Bagikan Kasih Tuhan, Karena Kasih Mencelikkan Mata yang Buta (“Visi 2023- Tahun menyatakan kasih yang mencelikkan mata yang buta”)

BAGIKAN KASIH TUHAN, KARENA KASIH MENCELIKKAN MATA YANG BUTA (“Visi 2023 – Tahun menyatakan kasih yang mencelikkan mata yang buta”)

Puji syukur kepada Tuhan Yesus yang oleh karena kemurahan-Nya senantiasa memberikan tuntunan kepada kita umat-Nya di RDMB melalui visi yang baru untuk kita melangkah bersama-Nya dalam tujuan yang jelas sepanjang tahun 2023. Sesungguhnya, ini merupakan derap langkah yang berkelanjutan dari visi Tuhan 2022, “Prajurit-prajurit yang memandang jauh ke depan.” Tuhan mau kita tetap berjalan sebagai anak-anak Tuhan yang bermentalitaskan prajurit-prajurit Kristus yang tangguh. Tangguh di dalam menghadapi segala beban dan keadaan apapun. Berakhirnya sebuah visi bukan artinya turut berakhirnya pembentukan Tuhan bagi umat-Nya.

Yesaya 42:6-7 (6) “Aku ini, TUHAN, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu; Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa,
(7) untuk membuka mata yang buta, untuk mengeluarkan orang hukuman dari tempat tahanan dan mengeluarkan orang-orang yang duduk dalam gelap dari rumah penjara.

Penekanan dari pesan Tuhan ini ada di ayat 7: “untuk membuka mata yang buta” Ada mata-mata yang harus dibuka atau dicelikkan. Apabila kita memerhatikan judul perikop di Yesaya pasal 42 ini, isinya adalah tentang “Hamba Tuhan”. Memang ini adalah nubuatan PL melalui nabi Yesaya tentang hadirnya kelak pribadi Mesias. Namun ini berbicara juga tentang apa yang dilakukan oleh orang-orang yang mana Tuhan memanggil sebagai hamba-hamba-Nya. Apabila pesan ini diberikan bagi kita, maka yang dimaksud sebagai hamba-hamba Tuhan adalah kita. Dan salah satu tugas dari hamba yang dimaksud adalah untuk membuka atau mencelikkan mata-mata yang buta.

Mencelikkan mata yang tertutup itu tidak seperti membangunkan orang tidur yang tinggal kita bangunkan dengan cara menggoyang-goyangkan badannya sambil memanggil namanya. Tidak semudah itu. Tuhan ingin kita mencelikkan mata orang-orang yang buta itu melalui kehidupan diri kita sendiri ketika ada kuasa Tuhan yang menyertai, ada pengurapan, dan ada kasih Kristus yang dilibatkan di dalamnya. Jadi visi yang Tuhan berikan ini di mulai dari keadaan kita sebagai orang-orang percaya yang harus prima terlebih dahulu.

Mungkin kita masih ingat tentang Bartimeus, seorang pengemis buta yang ada di kota Yerikho. Tidak banyak yang bisa ia lakukan di dalam keseharian hidupnya selain duduk-duduk di pinggir jalan sambil memohon belas kasihan dari orang-orang yang berlalu lalang di depannya. Bartimeus dan orang-orang buta lainnya mungkin sudah terbiasa dengan kondisinya tersebut, bahkan mungkin tidak sedikit dari mereka yang sudah merasa nyaman dengan kebutaannya. Mereka sudah terbiasa dengan cara hidup ini. Namun apakah Bartimeus benar-benar tidak ingin berubah?

Suatu hari Yesus melintas di kota Yerikho dalam perjalanannya ke Yerusalem, dengan diikuti tidak hanya murid-murid-Nya, tetapi kerumunan besar orang-orang. Bartimeus mendengar apa yang sedang berlangsung. Setidaknya, dia sudah mendengar tentang Yesus yang datang tersebut. Ketika dia mengetahui Yesus mendekat, dia langsung berteriak memohon belas kasihan dari Yesus. Berhadapan dengan Yesus, Bartimeus tidak memohon kepingan uang untuk sedekah, ia rindu untuk dapat dicelikkan dari kebutaannya. Dan tidak lama kemudian Yesus mencelikkannya.

Bayangkan, setelah bertahun-tahun menjadi buta lalu kemudian dapat melihat kembali bukankah itu merupakan suatu hal yang indah bukan? Dan menariknya, di bagian akhir dari kisah Bartimeus yang dicelikkan matanya ini dikatakan bahwa kemudian ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya (Mar. 10:52). Itulah yang Tuhan mau kita lakukan dalam mencelikkan mata orang-orang yang buta.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Setelah melewati masa-masa yang tidak mudah di beberapa tahun terakhir, didapati ternyata semakin banyak jumlah orang-orang yang berjalan dalam “kebutaan”. Bukan semata-mata orang-orang yang buta matanya secara jasmani, namun juga orang-orang yang “tertutup mata rohaninya”, yaitu mereka yang belum mengenal jalan keselamatan. Orang-orang yang mengharapkan keselamatan, namun tidak mengenali bahwa “Sang Jalan keselamatan” ternyata sudah ada di hadapan mereka. Ada istilah “melihat tetapi tidak melihat.” Berapa banyak orang-orang yang berada dalam kategori seperti ini? Masih banyak sekali.

Namun juga, ada kategori lain dari orang-orang yang mata rohaninya perlu dicelikkan, dan kategori ini datang dari kalangan orang-orang percaya sendiri. Apa yang telah terjadi dengan orang-orang percaya? Seperti yang dikatakan di atas, setelah melewati masa-masa yang tidak mudah di beberapa waktu terakhir, tidak sedikit dari orang-orang percaya yang juga perlu “dibukakan kembali matanya.”Jadi artinya, jangankan orang-orang percaya menangkap visi Tuhan untuk mencelikkan mata-mata yang buta, dari kalangan orang percaya sendiri pun tidak sedikit yang perlu dicelikkan lebih dahulu mata rohaninya.

Ingat, kebutaan tidak selalu berarti tidak dapat melihat melalui mata jasmani saja. Seorang percaya bisa dikategorikan “buta secara rohani” atau mengalami spiritual blindness, ketika membiarkan berbagai kekecewaan tumbuh subur dalam hidupnya. Rohani yang lemah mudah membuat seseorang kecewa pada apa dan siapa saja. Orang yang kecewa akan kehilangan ketajaman lagi tentang hal-hal yang dari Tuhan.

Orang yang dikatakan buta rohani adalah orang-orang yang sudah tidak memikirkan siapa pun kecuali dirinya sendiri, tidak peduli tentang keadaan orang lain. Yang ada di dalam pikirannya hanyalah tentang aku dan aku, untukku dan untukku, kepentinganku. Tidak peduli dengan keadaan orang lain, apalagi keselamatan orang lain. Termasuk juga orang-orang yang sudah tidak peduli lagi tentang tujuan Tuhan, tidak terlalu ingin tahu tentang kehendak Tuhan atau visi Tuhan dalam hidupnya. Tidak ada janji atau rencana Tuhan ke depan yang harus dinantikan dengan membangun dan memelihara iman.

Dan termasuk pula orang-orang yang sudah tidak melakukan pengejaran akan Tuhan lagi. Tuhan hadir di tengah umat-Nya lalu mengundang untuk datang mendekat kepada-Nya. Kita tentu pernah mendengar tentang Jesus’s invitations (undangan Yesus kepada umat-Nya). Sayangnya, tidak banyak orang-orang yang memenuhi undangan Yesus. Come and see, come and rest, come and learn, come and dine, dan berbagai undangan dari Yesus lainnya.

Beberapa prinsip yang harus kita pahami berkaitan dengan visi Tuhan yang baru ini agar banyak jiwa-jiwa yang dapat dicelikkan matanya, sehingga orang-orang tersebut dapat berguna bagi Kerajaan Sorga:

(1). Tinggal dalam pengurapan dan kebenaran hukum Tuhan secara konsisten

Yesaya 42:1 Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa.

Apa yang terjadi ketika seseorang mengetahui kebenaran? Alkitab katakan, bahwa kebenaran itu yang akan memerdekakan dirinya. Segala kebodohan, ikatan, kebutaan, atau belenggu apapun akan terlepas ketika seseorang mengetahui dan hidup dalam kebenaran. Dan apa pula yang dikatakan Alkitab tentang adanya Roh Tuhan dalam hidup orang percaya? Roh Tuhan akan memerdekakan dirinya.

Setiap orang percaya bisa menerima pengurapan dan setiap orang percaya bisa hidup dalam kebenaran firman. Namun tinggal dalam pengurapan dan kebenaran Tuhan secara konsisten itu yang tidak mudah. Perlu keputusan setiap hari untuk mengiring Tuhan dengan kesungguhan hati dan paham tujuan Tuhan dalam hidupnya.

Betapa pentingnya memelihara hidup dalam standar kebenaran firman Tuhan. Apabila standar kebenaran itu tinggal secara konsisten di dalam hidup orang percaya, maka kebenaran itu akan menjadi “mistar pengukur”. Jadi di dalam diri kita apabila ada standar ukurannya, maka apapun yang mau masuk atau apapun yang akan diputuskan patokannya adalah “mistar pengukur” tadi, yaitu standar kebenaran atau standar Kerajaan Sorga. Ingat, setiap hari setiap orang percaya memiliki kesempatan untuk menjadi “terhilang dan buta” ketika standar kebenaran tidak konsisten hidup di dalam dirinya.

Sayangnya tidak sedikit orang percaya yang tidak konsisten dalan pengurapan dan dalam mematok standar kebenaran dalam dirinya. Sangat mudah tergantung oleh keadaan. Ketika masalah datang, ketika kondisi terpepet, lalu datang kesempatan untuk melanggar, maka kebenaran untuk sementara disingkirkan dahulu. Ketika sedang mengalami kekecewaan, kepahitan, kemarahan pada apapun dan siapapun tiba-tiba menurunkan dan bahkan membuang standar kebenaran, lalu membangun standar kebenaran sendiri. Ketika hidup seseorang masih berharap pada manusia. Merasa suka dibantu atau punya keinginan untuk ditolong, sehingga sungkan untuk menyampaikan kebenaran. Itulah sebabnya, penting bagi orang percaya hidup dalam kemerdekaan di dalam Kristus.

Hari-hari ini dibutuhkan orang-orang yang mau hidup konsisten dalam pengurapan dan kebenaran. Ada banyak orang-orang yang perlu dicelikkan dan mau bangkit dari keterpurukan hidup. Syaratnya, kita sendiri harus hidup di dalam kebenaran itu sendiri. Bukan saja kita menyelamatkan orang lain, namun kita sendiri akan terbangun imannya. Apabila kita ingin menuntun orang buta, yang mana hari-hari banyak orang yang demikian, maka kita sendiri harus terlebih dahulu menjadi orang yang tercelik dan tajam.

(2). Tinggal di dalam kasih-Nya

Yesaya 42: 3 Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan menyatakan hukum.

Apabila kita mau renungkan sejenak tentang diri kita, bukankah kita dulunya adalah orang-orang yang seharusnya binasa, namun kemurahan dan kasih anugerah Tuhan telah menyelamatkan kita. Kita adalah “produk” dari kasih Kristus yang rela mati di kayu salib demi agar kita kembali kepada rencana Tuhan semula. Kalau pribadi yang seharusnya binasa saja Tuhan hidupkan kembali, apalah lagi pribadi yang hanya dalam keadaan pudar. Tuhan tidak pernah membiarkan buluh yang patah terkulai sekalipun dibiarkan terputus.

Mungkin kita pernah mendengar kisah tentang seorang pemuda bernama Louis yang pada usia muda terkena kecelakaan di bengkel ayahnya sehingga mengakibatkan kedua matanya menjadi buta. Ia merasa sudah tidak memiliki pengharapan akan masa depannya. Namun lewat pemberian buah pohon cemara dari temannya suatu sore, ia belajar membayangkan tekstur buah tersebut melalui rabaan jemari tangannya. Dari situ Tuhan memberikan ide untuk menciptakan tulisan yang dapat dibaca oleh orang buta melalui rabaan jari. Pemuda tersebut dikenal sebagai Louis Braille, pencipta tulisan Braille yang digunakan untuk seluruh orang buta di dunia. Pribadi yang buta secara jasmani, namun dapat mencelikkan mata banyak manusia.

Apa yang dipikir manusia bahwa tidak ada harapan akan kondisinya yang dirasa sudah demikian buruk, namun dapat dihidupkan kembali oleh Tuhan. Kita yang pernah mengalami kasih Tuhan yang demikian besar, mau Tuhan percayakan untuk menjadi saluran kasih-Nya. Ada banyak pribadi-pribadi seperti ‘buluh yang patah terkulai’ dan ‘sumbu yang pudah nyalanya’ di sekitar yang harus dipulihkan kembali.

Mari jemaat Tuhan, ada tugas dan tanggung jawab baru yang Tuhan percayakan kepada kita mulai dari sekarang sampai ke hari-hari ke depan. Ada banyak orang-orang yang harus dicelikkan matanya. Ada orang-orang yang mengalami spiritual blindness dalam hidupnya. Mereka merasa sudah di dalam Tuhan, namun mereka tidak mengerti tentang siapa Tuhan dan kehendak-Nya. Tugas kita adalah membantu mencelikkan mata mereka. Namun semua itu baru terjadi apabila mata kita sudah tercelik lebih dulu. Mulailah dari komunitas terdekat, yaitu keluarga kita sendiri. Jangan biarkan ada anggota yang belum tercelik.

Tuhan Yesus memberkati

Bagikan Kasih Tuhan, Karena Kasih Mencelikkan Mata yang Buta (“Visi 2023- Tahun menyatakan kasih yang mencelikkan mata yang buta”)

| Warta Jemaat |
About The Author
-