ANDALKAN TUHAN DENGAN KONSISTEN
1 Samuel 9:9-10 (9) Dahulu di antara orang Israel, apabila seseorang pergi menanyakan petunjuk Allah, ia berkata begini: “Mari kita pergi kepada pelihat,” sebab nabi yang sekarang ini disebutkan dahulu pelihat. (10) Kemudian berkatalah Saul kepada bujangnya itu: “Pikiranmu itu baik. Mari kita pergi.” Maka pergilah mereka ke kota, ke tempat abdi Allah itu.
Awal mula kisah ini dimulai ketika Kish, ayah Saul, kehilangan keledai-keledai betinanya. Lalu Kish menyuruh Saul untuk pergi mencari keledai-keledainya tersebut. Diajaklah salah seorang bujang untuk menemaninya.
Lalu berjalanlah mereka mencari dari wilayah ke wilayah, tetapi tidak ditemukannya. Bujangnya mengingatkan Saul bahwa tidakkah sebaiknya mereka menemui seorang abdi Allah untuk meminta arahan. Saul sepakat, maka pergilah mereka ke kota, ke tempat dimana abdi Allah itu berada.
Singkat cerita, akhirnya bertemulah mereka dengan abdi Allah yang tidak lain adalah nabi Samuel. Mereka dijamu dan diperlakukan dengan baik oleh nabi Samuel, karena ternyata Tuhan telah menyatakan kepadanya sehari sebelum kedatangan Saul, bahwa besok kira-kira waktu ini akan datang kepada Samuel seorang laki-laki dari tanah Benyamin, yaitu Saul untuk ia urapi untuk menjadi raja bagi umat Israel.
Inilah sekelumit kisah awal Saul yang sarat dengan berbagai aspek menarik seperti pencarian keledai yang melibatkan seorang abdi Allah, yang ternyata Tuhan sudah bicara sebelumnya dengan nabi Samuel bahwa anak muda yang mencari keledai itu harus diurapi untuk menjadi raja, dan berlanjut dengan penuhnya Saul dengan Roh Kudus, bernubuat, dampak kehidupannya bagi bangsa Israel dan Saul sendiri.
Seorang yang pada awalnya rendah hati, dipakai Tuhan, lalu seiring berjalannya waktu mulai arogan dan jatuh dalam ketidaktaatan, yang pada akhirnya menyebabkan penolakan Tuhan terhadap dirinya.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Bahwa pentingnya menjaga grafik kekonsistenan pengiringan kita kepada Tuhan. Tetap rendah hati dan mengandalkan Tuhan di setiap langkah, seperti Saul di masa-masa awal ketika ia bersama bujangnya mencari keledai-keledai ayahnya.
Diangkatnya Saul menjadi raja sebetulnya adalah kesempatan yang Tuhan berikan dalam hidupnya dalam rangka menjawab seruan bangsa Israel yang ingin memiliki seorang raja seperti bangsa-bangsa lain. Bayangkan, bangsa Israel yang sebetulnya telah memiliki bentuk pemerintahan Theokrasi dimana yang menjadi rajanya adalah Tuhan sendiri melalui para hakim yang ditunjuk Tuhan.
Saul dalam perjalanan awalnya, setelah diurapi Tuhan menunjukkan perubahan yang luar biasa. Ia dikatakan menjadi “manusia yang lain” dan segenap prestasi dalam memimpin bangsa Israel. Ini berbicara tentang orang biasa, sama halnya seperti kita, orang-orang percaya yang diberi kesempatan dan kemampuan oleh Tuhan.
Pilihan ada pada kita, apakah mau terus menundukkan diri pada tuntunan Tuhan secara konsisten, dengan grafik yang stabil namun terus beranjak naik, atau berjalan dengan ego pribadi seperti Saul, dengan grafik yang awalnya baik namun semakin menurun, atau berjalan mengikuti suasana hati/keadaan yang dihadapi, dengan grafik yang turun naik.
Beberapa hal yang perlu kita pahami agar dapat konsisten mengiring Tuhan dan semakin menangkap rencana besar Tuhan dalam hidup kita. Beberapa di antaranya adalah:
(1). Jangan kehilangan rasa aman (jangan menjadi pribadi yang insecured)
1 Samuel 9:2 Orang ini ada anaknya laki-laki, namanya Saul, seorang muda yang elok rupanya; tidak ada seorang pun dari antara orang Israel yang lebih elok dari padanya: dari bahu ke atas ia lebih tinggi dari pada setiap orang sebangsanya.
Tidak jarang penulis Alkitab merasa perlu untuk menjelaskan atau menuliskan gambaran sosok seseorang yang mau dimunculkan. Tujuannya bukan sekedar untuk memberikan informasi seperti apa tampilan fisik Saul, namun melalui kata “elok” (Ibr. Towb)” yang beberapa kali disebutkan menunjukkan bahwa Saul itu sosoknya bagus, menyenangkan, pantas, menawan, dan berbagai makna baik yang sangat menunjang keberadaannya sebagai sosok seorang raja kelak.
Hanya sayangnya, kriteria tampilan Saul yang sudah demikian baik, ditambah dengan segenap pengurapan dan kuasa dari Tuhan tidak membuat Saul menjadi orang yang memiliki rasa aman (secured). Karena rasa aman itu ternyata tidak lahir dari semata-mata tampilan fisik jasmani yang baik, melainkan dari sisi jiwa dan kerohanian yang dewasa. Kedekatan dengan Tuhanlah yang seharusnya melahirkan rasa aman dan tenang yang sejati.
Rasa tidak aman Saul juga ditunjukkan ketika kemudian Daud yang pernah menjadi bagian dari ketentaraan Saul mulai mendapatkan perhatian banyak orang karena keberaniannya pernah mengalahkan Goliat dan tentara yang terampil, Saul bukannya bangga memilik orang-orang yang hebat, sebaliknya ia merasa terancam. Lalu bangkitlah amarah Saul dengan sangat. Insecurity membuat Saul kehilangan fokus dengan Tuhan. Ini yang membuat grafik Saul terus menurun.
(2). Jangan kehilangan keberanian untuk membayar harga
1 Samuel 9:7-8 (7) Jawab Saul kepada bujangnya itu: “Tetapi kalau kita pergi, apakah yang kita bawa kepada orang itu? Sebab roti di kantong kita telah habis, dan tidak ada pemberian untuk dibawa kepada abdi Allah itu. Apakah yang ada pada kita?”
Setiap langkah yang kita tempuh, dan setiap tindakan yang kita lakukan di dalam Tuhan selalu melibatkan harga yang harus dibayar. Ingat, kita pun demikian, apabila saat ini status kita adalah orang-orang percaya dalam Kristus, kita adalah hasil dari pembayaran harga penebusan Kristus.
Saul awalnya adalah seorang yang tulus dan bertanggung jawab. Demi untuk mencari keledai-keledai ayahnya yang hilang ia rela mencari ke sana dan ke mari, bahkan bertekad mencari seorang abdi Allah demi mendapatkan suatu arahan, sekiranya Tuhan akan memberitahukan sesuatu. Ia rela membayar harga untuk sesuatu yang bukan kepentingannya, yang ternyata Tuhan memiliki rencana yang lebih besar bagi dirinya.
Hanya sayangnya, ketidakmampuannya mengatasi ketidakamanan di dalam dirinya membuat ketulusannya dalam membayar harga bagi pengejaran akan Tuhan telah beralih kepada “pembayaran harga” yang tidak semestinya ia keluarkan demi pengejarannya akan Daud.
Mari jemaat Tuhan, berapa banyak orang percaya yang disadari atau tanpa disadari telah melakukan pengejaran yang salah, rela membayar harga untuk sesuatu yang salah, namun bukan terhadap pencarian akan Tuhan. Pesan tentang Saul yang sederhana ini biarlah menjadi pelajaran penting bagi kita semua, bagaimana seorang yang awalnya dipilih dan diurapi oleh Tuhan bisa jatuh dalam ketidaktaatan dan ketidakmampuan mengatasi rasa insecured dalam dirinya, lalu beranjak kepada pengejaran yang salah. Saul berbicara tentang orang biasa sama seperti kita yang telah diberi kesempatan oleh Tuhan. Lewat pesan ini, mari kita terus menjaga grafik penundukan kita kepada Tuhan untuk tetap konsisten, bahkan terus beranjak naik.
Tuhan Yesus memberkati!