, “Biar orang lain saja” dan lain-lain mewarnai hidupnya. 
 
Mari jemaat Tuhan, melalui pesan-Nya ini, Tuhan ingin kita  menangkap kembali tujuan keberadaan kita hidup hari ini. Ketika kita paham akan tujuan hidup kita yang sesungguhnya, maka tidak ada kuasa apapun yang sanggup memenjarakan  hidup kita. Rasul Paulus tahu sekali tujuan hidupnya. Bagi dia, hidup adalah untuk Kristus. Selamat bergerak  maju bagi Tuhan!
 
Tuhan Yesus memberkati! 

Dipenjara Namun Tidak Terpenjara (Pesan Gembala, 25-05-2019)

| Uncategorized, Warta Jemaat |
About The Author
-