Berhenti Menyalahkan! (Pesan Gembala, 07-07-2019)

BERHENTI MENYALAHKAN!

Kejadian 3:9-13 (12) Manusia itu menjawab: “Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.”

Latar belakang dari ayat ini adalah kejadian tidak lama setelah Adam jatuh dalam dosa. “Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman. Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: “Di manakah engkau?” Ia menjawab: “Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi.”

Apakah ini berarti bahwa ada hal yang tidak diketahui oleh Allah? Sama sekali tidak. Siapa pun boleh menanyakan pertanyaan yang telah ia ketahui jawabannya. Umumnya, pertanyaan ini bertujuan untuk menunjukkan sesuatu atau mengajarkan sesuatu kepada orang yang ditanyai. Adam dan Hawa telah berdosa. Allah menanyakan, “Adam, di manakah engkau?” Di manakah Adam? Ia sedang bersembunyi. Dosa Adam telah merusakkan persekutuannya dengan Allah. Allah tahu hal ini dan Ia sedang menunjukkan hal itu kepada Adam.

Namun alangkah terkejutnya ketika mendengar jawaban Adam selanjutnya ketika Allah bertanya tentang siapa yang telah memberitahukan Adam bahwa ia telanjang. Apakah karena gara-gara ia telah memakan buah pohon yang telah dilarang Allah untuk memakannya. Jawab Adam: “Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.”

Adam bukannya menjawab pertanyaan Allah dengan sejujur-jujurnya, bahwa betul ia dan Hawa telah memakan buah yang telah dilarang Allah, ia malah mengelak dan balik menyalahkan Allah. Ia menuduh bahwa Allahlah yang telah menjadi penyebab utama mengapa ia sampai memakan buah yang dilarang tersebut. Semua kesalahan yang terjadi adalah karena gara-gara Allah telah memberikan seorang wanita, yaitu Hawa, sebagai pendamping di sisinya. Dan Hawa, seakan-akan tidak mau kalah, ketika ia mendengar jawaban Adam, iapun langsung mengelak dengan berkata bahwa ularlah yang telah memerdayakan dirinya sehingga ia memakan buah yang dilarang tersebut. Bukankah persoalan ini akhirnya menjadi persoalan yang besar dan melebar?

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita di minggu ini. Persoalan sederhana yang sering dihadapi orang percaya akhirnya bisa menjadi persoalan yang besar, rumit dan berkepanjangan gara-gara tidak ada pihak yang bersedia memikul tanggung jawab atas apa yang terjadi. Manusia cenderung terlalu mudah untuk menyalahkan pihak lain bahkan Tuhan pun disalahkan ketika mengalami berbagai kejadian. Problem apapun yang seharusnya bisa diselesaikan dengan baik akhirnya menjadi meruncing ketika semua pihak saling menyalahkan satu dengan yang lain.

Lewat pesan-Nya ini Tuhan sedang mengajarkan setiap kita untuk memandang setiap problema yang dihadapi dari cara pandang yang benar, lalu belajar untuk berani menanggung dan menyelesaikannya dengan cara yang Tuhan kehendaki. Bukankah hari-hari ini Tuhan sedang mengajarkan kepada kita cara hidup yang berkualitas Kerajaan?

Beberapa hal yang perlu kita sadari berkaitan dengan pesan Tuhan ini, agar manusia tidak menyalahkan siapapun, adalah:

(1). Menyadari bahwa manusia diciptakan Tuhan dengan kualitas dan rencana yang luar biasa.

Kej. 3:12 Manusia itu menjawab: “Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, …

Adam tentunya masih ingat sekali cara Allah menciptakan dan menempatkan Hawa sebagai pendamping bagi dirinya. Hawa diambil dari tulang rusuk Adam dan diberikan Allah sebagai penolong yang sepadan untuknya. Sebuah proses yang ajaib bukan? Manusia adalah satu-satunya ciptaan Tuhan yang sangat spesial. Kalau kita kembali kepada penciptaan manusia di pasal 1, bagaimana Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa Allah dengan sebuah tujuan yaitu agar manusia berkuasa atas segala ciptaan Tuhan lainnya.

Dan bukan itu saja, manusia juga diciptakan untuk membangun sebuah hubungan yang khusus (special relationship) dengan Allah di atas segala mahluk ciptaan manapun. Ingat, bahwa Tuhan menghembuskan nafas hidup-Nya kepada manusia yang diciptakan-Nya. Artinya, manusia memiliki kapasitas untuk membangun persekutuan intim dengan Tuhan. Adam pernah mengalami hari-hari dimana ia bersekutu intim dengan Tuhan. Allah berbicara kepada Adam dan Adam berbicara kepada Allah seperti seorang teman. Hubungan yang seperti inilah yang Allah inginkan dengan manusia sampai hari ini. Namun ketika manusia mulai menempatkan sesuatu yang menghalangi dirinya dengan Tuhan, maka mulailah manusia kehilangan tujuan Tuhan dan akibatnya, manusia mulai menyalahkan Tuhan dan sesama.

(2). Menyadari bahwa Tuhan mau manusia belajar memikul tanggung jawab.

Kej. 3:9 Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: “Di manakah engkau?”

Seandainya Adam dan Hawa mengakui pelanggaran yang mereka perbuat dan berani memikul tanggung jawab, mungkin dampak akibat perbuatan mereka tidak sampai mengakibatkan seluruh manusia jatuh ke dalam dosa. Namun sayangnya, mereka memilih untuk tidak mengakui perbuatan mereka, bahkan mereka mulai saling menyalahkan di antara mereka. Adam berpikir apabila ia menyembunyikan perbuatannya, maka tidak ada seorang pun yang dapat mengetahuinya. Akibat perbuatan yang saling menyalahkan tersebut, maka Allah akhirnya mengusir mereka dari taman Eden.

Waktu Allah mencari Adam ketika ia baru saja jatuh dalam pelanggaran, sebetulnya Allah mencari bukan untuk menangkap dan menghukumnya, namun untuk menolongnya. Sayangnya, Adam buru-buru melepaskan tanggung jawab yang seharusnya ia pikul. Kedewasaan seorang pemercaya tidak diukur dari seberapa banyak ia bersedia untuk melakukan tugas yang dipercayakan, namun seberapa ia berani menanggung konsekuensi atas apa yang dipercayakan kepadanya dan melakukannya dengan setia.

Mari jemaat Tuhan, lagi-lagi melalui pesan-Nya ini, kembali Tuhan mengingatkan kita akan kualitas kehidupan yang harus kita tunjukkan sebagai orang-orang percaya di tengah-tengah kehidupan dunia yang begitu mudah untuk saling menyalahkan serta melepaskan tanggung jawabnya. Biarlah yang langka itu tetap hidup di setiap kita. Amin.

Tuhan Yesus memberkati!

Berhenti Menyalahkan! (Pesan Gembala, 07-07-2019)

| Warta Jemaat |
About The Author
-