Bersikap Jujur pada Diri Sendiri (Pesan Gembala, 25 September 2022)

BERSIKAP JUJUR PADA DIRI SENDIRI

Lukas 5:8 Ketika Simon Petrus melihat hal itu ia pun tersungkur di depan Yesus dan berkata: “Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa.”

Setelah Yesus menyampaikan pengajaran-Nya kepada orang banyak di tepian danau Genesaret, Ia kemudian berkata kepada Simon untuk menolakkan perahunya ke tempat yang dalam. Lalu Ia meminta Simon menebarkan jalanya untuk menangkap ikan. Simon lalu menjawab bahwa ia sudah bekerja keras semalaman namun tidak memperoleh hasil apapun.

Awalnya Simon Petrus sempat meragukan perkataan Yesus tersebut. Bayangkan seseorang yang diketahui tidak memiliki latar belakang tentang hal menangkap ikan tiba-tiba memerintahkan dirinya untuk menebarkan jala. Akan tetapi Simon menaatinya juga. Dan sesuatu terjadi! Setelah Simon menebarkan jala, ia mendapati bahwa jalanya telah penuh dengan ikan. Bahkan jalanya didapati hampir koyak. Luar biasa bukan? Perintah Yesus kepada Simon telah membawa berkat yang sangat luar biasa karena kuasa perkataan-Nya.

Melihat banyaknya tangkapan ikan, maka Simon memanggil teman-teman nelayan di perahu lain supaya datang membantu menaikkan ikan yang sudah berada dalam tangkapan jala. Kemudian mereka memasukkan ikan-ikan ke dalam masing-masing perahu sampai penuh bahkan dikatakan hingga hampir tenggelam. Sungguh, peristiwa itu merupakan pembelajaran yang sangat berharga bagi Simon Petrus dan semua nelayan, mengingat belum pernah hal itu terjadi selama mereka bekerja menangkap ikan di danau Genesaret.

Satu hal yang menarik dari pribadi Simon, ditengah seharusnya ia bersukacita menikmati hasil tangkapan yang demikian banyak, di dalam hatinya ia merasakan ada sesuatu yang mengganjal. Ia merasa bersalah telah meragukan perkataan Yesus. Tidak sepatutnya ia meremehkan Yesus. Pemikiran awalnya sederhana, bagaimana mungkin Yesus yang tidak memiliki pengalaman menangkap ikan mau mengajarkannya menangkap ikan. Ia lupa bahwa Yesus adalah pribadi yang Maha-kuasa. Dan bukti dari hasil yang diperoleh telah berbicara nyata.

Namun Simon Petrus tidak hendak menutupi gejolak yang ada di hatinya dengan berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Ia memutuskan untuk datang ke hadapan Yesus sambil tersungkur lalu mengungkapkan rasa bersalahnya dengan mengatakan bahwa betapa dirinya telah begitu berdosa dengan tidak memercayai perintah Yesus (ayat 8).

Mungkin kita merasa bahwa Simon terlalu berlebihan dengan datang kepada Yesus sambil tersungkur dan mengatakan bahwa dirinya telah berdosa dan tidak layak berada di dekat Yesus. Tidak ada yang salah dengan hal itu. Simon justru telah melakukan tindakan yang benar. Ia telah bertindak jujur terhadap dirinya. Ketika Ia menyadari bahwa ada hati yang tidak beres, ia bersegera datang dan mengakuinya di hadapan Yesus.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Tuhan menyatakan melalui pesan-Nya ini bahwa tidak sedikit orang percaya telah berlaku tidak jujur terhadap dirinya sendiri. Merasa diri baik-baik saja, di saat mungkin sedang tidak baik-baik saja. Merasa tidak perlu melakukan pemberesan apa-apa di saat hati mungkin masih masih memendam kekecewaan, luka dan amarah. Tuhan mau kita berlaku seperti Simon Petrus yang dengan rendah hati mau datang kepada Tuhan dan berterus terang mengakui bahwa masih ada hati yang perlu dibereskan di hadapan Tuhan. Atau seperti Daud yang datang kepada Tuhan untuk minta diselidiki hatinya.

Mengapa jujur terhadap diri sendiri itu penting bagi kita orang percaya dan prinsip apa yang harus kita pahami untuk dapat melakukannya, seperti yang diinginkan Tuhan?

Kunci pemulihan adalah ketika seseorang berani berterus terang (keterbukaan adalah awal dari pemulihan).

Lukas 5:10 demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon: “Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia.”

Sebetulnya, kuncinya begitu sederhana, yaitu mau terbuka dan berani mengakui sekiranya masih menyimpan keadaan hati yang belum beres. Yang kerap terjadi adalah tidak sedikit orang percaya yang selalu minta dimaklumi Tuhan bahwa bukankah ia hanyalah manusia biasa dengan banyak kekurangan, mana mungkin ia dapat mengingatnya satu persatu dan lagi pula Tuhan pasti sudah mengampuninya.

Apabila kita mau jujur, mungkin kita sebetulnya masih menyimpannya, hanya saja enggan membicarakanya kembali apalagi mengakuinya. Ingat, menutup rapat-rapat keadaan hati yang belum dibereskan tidak serta merta membuat luka yang tersimpan akan pulih dengan sendirinya. Tuhan sedang mengajarkan kejujuran orang percaya terhadap dirinya sendiri di hadapan Tuhan.

1 Yohanes 1:8-9 mengatakan bahwa kunci terjadinya pemulihan dimulai ketika orang percaya mau mengakuinya di hadapan Tuhan. Seseorang yang enggan mengakuinya sebetulnya orang itu sedang menipu dirinya sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam dia.

Apa yang sebenarnya dapat membuat kita sebagai orang percaya dapat cepat tanggap mengetahui bahwa ada sesuatu yang tidak beres masih tersimpan dalam diri kita sendiri? Ketika ada kebenaran Tuhan yang hidup di dalam hati kita. Jadi apabila standar kebenaran sungguh-sungguh hidup di dalam diri kita sebagai orang percaya, maka standar kebenaran itulah yang selanjutnya akan menjadi “mistar pengukur” di dalam diri kita. Menyimpan luka tanpa mau mengakuinya dengan jujur adalah sama dengan membiarkan benih buruk tumbuh semakin besar.

Apa yang terjadi ketika Simon datang kepada Yesus dan mengakui kondisi hatinya? Tanpa disadari, Yesus mengajak dirinya masuk ke dalam fase selanjutnya dalam hidupnya. Kata Yesus kepada Simon: “Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia.” Pengakuan yang tulus akan membawa seseorang menapaki fase demi fase yang semakin meningkat di dalam perjalanan hidupnya. Artinya, orang yang tulus itu mudah untuk dibawa naik tingkat. Daud adalah contoh seorang yang jujur terhadap dirinya. Ia bahkan sengaja datang pada Tuhan untuk minta diselidiki hatinya. Maka tidak heran, Tuhan mudah membawa Daud naik kepada rencana demi rencana Tuhan dalam hidup Daud.

Mari jemaat Tuhan, menjadi jujur terhadap diri sendiri mungkin kedengarannya seperti perkara yang sepele dan tidak penting. Namun sesungguhnya dibutuhkan sebuah kerendahan hati dan ketulusan untuk dapat melakukannya. Percayalah, sesuatu yang awalnya mungkin dianggap sebagai hal yang remeh ternyata apabila diresponi dengan benar dapat membawa hidup kita naik menapaki level kehidupan yang lebih tinggi dan berarti.

Tuhan Yesus memberkati!

Bersikap Jujur pada Diri Sendiri (Pesan Gembala, 25 September 2022)

| Warta Jemaat |
About The Author
-